Minggu, 28 Februari 2016

Cokelat Ndalem, Tanda Hati dari Jogja

Kali ini saya berkunjung ke salah satu usaha teman saya, oke, salah satu senior saya di dunia Duta Wisata, Mbak Meika Hazim, beliau salah satu Diajeng Jogja, duta wisata Jogja yang sangat menginspirasi, selain cantik, pintar, aktif di kegiatan sosial, dan mahir berbisnis.

Bersama dengan suaminya, Mas Wednes Aria Yudha, dia membuka usaha Cokelat ndalem, hmmm, pilihan menarik untuk buka usaha, apalagi untuk target pasar pencinta cokelat seperti saya, hehe.
Bareng Diajeng Meika
nDalem dalam Bahasa Jawa memiliki makna yang baik yang berarti rumah sebagai tempat dimana kita bisa merasa paling nyaman atau tempat hati kembali. Usaha ini dilakukan di rumah orang tua Meika, dan ini sesuai dengan filosofi yang ingin ia angkat bahwa cokelat ini di buat sepenuh hati, sebagai sebuah tanda hati untuk orang-orang yang dekat di hati.
Diajeng Meika ingin mengangkat cokelat Indonesia karena sebenarnya biji kakao adalah salah satu produk Indonesia yang mendunia (bahkan negara Indonesia menjadi negara pengekspor biji kakao kering nomor 3 terbanyak di dunia) namun olahan cokelat dengan cita rasa khas Indonesia ternyata belum banyak. Oleh karena itu cokelat yang diproduksi dibuat dengan cita rasa khas Indonesia, supaya banyak orang tau tentang indahnya budaya Indonesia dan budaya jawa.
Dari pertama kali ketemu saja sudah disambut dengan hangat, selalu terlihat semangat positif darinya. Dan langsung promosi produk-produk yang ada di Cokelat ndalem, nah ini enaknya kalau bertemu langsung dengan pemiliknya, hehe.
Diajeng Meika menjelaskan varian produk terbarunya, Dark Cokelat dari Pak Edy, petani Kakao dari Gunung Kidul
Bersama Diajeng Meika, dan Teman-teman Korps Alumni Kapal Pemuda Nusantara, Athod dan Duta
Ceritanya, dulu ada berbagai macam jenis varian yang diproduksi oleh Cokelat ndalem, awalnya mengeluarkan 9 rasa yang terbagi menjadi 3 lini rasa. Sekarang sudah ada 18 rasa dalam 5 lini rasa yaitu lini rasa klasik, lini rasa pedas, lini rasa rempah nesia, lini rasa wedangan, dan lini rasa kopinesia. Untuk cokelat yang paling banyak diminati adalah lini rasa kopinesia, dan lini rasa klasik. Tidak hanya jenis varian yang unik hargapun sangat menarik. Dapat di peroleh mulai harga Rp12.000,- untuk ukuran 50 Gram dan mulai harga Rp 18.000,- untuk ukuran 85 Gram, hingga sekarang Cokelat ndalem terus berinovasi dengan berbagai rasa, mulai dari Greentea, Cokelat Arjuna dan Shinta, dan Dark Cokelat dari petani kakao di Gunung Kidul. Selain rasanya yang unik dan enak, Cokelat Ndalem didesain menarik, tidak hanya menarik perhatian tetapi juga informatif, mendukung promosi kebudayaan Indonesia, jempol! Karena konsep ini juga Diajeng Meika dan Cokelat ndalem menjadi Wirausaha Muda Mandiri 2014
Borong cokelat tanda hati
Menarik bukan? Jadi kalau maen ke Jogja, piyohlah ke sini, ada banyak tanda cinta buat kamu dan keluargamu di sini. 
Langsung ke Jalan Bhayangkara 23, Daerah Istimewa Yogyakarta 55261 atau main ke
http://cokelatndalem.com/

Mumpung mau Anniversary, selamat Ulang Tahun untuk Cokelat Ndalem, semoga makin lancar dan sukses terus usahanya, barakallah.

Mencicipi Gudeg Mbah Lindu, Penjual Gudeg Tertua di Jogja

Selain terkenal dengan kota pendidikan, Kota Jogja terkenal dengan kulinernya yang enak dan murah, salah satunya Gudeg. Makanan manis dan pedas ini cukup diminati banyak orang yang datang ke Jogja, salah satunya saya. :D

Setelah selesai program bersih-bersih Jalan Malioboro, teman saya, Duta menawarkan untuk mencoba kuliner ini, tidak hanya sekedar gudeg yang enak, tetapi gudeg yang dibuat oleh orang tertua di Jogja, hmmm, jadi penasaran.

Lokasinya tidak jauh dari Jalan Malioboro, hanya 5 menit perjalanan dengan berjalan kaki, lebih tepatnya di Jalan Sosrowijayan, Keluran Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta.

Sesampainya di lokasi, kelihatan beberapa orang berkerumun di hadapan seorang penjual gudeg. Orang-orang tersebut berdiri dengan sabar menunggu giliran dilayani oleh penjual gudeg. Tampak juga seorang nenek dan seorang ibu, yang diketahui sebagai anaknya, duduk di menghadap beberapa baskom berisikan gudeg, ayam, telur, sambel goreng krecek, dan satu tenggok nasi, yang katanya resepnya sudah bertahan hingga 70 tahun, wow!
Mbah Lindu dan pembelinya
Ya, saat ini, setiap hari Mbah Lindu berjualan dibantu oleh anak kelimanya, Ibu Ratiah yang membantu untuk penghitungan uang. Mbah Lindu sendiri tetap yang mengerjakan penyajian makanan di atas piring atau bungkusan. 

Gudeg Mbah Lindu
Greget juga ketika sampai di sana, melihat banyak orang, sedangkan stok makanannya tinggal sedikit. Kata Duta, Mbah Lindu memang tidak menjual banyak gudegnya, setiap harinya hanya berjualan dari jam 05.00 - 10.00 saja, waduh bikin tambah panik, ya selain perut keroncongan, rasa penasaran dengan rasanya makin tambah besar. 

Duduk di sebelah si mbah dan memperhatikan beliau melayani pembeli juga cukup kesan tersendiri, walaupun sudah berusia lanjut, pendengaran, dan ucapan beliau masih jelas, dan sempat-sempatnya dalam menyajikan makanan, beliau bercanda, bikin tambah gemes kan? hehe.

Setelah menunggu agak lama, akhirnya kebagian juga jatah gudeg dari Mbah Lindu, tanpa basa-basi lagi, sendok pun masuk ke mulut. Beuh, rasanyaa........ 


Penasaran kan?
Mencicipi Gudeg Mbah Lindu, Penjual Gudeg Jogja Berumur 97 Tahun
Mainlah ke sini, Gudeg Mbah Lindu buka dari mulai pukul 05.00-10.00 WIB setiap hari. Saat ini,  beliau menjual menu gudegnya dengan harga Rp 15.000-Rp 20.000, saja.

Selasa, 09 Februari 2016

Hijrah Saputra di Mata Nisriani


Menebar Manfaat Lewat Karya

Suasana kota Banda Aceh siang itu cukup cerah dengan terik matahari yang sangat menyengat, ketika saya melangkahkan kaki untuk sebuah acara pelatihan kepemimpinan. Di luar gedung yang cukup luas, mata saya tertuju pada seorang anak muda dengan kemeja cerahnya, melangkah dengan agak terburu buru dan dengan beberapa lembar kertas ditangannya. Belakangan saya ketahui dia adalah anak muda yang menjadi perhatian dan perbincangan banyak orang. Bukan hanya di Aceh saya rasa, melainkan di beberapa kota lain di Indonesia juga sudah banyak yang mengenalnya.
Tentu bukan tanpa alasan sehingga pria asal Sabang ini menjadi di kenal di Aceh dan beberapa kota lain. Selain karena sifatnya yang ramah dan mudah berbaur dengan banyak orang menurut saya, pria yang hobi desain dan baca buku ini ternyata sudah banyak menorehkan prestasi yang bukan hanya sekedar prestasi, namun dibarengi dengan niat dan tindakan untuk bermanfaat bagi orang lain sesuai dengan peran dan kemampuannya. Bernama lengkap Hijrah Saputra, lahir di Sabang 25 September 1984, dan merupakan pemilik dari salah satu brand kaos terkenal di Aceh yaitu Piyoh Design.
Aktif di beberapa kegiatan dan organisasi seperti The Leader, Wirausaha Muda Mandiri chapter Aceh, I Love Songket Aceh, Sabang Berkebun, Sedekah sandal, dan belum lama ini diminta menjadi Staff anggota DPR RI, tidak membuat Hijrah merasa kesulitan mengatur segala sesuatunya. Bagi pria yang juga hobi pariwisata ini, kuncinya adalah fokus, membagi waktu, dan mengutamakan quality time dalam setiap kegiatan, sehingga bisa berkelanjutan namun tetap terkontrol.
Dari beberapa kegiatan yang sedang dan pernah dijalani pun tidak sedikit yang menghasilkan pencapaian yang luar biasa. Seperti Techno start up icon 2014, Marketeer of the year 2015 bidang ekonomi kreatif, Social enterprise dari British Council Indonesia, dan satu pencapaian yang semakin mendukung langkahnya di dunia wirausaha adalah sebagai pemenang Wirausaha Muda Mandiri Kreatif.
Muda, mandiri, kreatif, saya rasa merupakan hal yang pantas menggambarkan diri seorang Hijrah Saputra. Berawal dari melihat permasalahan yang ada di daerah kelahirannya, tetapi juga melihat ada peluang yang bisa dikembangkan dalam hal promosi dan pemasaran pariwisata, serta hobi yang mendukung, akhirnya anak ketiga dari lima bersaudara ini mengembangkan hobi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Sabang, yang ternyata menjadi sebuah usaha yang digelutinya hingga saat ini.
Piyoh, merupakan brand yang dikonsep Hijrah sejak 2006, yang memproduksi kaos dengan tema lokal dan mulai berdiri di Sabang pada tahun 2009. Namun karena permintaan pasar yang cukup banyak, akhirnya Hijrah kembali membuka outlet baru di Banda Aceh pada tahun 2011 dan 2012. Yang menarik dari Piyoh adalah selain mengeluarkan produk sendiri, juga membantu pemasaran produk-produk masyarakat di Sabang, Banda Aceh dan sekitarnya. Hal inilah yang semakin melebarkan sayap Piyoh Design dibawah tangan Hijrah. Sehingga bukan hanya kaos yang di produksi, melainkan berbagai macam merchandise lain namun tetap dengan tema lokal.
Saat ini memang banyak kita temukan anak muda yang berprestasi, namun tidak banyak yang bisa menginspirasi apalagi dengan cara menghasilkan karya yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Namun Hijrah membuktikannya lewat keyakinannya untuk terus maju meskipun dengan rintangan yang tidak sedikit datang menghampiri. Bagi pria yang juga pernah menjadi Duta Wisata Aceh ini, nikmati setiap proses, dan selalu bersyukur dengan yang kita miliki.
Lulusan Universitas Brawijaya ini juga memiliki harapan untuk Aceh dan Indonesia kedepannya bisa semakin baik dalam hal pendidikan, pariwisata, dan ekonominya. Tentu bukan hal mustahil untuk mewujudkannya selama kita semua mau menuangkan solusi dan tindakan nyata untuk bersama sama menjadi lebih baik.

Hijrah Saputra di Mata Olive Bendon

Hijrah Saputra
Di Aceh, kedai kopi adalah satu dari tiga ruang publik yang banyak dijumpai dan ramai bertebaran di pinggir jalan selain masjid dan kedai makan/restoran. Kedai kopi tak sekadar tempat untuk menikmati secangkir dua cangkir kopi lalu usai. Ia pula tempat tempat ide-ide yang berseliweran dipertemukan, tempat mengolah rasa dan tempat bersua. Tempat sebuah interaksi menemukan jodoh, melahirkan inspirasi dan aspirasi. 

Karenanya, satu malam tatkala lidah hanya ingin menyesap rasa khas Nanggroe; bersama kawan, kami berhenti di kedai kopi legendaris Aceh, Kedai Kopi Solong, Ulee Kareng. Duduk pada sebuah meja dengan kesibukan masing-masing. Di depan saya, dua orang kawan tenggelam dalam kekusyukan menikmati makan malam yang telat. Masing-masing menghadapi sepiring nasi ditemani semangkok soto daging yang tuntas dalam sekejap. Rasa lapar saya sudah meluap, saya hanya memesan secangkir sanger (sange) dingin; semacam kopi susu yang hanya dijumpai di kedai kopi Aceh. 

Saat sedang asik menyesap sanger, seorang lelaki berkemeja putih melangkah ke dalam kedai. Dia, lelaki yang selama ini sangat ingin saya jumpai. Muda, bergairah, senyumnya selalu penuh semangat, dan sorot matanya menyimpan berjuta harapan. Lelaki yang dua bulan lalu, hanya bisa saya sapa suaranya lewat jaringan telepon setelah dengan penuh percaya diri saya meminta nomor telepon dirinya ke penjaga gerai di samping kedai kopi tempat saya duduk saat ini menikmati sanger dingin. Waktu itu, saya mengaku sebagai sahabat baiknya. Ya, sahabat baik yang tak menyimpan nomor telepon sahabatnya sendiri. 

Saya tak kan pernah lupa kala pertama kali bersua dengannya, kurang lebih empat tahun yang lalu.  Malam-malam, dengan dua bus saya dan rombongan mendatangi gerai yang dikelolanya. Sekarang, lelaki itu ada di depan mata! Usianya baru saja menggelindingkan angka nol di belakang angka 30, tapi apa yang dilakukannya untuk Nanggroe membuat kekaguman dalam hati tak usai hanya melihat pencapaiannya. Jantung saya berdebar keras, bukan karena sanger tapi kesempatan yang sudah lama dinanti. Oohhh maaaaak! lambaian tangan, langkahnya yang mendekat dan tentu senyum yang bersemangat itu. 

Gregetan melihat potensi wisata daerah yang pengelolaan dan promosinya kurang mendapat perhatian, menguatkan langkahnya untuk pulang ke Sabang selepas kuliah di Malang. Dilihatnya, banyak pemuda yang hanya fokus membicarakan masalah tanpa pernah berusaha untuk mencari solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut. Jika dibiarkan, akan semakin kacau. Baginya, masalah adalah sebuah peluan usaha yang bagus. Keputusannya bulat, dia memilih jalan yang berbeda. Dirinya seorang sarjana teknik. Planolog yang tergoda dengan dunia pariwisata dengan talenta besar pada desain grafis dan marketing membawa langkahnya membuka usaha Piyoh Desain pada 2009 di Sabang. Konsep gerai yang menjual ragam pernak-pernik promo wisata Aceh hasil karya sendiri ini ini, telah direncanakannya di bangku kuliah. Di tahun ketiga, dirinya membuka cabang di UK dan dalam waktu 6 (enam) tahun Piyoh Desain telah memiliki 3 (tiga) gerai: Sabang, Ulee Kareng dan Peunayong. Buka mata, melihat peluang, lalu berusaha menyelesaikan masalah yang ada dengan bekal ilmu dan kemampuan yang dimiliki; dia MELANGKAH. 

Setelah usahanya berkembang, dirinya tak lantas diam. Dia masih punya mimpi yang ingin dikepakkan, dia ingin anak muda yang lain dapat meraih impian dan maju bersamanya. Akhir tahun 2012, bersama 10 (sepuluh) orang generasi muda Aceh yang dianggap aneh, memiliki visi yang sama serta berpotensi berkumpul dan membuat satu organisasi menyatukan semangat dan kekuatan dengan satu misi membawa perubahan positif di Aceh terutama di kalangan generasi muda, The Leader. Mereka ingin menunjukkan bahwa generasi muda Aceh bisa bangkit setelah konflik dan tsunami lewat kegiatan Dreammaker Camp, Dreammaker Institute, Kelas Kreatif, Liburan Produktif, Sobat Buku, Ngobrol Inspiratif dan Aceh Luar Biasa. Tahun pertama, The Leader mendapat penghargaan sebagai juara I MDGs Awards (IMA) 2013 untuk bidang pendidikan. Dirinya terus BERGERAK. 

Cukupkah baginya? Ternyata masih ada lagi mimpinya yang terus dikepakkan. Saya kembali teringat masa berbincang lewat jaringan telepon dengannya dua bulan lalu. Saat itu dirinya di Lhokseumawe dan saya di UK, sebutan keren untuk Ulee Kareng. Ngapain turun ke gampong-gampong? Jawabannya membuat rasa kagum di hati semakin kembang kempis. Aceh memiliki banyak potensi besar untuk dikembangkan, hanya saja tertutup oleh kebiasan-kebiasaan buruk; satu di antaranya adalah krisis kepercayaan diri dan kepekaan yang hilang. Masalah bukanlah kendala untuk maju bersama, tak akan ada masalah berat di Aceh yang tak dapat diselesaikan jika kita bisa bergandengan tangan, satukan semangat untuk membuat Aceh lebih ASYIK. Untuk itu program lain seperti Gam Inong Blogger, Sedekah Sendal, Sabang Berkebun, I Love Songket Aceh, Colourful Kota Naga, Gampong Tanyoe, dan Tangkulok Project pun diluncurkannya bersama generasi muda Aceh. Dirinya seorang MOTIVATOR. 

Jelang ramadhan yang lalu, saya melihat gambar sandal dengan tulisan SS tak henti bertebaran di media sosialnya. Usut punya usut SS bukanlah sebuah organisasi jaman dulu yang terkenal itu tapi ide sederhana yang digagasnya bersama Rumah Kreatif Sabang menyumbangkan sandal jepit ke meunasah atau masjid untuk dikenakan umat saat berwuduh lewat gerakan #SedekahSandal. Dia, anak muda yang tahu BERSYUKUR, berkarya dengan cara sederhana. 

Kegiatannya tak hanya itu. Dirinya memiliki energi luar biasa yang menggerakkannya untuk terus melangkah. Untuk segala usaha dan kerja kerasnya, sederet prestasi pernah diraihnya. Dirinya terpilih sebagai satu dari 32 dua pemuda Indonesia yang masuk dalam Youth Booklet The United Nations Population Funds (UNFPA) 2015 yang memiliki potensi membuat perubahan di Indonesia, penerima anugerah Marketers of the Year 2015 untuk sektor Ekonomi Kreatif yang diselenggarakan MarkPlus, Inc, juara 1 Wirausaha Muda Mandiri 2013 bidang Kreatif, Juara 1 Marketeers Techno Startup Icon 2014, Delegai Propinsi Aceh di Kapal Pemuda Nusantara 2012 dan Sail Morotai, Delegasi Indonesia ke Youth Engagement Summit 2009 di Kuala Lumpur, Juara I, Agam Duta Wisata Provinsi NAD 2008, Juara Harapan I Raka Jawa Timur 2007, Juara I Kakang Malang 2006. Di Lomba Branding Image Kota Malang 2006, dirinya keluar sebagai Juara I, dengan konsep “Malang Welcoming City”, maskot: Tukoma (Tugu Kota Malang) dan motto : smiley, friendly and memory. Dirinya mendulang segudang PRESTASI. Usai mengikuti program Wirausaha Muda Mandiri (WMM), dia tak bisa tinggal diam. Bersama beberapa rekan pengusaha muda Aceh, dirinya membangun komunitas WMM Chapter Aceh. Di komunitas ini mereka saling membantu satu sama lain dan mengompori anak muda lainnya untuk turut berkarya dan menjadi pengusaha muda.

"Hai Cut Kak," sapa lelaki yang kini berdiri di depan saya. Tanpa berkabar dan tak menebar janji, kedai kopi mempertemukan kami. Senang bersua dirinya yang kini mendapat kepercayaan menjadi staf ahli Pejuang Pendidikan dari Aceh, Muslim, SHI, MM; anggota DPR RI Komisi X. Ia menjalankan tugasnya untuk menjembatani generasi muda Aceh yang memiliki semangat positif bersama pemerintah berkembang di bidang Pendidikan, Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Kepemudaan dan Olahraga. Dia, Hijrah Saputra, aneuk muda inspiratif dari Sabang, Nanggroe, pembelajar yang tak pernah berhenti menebar semangat untuk maju pada generasinya. Sosok yang telah mengurai kerinduan pada sebuah pertemuan yang melahirkan perbincangan seru saat malam semakin pekat menyelimuti Nanggroe. Bereeeh, sukses untukmu Heiji, saleum [oli3ve].

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/oli3ve/hijrah-saputra-pembelajar-dan-pengusaha-muda-dari-aceh_56a16ed32f93731805839516

Saya Ini Cuma Kompor

Hijrah di Songket Jasmani, Miruk Taman, Aceh Besar
BANDA ACEH - Siapa pun tahu Aceh yang berada di ujung Sumatera ini memiliki potensi alam luar biasa. Sayangnya, semua potensi itu belum tergarap karena semua pihak, khususnya kalangan anak muda, melirik titik fokus yang sama.
Terkait hal itu, pengusaha muda Aceh, Hijrah Saputra memberikan pendapatnya. Ia mengatakan, jika saja potensi itu digarap secara menyebar tentu akan berdampak jangka panjang yang menjanjikan.
“Sebenarnya Aceh punya banyak potensi yang belum tergali, cuma anak mudanya masih berebut 'kue' yang sama. Padahal masih banyak bagian lain potensi di Aceh yang bisa digarap dan punya kesempatan untuk berkembang lebih bagus ke depannya,” kata Hijrah kepada portalsatu.com melalui BBM, Jumat, 15 Januari 2016.
Ia mencontohkan, saat ini anak-anak muda Aceh mulai mengembangkan parfum aroma kopi, asam sunti pasta, emping berbagai rasa dan masih banyak lainnya.
“Jadi, sekarang saatnya melihat bagian lain yang belum tergarap itu. Jangan hanya melihat potensi yang sama. Tentunya msih banyak lagi lainnya yang belum terlihat,” kata owner Piyoh Design ini.
Kini pria yang akrab disapa Heiji itu lebih banyak mendengar, mendampingi dan menjembatani anak-anak muda Aceh yang memiliki ide-ide bagus yang bakal dihubungkan dengan pemerintahan sehingga ide yang mereka punya bisa dikembangkan.
Pasalnya, kata Heiji, banyak anak-anak muda Aceh yang memiliki ide dan sudah berkarya tetapi belum terhubung dengan pemerintahan. Dengan adanya Heiji yang kini juga menjabat sebagai staf ahli anggota Komisi X DPR RI hal tersebut menjadi mudah.
“Karena selama ini, itulah yang dibutuhkan anak-anak muda Aceh sekarang. Selain itu, juga mulai banyak anak-anak muda Aceh yang tertarik untuk bergerak di bidang social enterprise,” katanya.
Pada 2015 lalu Hijrah juga terpilih untuk mengikuti program Britis Council di Bandung. Ilmu yang dia peroleh dari sana pun kini mulai ditransfer kepada anak-anak muda Aceh.
Hasilnya pun mulai terlihat seperti I Love Songket Aceh yang digagas Azhar Ilyas di Aceh Besar, Colourful Kota Naga oleh Yelly Sustarina di Aceh Selatan, Sedekah Sandal oleh Al Khosim di Sabang dan masih banyak lainnya.
“Mereka penggeraknya dan saya membantu sebagai “kompor” saja sesuai dengan perannya seperti desain, promosi, dan membantu untuk pengembangan baik ide maupun link. Kita bikin Aceh lebih bermanfaat dengan cara yang menyenangkan,” ujar anak dari pasangan Drs. Suradji Junus dan Erwani Muthia ini.[] (ihn/*sar)

Pengusaha Muda Aceh Ini Digandeng Anggota DPR RI Jadi Staf Ahli

Hijrah di Aceh Jaya
BANDA ACEH - Pengusaha muda Aceh Hijrah Saputra dikenal suka bagi-bagi ilmu. Ia sama sekali tidak khawatir akan muncul 'saingan' baru karena banyak memberikan informasi khususnya tentang wirausaha pada orang lain. Prinsipnya sederhana saja, semakin banyak memberi maka semakin banyak pula yang diterima. Kini ia sedang disibukkan dengan berbagai kegiatan untuk menyemangati anak-anak muda Aceh di dunia entrepreneur dan social enterprise.
“Sekarang lebih banyak dipercayai untuk memotivasi masyarakat terutama anak muda untuk berpikir kreatif dan menjadikan masalah sebagai peluang,” kata owner Piyoh Design dan pendiri organisasi The Leader ini kepada portalsatu.com melalui saluran BBM, Jumat, 15 Januari 2015.
Berasal dari Sabang, Hijrah lebih sering bergiat di Banda Aceh. Namun ia juga sering mendapat undangan ke berbagai daerah seperti Bireuen, Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Barat. Selain itu juga dipercaya untuk beberapa lembaga dan universitas seperti BPJS Kesehatan, Univesitas Syiah Kuala, Universitas Samudra Passai, Universitas Malikussaleh dan Universitas Teuku Umar. Menjadi pembicara di berbagai kesempatan merupakan caranya menyalurkan semangat dan menularkan virus positif pada anak-anak muda.
Berkat sikap proaktifnya mempromosikan wirausaha, pariwisata dan kepemudaan, alumnus Teknis Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya ini pun dilirik anggota DPR RI untuk menjadi staf ahlinya.
“Sekarang juga sudah menjadi staf ahli Bapak Muslim, SHI, MM. Anggota DPR RI Komisi X Fraksi Demokrat untuk membantu program beliau di bidang pendidikan, kepemudaan, olahraga, pariwisata dan ekonomi kreatif,” kata pria kelahiran Sabang, 25 September 1984 ini.
Anggota DPR RI yang dimaksud berasal dari Langsa, Aceh, yang juga banyak membantu anak-anak muda Aceh yang potensial untuk berkembang.
“Semangat beliau untuk pendidikan di Aceh yang membuat saya bersemangat berkolaborasi dengannya. Karena saya melihat beliau termasuk orang yang idealis dan memiliki semangat positif untuk membangun Aceh dan kebetulan sekali bergerak di bidang kepemudaan, pariwisata, olahraga, ekonomi kreatif dan pendidikan. Jadi ini kesempatan berharga bisa bersinergi dan berkolaborasi dengannya,” ujar Hijrah.[] (ihn)
Sumber : Portalsatu