Sabtu, 26 September 2015

Menemukan dan Mengembangkan Passion Menjadi Usaha

Ketika aku diundang untuk sharing di beberapa kegiatan wirausaha, aku sering ditanyakan, “Bang, bagaimana caranya kita menemukan Passion dan mengembangkannya menjadi usaha?

Padahal semua orang memiliki Passion yang bisa dikembangkan menjadi usaha, tapi kebanyakan orang berpikir bahwa mereka tidak bisa mencari uang dari apa yang mereka sukai, sehingga mereka malas untuk memulai. Biasanya lagi, selalu ada pemisahan antara Passion dengan pekerjaan utama yang mendatangkan pemasukan secara rutin. Jadi ketika harus memulai proyek yang berhubungan dengan Passion, mereka merasa kewalahan. Kecuali jika kerjaan kita sudah sesuai Passion kita.

Kalau kita merasa kerjaan yang kita lakukan selama ini menyiksa dan merasa membebani, ada baiknya untuk merancang ulang prioritas kita. Jika memang memungkinkan, berikan prioritas lebih kepada apa yang menjadi kesenangan kita dan kerjakan dengan bersungguh-sungguh.

Seorang Life Coach di New York City, Susie Moore, menulis di huffingtonpost.com, 5 alasan mengapa kita perlu mengejar Passion dalam menjalani hidup ini:

1. Passion itu Menyenangkan untuk dilakukan
Melakukan apa yang kita sukai tentunya sangat menyegarkan dan membuat kita merasa lebih hidup. Bekerja seolah tak bekerja untuk orang-orang yang benar-benar menyukai pekerjaannya. Sebaliknya, kita justru akan mendapatkan kebahagiaan sepanjang hidup kita. Jadi jangan pernah berpikir bahwa kita tidak pernah mendapatkan keuntungan dari kegiatan bersenang-senang.

2. Passion itu didukung oleh Semesta
Mengerjakan sesuatu hal yang sesuai dengan Passion kita akan membuat kita bahagia dan akan membawa pada pemahaman tentang diri sendiri yang lebih hebat dari apa yang kita pikirkan selama ini. Bahkan, dunia pun akan mendukung keputusan kita untuk mengoptimalkan bakat unik kita sehingga akan banyak peluang bermunculan untuk kita. Kita bertemu orang baru dan mengobrol  lalu tanpa kita tahu, ia merupakan peluang bagi kita. Atau bisa juga tiba-tiba kita mendapat panggilan telepon yang memberitakan sebuah peluang karena orang lain merekomendasikan kita. Kesempatan bisa datang dari mana saja ketika kita benar-benar serius mengusahakan apa yang kita mau.

3. Passion itu Meningkatkan Kreativitas, ide dan energi terus mengalir
Perasaan senang dan gembira adalah bahan baku mutakir untuk ide dan kreativitas. Bayangkan kita bermain game atau membaca novel kesukaan, kita hampir tidak pernah merasa bosan. Bahkan, kita akan mengorbankan beberapa hal untuk dapat melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Rasa senang membebaskan pikiran dari tekanan sehingga energi, semangat dan daya kreativitas yang kita miliki mengalir dengan lancar. Satu hal yang bisa kita cermati misalnya adalah ketika ketika kita membuat tulisan. Sama-sama menulis, tetapi jika topiknya berbeda, mood kita juga berbeda. Bahkan, untuk siapa kita menulis juga mempengaruhi besarnya intensitas yang kita berikan untuk tulisan tersebut.

4. Passion itu Membuat Kita Lebih jujur pada diri sendiri
Tidak ada yang lebih penting daripada menjadi diri sendiri, itulah satu-satunya kewajibankepada diri kita dan dunia. Jika kita melakukan itu dengan komitmen dan hati yang terbuka, maka imbalan yang baik tentu kita dapatkan.

5. Passion itu membuat Segalanya Tidak Terasa sia-sia
Kita tentunya tidak harus buru-buru resign dari pekerjaan kita sekarang demi mengejar Passion tersebut. Kita bisa memulainya sambil mengerjakan pekerjaan utama kita. Misalnya dengan mengobrol dengan orang-orang yang sudah bekerja di bidang sesuai Passion kita. Temukan orang yang sudah lebih dulu sukses dan mintalah mereka menjadi Mentor, belajarlah dari mereka. Pelajari apapun yang berhubungan dengan Passion kita dan jalan akan terbuka pada saat yang tepat dan jika kita membuka diri.

