Alhamdulillah profilku dan sedikit tentang perjalanan Piyoh bisa muncul di Web Indonesia
Kreatif, satu kehormatan bisa muncul dan menjadi inspirasi bagi
perkembangan industri kreatif di Indonesia. Walaupun perjalanan masih
panjang, dan aku menikmatinya.
Salut dan
terimakasih juga untuk penulis artikelnya, Muhammad Haekal, karena bisa
merangkum dengan sangat bagus #TerharudiPojokan.
Yang penasaran dengan tulisannya, selamat membaca :)
Bagi yang pernah berkunjung ke Aceh,
coba bongkar lemari baju kalian. Mungkin di sana ada kaos yang
bertuliskan “I LOVE ACEH”, “I LOVE SABANG”, atau bergambar Teuku Umar.
Besar kemungkinan, kaos yang kalian miliki itu adalah produksi “Piyoh Design”. Sebuah perusahaan yang berlokasi di Sabang dan bergerak dalam
bidang produksi merchandise. Dan siapa sangka, usaha yang dimulai sejak
tahun 2008 dan memiliki omzet puluhan juta rupiah ini, ternyata
didirikan oleh seorang pemuda. Hijrah Saputra namanya. Yuk kita kenal
lebih dekat pemuda gagah yang akrap disapa Heiji ini.
Momentum Perubahan
Heiji adalah pemuda asli Sabang. Sebuah
kota pelabuhan di Provinsi Aceh yang terletak di ujung paling barat
Indonesia. Hidup di tengah kota yang menyajikan panorama laut yang indah
membuat rasa cintanya terhadap dunia pariwisata terpupuk sedari kecil.
Sebagai warga asli, dia pun sangat hafal spot-spot wisata menarik di
Sabang. Beberapa di antaranya bahkan tersembunyi dari pengetahuan umum
para turis.
Heiji menyelesaikan pendidikan SD hingga
SMP di Sabang. Ketika SMA ia hijrah ke Aceh Besar. Dengan prestasi yang
cukup baik di sekolah, ia bermimpi untuk berkuliah di ITB. Namun
sayang, ketika hasil pengumuman keluar, ia hanya lulus di pilihan kedua:
Universitas Brawijaya Malang. Pada awalnya ia sempat khawatir untuk
kuliah di sana. Baru ketika ia benar-benar merasakan kehidupan sebagai
mahasiswa, ternyata Kota Malang merupakan kota yang sangat ramah bagi
perantau sepertinya. Selain karena kotanya nyaman dan biaya kehidupan di
sana terjangkau, masyarakat Malang juga memperlakukan mahasiswa
pendatang dengan sangat baik sekali.
Setelah empat semester berkuliah di
Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, semuanya memang
masih berjalan baik-baik saja. Heiji bisa mengikuti pelajaran dengan
lancar bahkan tergolong mahasiswa yang berprestasi. Namun kemudian,
sebuah perasaan aneh mengganjal hatinya. Selama ini, ia merasa belum
menjadi siapapun atau berbuat apapun untuk kebaikan orang lain.
Heiji percaya bahwa sebelum mengubah
orang lain, seseorang harus mengubah dirinya terlebih dahulu. Kesempatan
itu datang saat DISPARINKOM (Dinas Pariwisata Informasi dan Komunikasi)
Kota Malang membuka sayembara pemilihan “Kakang dan Mbakyu Kota Malang”
tahun 2006. Setelah memeras keberanian, ia akhirnya mendaftarkan diri.
Padahal saat itu bahasa Jawanya masih terbata-bata. Keterampilan serta
pengetahuannya mengenai seni dan budaya Jawa Timur juga masih terbatas.
Modal utamanya hanyalah keinginan untuk berubah. Tidak ingin membuang
waktu dalam perasaan pesimistis, ia pun mengumpulkan teman-temannya
untuk menjadi mentor. Dalam waktu yang relatif singkat, para “mentor
kilat” itu berhasil membentuknya menjadi ‘Kakang’. Dan siapa yang duga,
Heiji yang asli Aceh benar-benar menjadi “Kakang Kota Malang” pada tahun
2006.
Tidak cukup sampai di situ, pada tahun
yang sama, Heiji meracik logo pariwisata “Tukoma” yang merupakan akronim
dari “Tugu Kota Malang” lengkap dengan brand image “Malang Welcoming
City”. Hebatnya, konsepnya itu diterima oleh Dinas Pariwisata setempat
dan secara resmi disahkan sebagai logo dan brand image Kota Malang oleh
Walikota Malang pada 20 Desember 2006.
Pulang Kampung
Pertanyaan terbesar Heiji ketika
menginjakkan kaki di kampung halaman adalah “perubahan apa yang bisa
saya buat untuk Aceh?” ia kemudian mendapatkan ilham ketika bertemu
dengan seorang teman yang baru saja menghabiskan liburan di Sabang. Sang
teman mengeluh bahwa ia kesulitan mencari souvenir (terutama kaos)
untuk oleh-oleh. Jikapun ada, kualitasnya mengecewakan dan desainnya
membosankan. Dari situlah ide “Piyoh” berawal. “Piyoh” sendiri adalah
bahasa Aceh yang berarti “singgah”. Selain dipilih untuk mempromosikan
Aceh di mata nasional dan internasional, nama tersebut juga bermakna
bahwa semua orang yang datang ke Aceh akan diterima secara baik dan
memuaskan.