Mengembangkan Passion Menjadi Usaha
Nah untuk mengembangkan Passion menjadi usaha, Passion tidak bisa bergerak sendiri, ada 3 hal yang harus kita perhatikan untuk mengembangkan Passion untuk menjadi sebuah usaha yang menguntungkan, yaitu Passion, Skill, dan Market. Bekerjalah atau berwirausahalah di bidang di mana kita memiliki keunggulan pada ketiga hal tersebut.

Seorang Profesor di Stanford University, Dr. Tina Seelig, juga menegaskan hal tersebut. Menurut Dr. Tina, komposisi dari pekerjaan yang hebat (good work) itu adalah Passion, Skill, dan Market. Passion adalah pekerjaan yang kita lakukan dengan cinta (suka), skill berarti kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu, dan Market adalah pihak yang akan membayar kita untuk melakukan sebuah pekerjaan.
Mengejar Passion
Ketika kita punya Passion dan skill, tapi tak ada perusahaan yang mau membayarmu, itu artinya kita punya hobi. Namun ketika hobi bisa dilekatkan dengan proses penambahan nilai, maka itu bisa menjadi good work. Kita punya hobi memasak, jago memasak, dan punya Passion di dunia kuliner, namun selama kita belum mengubahnya menjadi sesuatu yang bernilai (dari sisi ekonomis misalnya dengan membuka restauran – setelah melihat market / pasar atau dengan menjadi chef), maka selamanya itu akan tetap menjadi hobi. Jika kita memiliki Passion dan ada perusahaan yang mau membayar untuk Passion tersebut, namun kita belum memiliki keahlian di bidang tersebut, ya maka itu menjadi pekerjaan impian (dream job). Kalau kita memiliki skill dan sedang bekerja, namun ternyata itu tidak selaras dengan mengejar Passion kita, maka Dr. Tina mengatakan bahwa itu hanyalah bekerja biasa (just “job”). Untuk bisa bekerja hebat (good work), harus ada kombinasi ketiganya.
This is My Passion
Jadi, sudahkah kamu menemukan Passionmu?

Selasa, 22 September 2015

Mengenal Hijrah Saputra, Agam Kreatif dari Sabang

Agam Hijrah Saputra, Duta Wisata Indonesia 2008

Beberapa hari yang lalu Asosiasi Duta Wisata Indonesia (Adwindo) baru saja merilis ikon baru, yaitu Nusa dan Tara. Nah, tahukah kalian siapa pencetus ikon tersebut? Dialah Hijrah Saputra ST, atau yang lebih dikenal Agam Hijrah. “Iya, karena dilihat saya punya ikon Agam Inong. Lalu dimintai tolong untuk dibuatin ikon Duwis ID”, ujar cowok kelahiran Sabang ini. “Dulunya ide ikon Nusa dan Tara ini dikerjain bareng Vrans dari Yayasan Duta Wisata Indonesia”, tambahnya.
Nusa dan Tara karya Agam Hijrah

Agam Hijrah saat ini aktif di berbagai kegiatan, diantaranya: Piyoh Sabang, Rumah Kreatif, Sabang Berkebun, dan nge-blog. Di sela-sela kesibukannya menjadi pengusaha kaos, beliau juga lagi menulis buku Kaospreneur yang nantinya akan dipasarkan. Pada tahun 2013 kemarin, organisasi The Leader yang digawanginya berhasil memenangkan Indonesia MDGs Awards (IMA) 2013 dengan kategori Peserta Organisasi Muda.

Cowok berzodiak Libra ini menuturkan bahwa untuk menjadi sukses harus lah fokus. Setiap kegiatan yang dijalani mempunyai porsi masing-masing. “Kalau sekarang saya lagi fokus acara Pemilihan Putra Putri Konservasi dan Bahari Kota Sabang 2015”, ujarnya.

Agam Hijrah merupakan lulusan Sarjana Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya. Ketertarikannya di bidang pariwisata dimulai dari sejak bangku kuliah. “Awalnya ada mata kuliah pariwisata, terus ikutan Kakang Mbakyu Malang, eh akhirnya keterusan”, ujar beliau sambil tersenyum. Bukan hanya di bidang pariwisata, Agam Hijrah juga menekuni dunia wirausaha. Usaha yang digelutinya adalah kaos khas Aceh dan Sabang yang diberi nama Piyoh. 
Hijrah dan Piyoh Sabang
Cowok yang lahir pada tanggal 25 September 1984 ini mengakui kalau usaha yang dirintisnya berasal dari desainnya sendiri. Setelah lulus kuliah di Malang, beliau pulang ke Sabang untuk membuka usahanya. Hal ini dilakukannya karena sebagai putra daerah wajib membantu perkembangan daerahnya, khususnya pariwisata. Maka tercetuslah ide kaos Piyoh yang menjadi oleh-oleh kaos khas Aceh dan Sabang. “Senang juga sebagian keuntungan yang didapatkan selain bisa mengembangkan usaha, bisa juga untuk membantu kegiatan non-profit”, tutupnya.

Penghargaan yang pernah diperolehnya :
  • Juara I Kakang Malang 2006
  • Branding Image Pariwisata Kota Malang 2006
  • Juara Harapan I Raka Jawa Timur 2007
  • Juara I Lomba Rally Blog Wisata Malang 2007
  • Cut Abang Sabang 2008
  • Agam Provinsi Aceh 2008
  • Juara II Logo Visit Banda Aceh 2011
  • Enterpreneur Writting Contest 2011
  • Juara III My Selangor Story 2013
  • Juara 1 MDGs Award 2013
  • Juara I Techno Start Up Icon Markplus 2014
  • Marketeers of The Year Markplus 2015
Sumber : Website Adwindo

Minggu, 20 September 2015

Tips Menjadi Moderator Yang Baik



Seminar Gemar Membaca 2015, bersama Rektor Universitas Malikussaleh, DPR RI, Kantor Arsip dan Perpustakaan Nasional
Beberapa waktu yang lalu aku mendapat kesempatan untuk menjadi moderator acara, sebenarnya aku sendiri merasa nyaman menjadi pembicara daripada moderator diskusi, karena ada beberapa pertimbangan, salah satunya Moderator tidak bisa bicara panjang lebar, haha, Oops!.

Tapi karena permintaan seorang dan ini menjadi tantangan tersendiri buatku, aku masih ingin terus belajar untuk hal-hal yang baru, soal baik atau buruk, tinggal peserta yang menilai. Jadi hasil dari menjadi seorang moderator beberapa waktu lalu, aku belajar beberapa hal, semoga bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua.

1. Persiapan yang Cukup, Jadi Moderator itu butuh persiapan yang cukup matang, kita perlu mempelajari orang yang kita moderatori dan bahan yang akan dia presentasi. Mulai dari mencari hal-hal unik dari para presenter, sehingga, peserta diskusi bisa mendapat informasi baru.

2. Banyak memuji, memberikan pujian kepada para pemateri, hal ini akan memberikan kepercayaan diri mereka meningkat, tapi tidak semua orang suka dipuji dan efek lainnya, peserta diskusi akan meningkat kepercayaaanya terhadap pemateri, sehingga terjadi komunikasi yang menarik di antara keduanya.

3. Moderator bukan Pemateri Tambahan, Seringkali kita lihat, Moderator terjebak memberikan ulasan berlebihan lebih dari para pembicara, hal ini seringkali memberikan efek yang tidak baik. Ingat, Moderator bukan pembicara tambahan, kita perlu mengerem rasa untuk menjabarkan hal yang kita rasa perlu dijelaskan, kita hanya perlu mempersilahkan pemateri mengulasnya dengan jelas, apabila sudah jelas, cukup.

4. Buatlah Humor sedikit, seorang moderator juga perlu menyiapkan humor di sela-sela acara, sehingga tidak terlalu kaku, tugasnya juga mencairkan suasana dengan Ice Breaking. Hal ini juga perlu dipersiapkan secara matang.

5. Buatlah naskah atau alur acara, sehingga kita tidak tersendat berbicara, tulis saja apa yang akan kita katakan ketika menjadi moderator, terutama saat kita membuka, walaupun kita sering menjadi moderator, kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi selama di atas panggung.

Alur untuk tahapan moderator Acara :
1.    Pembukaan
2.    Ucapan selamat datang untuk para peserta
3.    Uraian secara singkat latar belakang dan tujuan acara
4.    Perkenalkan CV pemateri dan tema presentasinya
5.    Penentuan waktu dan mekanisme tanya jawab
6.    Mengundang pembicara untuk presentasi
7.    Rangkuman singkat inti presentasi
8.    Sesi Pertanyaan
9.    Ucapan terimakasih untuk pembicara
10. Menutup diskusi/presentasi.

6. Berinteraksi aktif dengan peserta, hal ini juga salah satu penghargaan kita terhadap peserta yang datang. Tidak ada salahnya kita menyebut nama atau memberi apresiasi kepada peserta yang kita kenal jika topik yang dibicarakan oleh pembicara ada kaitannya dengan peserta tertentu. Jika di situ ada pejabat, pujian atau apresiasi akan sangat membantu. Menyebut nama orang di tengah hadirin juga sangat membantu. Intinya, semua orang suka diperhatikan dengan wajar.

7. Berlatihlah, buatku persiapan dengan latihan yang bagus perlu dilakukan, sehingga ketika acara, tidak terjadi kesalahan yang tidak kita inginkan, Practice make us better!
Selamat menjadi moderator yang baik

Selasa, 15 September 2015

Hijrah di Gema Baiturrahman

Hobi Hijrah Membawa Berkah
Gema JUMAT, 21 Agustus 2015
Oleh : NA RIYA ISON
Tabloid Gema Baiturrahman Edisi "Ayo Kerja!"
Salut, mungkin kalimat ini yang terucap saat memulai menulis tentang Hijrah Saputra, ST. Terkadang saya merasa khawatir tidak mampu mendeskripsikan prestasi pemuda kelahiran Sabang, 25 September 1984 ini. Pria dengan segudang prestasi itu juga memiliki hobi membaca, traveling, desain grafis dan marketing.

Saat diminta dikirimkan Curriculum Vitae (CV), maka sarat prestasi yang telah diukirnya tidak saja pada level kota kelahirannya,  tetapi mencakup Provinsi Aceh. Bahkan Agam Propinsi NAD 2008 ini juga merambah ke tingkat ASEAN sebagai delegasi Indonesia ke Youth Engagement Summit 2009 di Kuala Lumpur.

Sepertinya bumi yang dipijak dan hobi Hijrah telah memberikan keberuntungan bagi penyandang slogan “Selalu bermanfaat untuk orang lain dimana pun” ini. Semasa menjadi mahasiswa di Universitas Brawijaya Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, putra ke-3 dari pasangan Drs. Suradji Junus dan Erwani Mutia ini dinobatkan menjadi Kakang Kota Malang pada 2006.

Namun sayang, ia hanya meraih Harapan 1 Raka Jawa Timur 2007. “Saya disulitkan dengan penguasaan bahasa, seni-budaya dan pengetahuan umum akan Kota Malang dan Provinsi Jawa Timur,” ujarnya melogis.
Pria yang akrab dipanggil Heiji memiliki pengalaman yang tak terlupakan. Saat pemuda lajang ini mengikuti Kapal Pemuda Nusantara 2014 Sail Morotai, Maluku Utara dan Raja Ampat Papua yang bertepatan dengan peringatan HUT RI.

“Upacara peringatan detik-detik proklamasi tahun lalu kami rayakan di atas kapal dalam area Laut Banda dan Raja Ampat,” kenangnya.

Banyaknya even tingkat nasional yang diikutinya membuka mata akan kebesaran Allah yang telah menciptakan nusantara dengan begitu multi etnik, suku-bangsa dan bahasa bagi nusantara tercinta, tambahnya.

Sebagian besar warga Sabang begitu mengenalnya. Sabang yang merupakan salah satu tempat dicanangkannya program pemerintah “Ayo Kerja” begitu beruntung memiliki wirausaha muda mandiri 2013 ini.

Koordinator Duta Wisata Indonesia Laskar Nusantara bagian barat, Aceh dan Jawa Barat ini turut berjasa dalam memajukan pariwisata di kepulauan paling barat nusantara, Sabang khususnya juga bagi Tanah Rencong.

Melalui promosi yang gencar via media online, hasil karya yang telah menyebar serta dari mulut ke mulut membuat wisatawan mancanegara maupun nusantara (wisman/wisnu) akan mencari dan membeli oleh-oleh khas Sabang dan Aceh sebagai bukti telah menapakkan kakinya di Sabang. Sesuai dengan tagline rumah industri kreatif yang dipimpinnya, “Sekenang kedar-kedaran dari Sabang”. Serasa belum ke Sabang bila tidak membawa aneka produk Mister Piyoh, begitu kira-kira.

Piyoh Design atau Mr. Piyoh -dalam bahasa Aceh berarti mampir atau singgah,  menyediakan cinderamata berupa t-shirt, gantungan kunci, pin, stiker, mug, kartu pos, boneka agam-inong dan produk lainnya telah memperkaya tujuan wisata Pulau Sabang  yang dikenal dengan keberadaan Km. 0 dan keindahan surgawi bawah lautnya. Kata Piyoh juga identik dengan keramah-tamahan masyarakat Aceh terhadap siapa saja yang datang ke Aceh atau yang dikenal dengan istilah Peumulia Jamee (memuliakan tamu).

Hobi desain dan kreasi Marketeers Of The Year 2015 ini tidak saja memberikan rezeki baginya, tetapi mampu menyerap lapangan kerja sekaligus memajukan pariwisata setempat.

Hijrah Saputra, Introducing an Empowering Hospitality

Hijrah Saputra, Papa Piyoh
"It is no longer the time for Indonesian youths to hate each other, but to act and be the solution, to join forces and build the nation together"


Born and raised in Sabang, the city at the western end of Indonesia, Hijrah Saputra (31) was intrigued by the untapped tourism potentials in his hometown. The combination of the things he is interested in; graphic designing, marketing, and his academic background in urban planning, encourage him to promote positive change among local youth.

Hijrah, or Heiji to his friends, began his mission in 2008 by building Piyoh Design, his graphic design start-up focusing on creating merchandises to promote tourism in Sabang. Among his products are mugs, key chains, stickers, flannel figurines wearing Aceh traditional dresses, and t-shirts. The name “Piyoh” is inspired by a word in Acehnese that means ‘stopping by’, representing the local tradition to honor guests called Peumulia Jamee. Not only a fitting choice of word for tourists coming over, Piyoh has also become a household name. Chances are, if one has a t-shirt that says “I Love Aceh” or “I Love Sabang”, it might be made by Piyoh Design.

            For the alumnus of Urban and Regional Planning Department in Brawijaya University, Malang, East Java, the numerous issues in his hometown were his drive to make the most of what he is made of. 

“I see that people, with their own abilities, can change their surroundings for better or worse. I call it the power of Supercitizen. As the power is combined, we can complete each other and collaborate as a driving force for a better Indonesia,” says Heiji, who believes that every single person has their own purpose in the world, and for him, it is to foster the improvements in his hometown.

As his initial drive to make changes started from tourism, Heiji stays true to the cause. Since last October, he is serving at Laskar Nusantara as the Coordinator for Indonesia Tourism Ambassadors for western part of the country, which comprises the region from Aceh to West Java. He also has been contributing and illustrating for Travelwan magazine since 2009, and previously designed the promotional tools for Visit Banda Aceh campaign in 2011 by the City of Banda Aceh’s Department of Tourism and Culture.

Furthermore, along with his fellow youths in Aceh, in 2012 Heiji co-founded a youth organization called The Leader, to encourage positive changes in local youth. Its activities include Dreammaker, to inspire them to make their dreams come true; Kelas Kreatif and Rumah Kreatif to promote creative thinking and actions; Ngobrol Inspiratif to serve as a hub for local youth and inspirational people; Sobat Buku to recommend must-read books for youth; and Aceh Luar Biasa to introduce inspirational young people who had made a difference.

On the other hand, he admits, the fact that plenty of young people in Aceh choose to complain about their surrounding without actually make any moves, made his ideas did not gain that much of support from even his friends. However, he is glad that, one of these days, some of his peers, who used to consider his thoughts to be pretty obscure, now wonder why they are not invited to contribute. 

“I consider this as a positive change of mindset, because if they ask that, it shows that they care and are willing to make change. Many of them are also inspired to do social projects and offer their own version of solution for problems in the society,” explains Heiji, who earlier this year won the first prize for the Creative Economy sector of Marketeers of the Year.

Over the years, Heiji has been leaving his mark as a change-maker in his hometown, and he intends to keep on doing so and not to stop learning new things. In ten years’ time, he hopes to be an entrepreneur who is not only successful in building his business empire, but also to be a man of value to inspire young people across the sea to be their own version of change-makers. 

Finally, he highlights, that “It is not the time to make a change on our own, but to do so together.”

As told to Muhamad Fahmi Ramadhan (UNFPA Indonesia)