“Kaos adalah bahasa universal untuk
menunjukkan dari mana seseorang berasal,” begitulah jawaban Heiji saat
ditanya mengapa ia memilih untuk menekuni usaha itu. Tidak bisa
dipungkiri memang, setiap orang yang mengunjungi suatu tempat biasanya
hampir selalu membawa kaos bertuliskan nama atau slogan khas dari daerah
tersebut.
Namun niatnya itu sempat ditentang oleh
rekan dan kerabat. “Pada awalnya, banyak orang menanggapi niat saya
membangun usaha kaos ini secara pesimistis.” Namun ia bersyukur karena
kemudian keluarga besarnya mau membantu. Ketika memulai usaha dengan
menyewa toko yang berlokasi di Kota Atas, Sabang, ia mendapatkan
sumbangan cat dan rak-rak pakaian.
Heiji kemudian mulai mempromosikan kaos
Piyoh melalui Facebook dan blog. Dengan brand image “Aku Sabang Kamu”,
Ia menyasar para wisatawan yang mencari kaos Sabang dengan kualitas
bagus. Luasnya pertemanan dan berkualitasnya produk serta desain yang ia
tawarkan, membuat kaosnya laku dan mulai terkenal. Khusus masalah
desain, Heiji mengaku memang menggemari menggambar sedari kecil. “Yang
mengajarkan saya menggambar pertama kali adalah Bapak. Saat itu beliau
menggambar ikan mas koki.” ujar anak dari H. Suradji Junus ini.
Saat pertama kali berproduksi, ia
mencetak 250 kaos dengan variasi desain sebanyak lima buah. Selain
menjual langsung di outlet Piyoh, ia juga menitipkan produknya di
toko-toko di daerah Balohan dan Jalan Perdagangan Sabang.
Kini, selain mencetak kaos sebagai
produksi utama, “Piyoh” juga menjual mug, gantungan kunci, bros, boneka,
bahkan produk olahan seperti cokelat dan kerupuk mulieng (emping
melinjo). Dan tentunya, semua produk beraroma Aceh. Untuk bros misalnya,
aksesoris itu berbentuk rencong dan pinto Aceh. Sementara boneka
sendiri berwujud agam (lelaki) dan inong (perempuan) yang memakai
pakaian adat Aceh. “Piyoh” juga sekarang tidak hanya hadir di Kota
Sabang. Pada tahun 2011, outlet Piyoh yang diberi nama “Mr. Piyoh” hadir
di Banda Aceh. Lokasinya tepat berada di sebelah kedai kopi Jasa Ayah
(Solong), Ulee Kareng. Dua tahun kemudian, usaha Heiji kembali meluas
dengan diluncurkannya “Piyoh Toys”. Tagline mereka memang telah
berkembang menjadi lebih luas dan tegas: “Berbagi Aceh di mana aja!”
“Jadilah Kreatif!”
Sebelum memulai usaha, Heiji yang pada
tahun 2008 didaulat sebagai Duta Wisata Sabang dan kemudian juga
terpilih sebagai Duta Wisata Provinsi Aceh, sempat kedatangan tawaran
yang menggiurkan.
“Dulu, sebelum saya membangun usaha,
banyak ajakan yang datang. Ada yang menawarkan saya jadi pegawai
kantoran, bahkan sempat datang tawaran untuk menjadi aktor. Gajinya
sampai jutaan, lho.”
Namun ia menolak itu semua karena ia
berkeyakinan bahwa dengan menjadi seorang pengusaha, ia bisa berbuat
lebih banyak untuk negeri.
Kini, setelah lebih-kurang lima tahun
berbisnis, Heiji merasa memiliki tanggung jawab untuk membagikan ilmu
yang ia memiliki kepada generasi muda Aceh yang berkeinginan membangun
bisnis. Selain tak canggung untuk berbagi ketika sedang ngopi atau
situasi santai lainnya, bersama dengan empat orang pebisnis muda Aceh,
ia mendirikan komunitas bisnis “Leader Youngpreneur”. “Saya yakin banyak
anak muda di Aceh yang berpotensi untuk menjadi pebisnis yang andal.”
Walau konsep gerakan itu sendiri masih berbentuk “kelas kreatif”, ke
depannya Heiji berkeinginan memiliki cafe yang nantinya bisa total
menjadi “rumah kreatif” bagi masyarakat.
Akhirnya, ia berpesan kepada generasi
muda Indonesia agar selalu kreatif. Beberapa caranya adalah dengan
memperluas jaringan pertemanan, terutama dengan orang-orang kreatif.
“Kreatif itu menular, lho!” katanya. Selain itu, ia menambahkan agar
para pemuda jangan sekali-kali takut untuk membuat kesalahan dan mencoba
sesuatu yang baru. Karena dengan kedua hal itulah otak manusia diasah
untuk terus menjadi kreatif. Dan yang paling penting dari semua itu
adalah menyelesaikan semua rencana yang telah dibuat. “Bukan kreatif
namanya jika ide yang dimiliki hanya sebatas terwujud di dalam kepala!”
Alamat Kontak:
Facebook: facebook.com/hijrah.yunus
Twitter: @Hijrahheiji
Blog: www.hijrahheiji.blogspot.com/
—–
Text: Muhammad Haekal | Foto: Narasumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar