Kamis, 22 Oktober 2015

Peta Wisata Pulau Nasi, Aceh Besar #AyoKeAcehBesar

Alhamdulillah setelah lama berencana bikin peta ini, akhirnya selesai juga, ya di sela kemalasan yang luar biasa, haha, ya sudahlah, semoga bermanfaat buat yang tertarik jalan-jalan ke Pulau Nasi, Aceh Besar. Pulau Nasi ini salah satu pulau kecil yang punya banyak potensi bahari yang menarik untuk para pecinta pantai dan alam yang masih alami. 
Untuk peta pulau-pulau di sekitarnya, segera ya, Piyoh :D
Potensi Pulau Nasi, ACeh Besar

Senin, 19 Oktober 2015

Sri Wahyuni, Blogger Aceh Yang Ngga Ada Matinya! #GamInongBlogger

Sri Wahyuni (Ji Hoon)
Pagi Piyohlovers, Peu Haba?
Kali ini kita akan bahas profil salah seorang blogger Aceh dari Komunitas Gam Inong Blogger, komunitas blogger paling produktif di Aceh, hehe. Oke, langsung saja kita kenalan dengan Inong Sri Wahyuni. Blogger Aceh yang lahir di Banda Aceh, 15 Juni 1989 ini memiliki semangat yang tinggi dalam ngeblog, walaupun sudah memiliki anak kecil dan tantangan hidup yang begitu banyak, semangat ngeblognya ga ada matinya! Penasaran? Samaa... langsung aja kita simak wawancara ala-ala Papa Piyoh berikut ya :)


Sejak kapan mulai ngeblog?
Saya mulai mengenal blog sejak masih kuliah, sekitar tahun 2011. Waktu itu sebenarnya masih belum begitu paham seluk beluk dunia blogging. Yang saya tahu blog itu tempat bercerita melalui tulisan, seperti buku harian. Sebagai seorang yang berlatar pendidikan sebagai guru, saya sama sekali tidak punya pengetahuan khusus dan formal tentang menulis. Karenanya, blog yang sudah saya buat hanya berisi beberapa tulisan dan cukup lama terbengkalai (3 tahun hampir tak tersentuh). Saya mulai aktif ngeblog di akhir tahun 2014 hingga sekarang. Namun, dalam 3 bulan terakhir ini saya tidak bisa sering posting tulisan karena saya baru memiliki 'jabatan' baru sebagai seorang ibu. Usia bayi saya yang baru 2 bulan cukup menyita waktu, ditambah dengan urusan rumah. Jadilah saya harus pintar mencuri waktu untuk ngeblog. Walaupun tidak bisa menulis setiap hari, tetapi saya komit untuk serius dalam dunia blogging. Minimal dalam sebulan ada beberapa tulisan yang saya share di blog.

Kenapa tertarik dengan blog?
Blog itu seperti buku harian elektronik bagi saya. Sebuah halaman pribadi yang di dalamnya bisa saya 'tata' sesuai keinginan, tentang apapun yang saya sukai. Blog adalah salah satu wadah untuk terus mengembangkan kemampuan menulis saya. Sedikit bercerita, saya bisa dikatakan sama sekali tidak bisa menulis, karena itulah blog yang sudah saya buat tidak aktif saya gunakan. Pengetahuan menulis saya benar-benar 'zero' hingga akhirnya saya diterima bekerja di salah satu perusahaan media ternama di Aceh sebagai jurnalis. Alhasil, setiap harinya saya harus menulis berita minimal dua. Merangkai bahasa lisan menjadi tulisan yang baik dan mudah dipahami orang. Dari situ saya belajar bagaimana mencari, mengembangkan, hingga menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Menekuni profesi sebagai jurnalis selama 16 bulan membuat saya belajar banyak hal serta mempelajari hal-hal baru, khususnya soal menulis. Namun, karir saya tidak bertahan lama karena saya memutuskan menikah dengan rekan seprofesi dari perusahaan yang sama. Terbentur peraturan, salah satu dari kami harus resign. Ini dapat dikatakan motivasi terbesar saya. Ilmu yang sudah saya "timba" selama menjadi jurnalis saya aplikasikan dalam wadah berbeda yaitu blog. Saya sama sekali tidak ingin apa yang sudah saya pelajari hilang begitu saja tanpa ada aplikasi lebih lanjut. Meski tak lagi menulis setiap hari, tapi saya masih ingin tetap berkarya. Menuangkan ide dan pemikiran atau bahkan sekedar bercerita tentang apa yang saya rasakan di blog. Saya ingin halaman blog saya memuat semua hal tentang diri saya dan orang-orang terdekat, sehingga memori yang pernah ada tidak akan habis dimakan waktu. Seperti kata Helvy Tiana Rosa: “Tulisan kita tak akan mati, bahkan bila kita mati.” 

Ada Ngga Blogger yang menginspirasi?
Jujur, tidak ada blogger khusus yang menginspirasi saya. Namun, sejak saya mulai aktif ngeblog, saya sering blogwalking ke halaman teman-teman blogger. Saya juga sudah bergabung dan menjadi anggota di komunitas Gam Inong Blogger. Saya melihat berbagai hal yang berbeda di setiap halaman blog teman-teman blogger. Namun, satu hal yang saya salut adalah semangat teman-teman blogger dalam menulis. Menulis tentang apa saja. Semangat mereka ini yang menginspirasi saya untuk menjadi blogger yang komit dan serius dalam dunia blogging. 

Selain ngeblog, ada kegiatan lain?
Untuk saat ini saya masih sibuk mengurus bayi saya yang berusia dua bulan, dan tentunya berselancar di dunia maya (termasuk ngeblog) di saat luang. Belum ada kegiatan lain di luar rumah. Sebelumnya, kegiatan saya kegiatan saya sebagai guru privat Bahasa Inggris. Jika kondisi dan situasi sudah memungkinkan, saya akan kembali mengajar.

Setelah memilih jadi seorang blogger, Apa sih Susah senangnya jadi blogger?
Rasa malas yang kadang-kadang datang dan waktu yang sekarang berkurang untuk ngeblog yang jadi salah satu kendala yang saya hadapi. Meski begitu, sampai saat ini saya masih enjoy menjadi blogger. Tidak ada kesulitan berarti yang saya temui, karena saya menulis di blog murni keinginan sendiri. Tidak ada embel-embel lain, syukur-syukur blog saya bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah seperti teman-teman blogger lainnya.

Ada Tantangan jadi blogger di Aceh?
Untuk menjadi blogger yang profesional menurut saya tidak mudah. Terlebih di Aceh sekarang banyak blogger yang pintar dan berdedikasi. Itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya agar dapat bersaing secara sportif. Hal lainnya yang menjadi tantangan adalah belum ramainya minat masyarakat Aceh untuk menulis, sehingga jumlah blogger yang benar-benar serius di dunia blogging masih sedikit. Saya ingin menjadi salah satu dari jumlah yang sedikit itu.

Apa ni Rencana ke depan?
Rencana ke depan saya masih ingin dan akan terus menulis. Saya akan terus berusaha membuat blog saya hidup meskipun saya disibukkan dengan pekerjaan lain. Sekarang blog sudah menjadi aset yang harus saya kembangkan, di samping keinginan lain yang juga ingin saya capai.

Wah, Menarik! ada ngga Pesan buat teman-teman yang mau jadi blogger?
Buat teman-teman yang ingin jadi blogger harus semangat ya. Menulis itu universal, apalagi menulisnya di blog. Tidak ada aturan khusus dalam menulis blog, yang penting tidak melanggar hukum dan norma yang berlaku di masyarakat. Jangan takut terhadap komentar orang lain tentang tulisan kita. Setiap orang memiliki kelebihan, keunikan, serta kekurangannya masing-masing. Karena itu, tuangkanlah ide-ide dan pemikiran kita lewat tulisan agar dapat dibaca orang lain. Kita tak pernah tahu ada berapa orang yang membaca tulisan kita. Tidak menutup kemungkinan juga jika tulisan kita bisa memberi informasi, dijadikan inspirasi bahkan solusi bagi orang lain. 

Menarik kan profil Inong Sri Wahyuni? semoga bisa nambah semangat dan inspirasi buat teman-teman yang tertarik dengan blog dan ingin menjadi blogger, yang mau baca tulisan-tulisan Inong Sri Wahyuni bisa langsung ke blognya di sini ya!. 


Jumat, 16 Oktober 2015

Lokal Brand Emang Keren #SmescoNV

Indonesia dianugrahi dengan banyaknya pulau dan keindahan yang luar biasa. Menurut data resmi PBB Ada kurang lebih 13.466 pulau, itu artinya kita bisa menghabiskan 13.466 hari atau sekitar 3 tahun lebih jika mengunjunginya satu persatu, luar biasa bukan? Setiap pulau di Indonesia memiliki keindahan tersendiri, sebut saja pulau-pulau terbesarnya, Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua, semuanya memiliki keunikan tersendiri yang semuanya memiliki potensi dikembangkan sebagai tujuan pariwisata. Jadi tidak salah jika Indonesia membranding pariwisata Indonesia dengan The Wonderful Indonesia atau yang dikenal di Indonesia dengan Pesona Indonesia.
Logo Wonderful Indonesia

Di samping itu, berkembangnya industri pariwisata di Indonesia, membuat insan-insan kreatif Indonesia bergerak untuk membantu promosi dan pemasaran potensi yang ada di Indonesia dengan produk-produk dan brand-brand yang unik, terutama di produsen kaos kreatif. Sebut saja Mister Joger di Bali yang lahir pada tahun 1980, Dagadu di Jogja yang bergerak pada tahun 1994, sehingga menarik perhatian banyak wisatawan untuk datang lagi ke sana dengan membawa orang lain sehingga Bali dan Jogja menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi di Indonesia, luar biasa!

Sekarang mulai banyak bermunculan berbagai brand lokal keren kaos daerah yang tidak hanya menjual produk, tetapi menyuarakan perubahan yang lebih baik, baik di bidang pariwisata, budaya, pendidikan dan juga pastinya secara ekonomi, karena secara tidak langsung juga meningkatkan pariwisata di daerah – daerah, meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan meningkatkan perekonomian masyarakat lainnya yang bergerak di industri pariwisata, seperti penginapan, travel, restauran, pemandu wisata dan masih banyak lagi.

Siapa saja brand-brand lokal keren tersebut?
Sebut saja Piyoh Design (Kaos Piyoh, Sabang dan Mister Piyoh, Banda Aceh), Badjoe Kinantan, (Oleh-oleh Medanesia), Dank! (Kaos Riau, Pekanbaru), Kaos Pinang (Kaos baik dari Kepulauan Riau), Jakoz (Jambi Kaos), The Dylath (Kaos Lahat), Nyenyes (Kaos Palembang), DongaDang (Kaos Bengkulu), Someah (Kaos Sumedang), Mahanagari (Kaos Bandung), Mbejujag (Kaos Temanggung), Dablongan Clothing (Kaos Banyumas), Kaos Rasa Solo (Kaos Solo), Soak Ngalam (Kaos Malang), Cak dan Cuk (Kaos Surabaya), Ita Itu (Kaos Bojonegoro), Nagud Banyuwangi (Kaos Banyuwangi), Hymunk (Kaos Kalimantan Selatan), Kareba (Kaos Makassar, Sulawesi Selatan), Tifa Tifa (Kaos Maokwari, Papua Barat), Pinang Clothing (Kaos Jayapura, Papua) dan masih banyak lagi.

Munculnya banyak brand-brand lokal kaos daerah akan menjadi Ambassador di setiap daerah di Indonesia, yang nantinya akan mempromosikan Indonesia ke luar negeri semakin gencar, jadi Indonesia akan dikepung oleh wisatawan mulai dari Sabang sampau Merauke.

Lokal Brand Harus Keren
Saya sendiri awal mulanya membuat brand Piyoh Design (Kaos Piyoh dan Mister Piyoh) dikarenakan saya tertarik dengan produk-produk keren yang sudah beredar di Indonesia, seperti Mister Joger, Dagadu, Soak Ngalam dan Mahanagari, menurut saya produk lokal tidak kalah keren dengan produk luar, dan selalu menjadi kenangan menarik setiap memiliki produk-produk tersebut. Jadilah saya mengoleksi kaos-kaos dengan brand lokal di setiap daerah.
Badjoe Kinantan, Kaos Medanesia
T-Obenk, Kaos Batam
Petak 10, Kaos Ambon
Kapuyuak, Kaos Rasa Minang
Kami juga para pengusaha Brand kaos daerah membentuk sebuah komunitas khas daerah yang bertujuan selain silaturrahmi, juga menetapkan standarisasi produk, mulai dari kain, bahan sablon hingga harga, harapannya konsumen di dalam negeri pun akan senang dan bangga memakai produk lokal. Sehingga nantinya para konsumen akan menjadi duta daerah dan juga duta bangsa Indonesia di luar, sehingga nantinya akan mempercepat promosi Indonesia di luar sesuai dengan target Presiden Jokowi untuk 20.000.000 kunjungan wisatawan tahun 2019.

Selain produk kaos di tiap daerah, sekarang juga di Gedung SMESCO ada banyak produk unik khas Indonesia, di UKM Galery SME Tower, kita bisa menemukan produk unggulan UKM di seluruh Indonesia mulai dari kopi, cokelat, kain, sepatu, batik, dan semuanya berasal dari Brand Lokal yang memang keren! Ada juga Paviliun 34 Provinsi yang tersebar di lantai SME Tower. Jadi kalau kamu ke Indonesia, terutama ke Jakarta, jangan lupa mampir di Gedung SMESCO, Jalan Gatot Subroto, saatnya menjelajahi keunikan brand lokal Indonesia!
Gedung SME Tower, pusat brand-brand lokal keren Indonesia
UKM Gallery, pusat produk UKM Indonesia, ada kurang lebih 560 UKM
Menarik bukan?
Kamu juga bisa berkontribusi untuk memajukan brand-brand keren di Indonesia, caranya gampang yaitu dengan mengikuti lomba blog yang diselenggarakan oleh Smesco. Syaratnya mudah, hanya menulis di blog masing-masing dengan tema Local Brand Lebih Keren, panjang tulisan minimal 500 kata. Hadiahnya ada laptop, smartphone & uang tunai! Deadline hingga tanggal 20 Oktober 2015 ya.

Jumat, 09 Oktober 2015

Ini Dia Kain-kain Tradisional Yang Wajib Dicari di Sumatera


Buatku kain tradisional atau yang dikenal juga dengan wastra Citra, selalu menjadi cerita menarik tersendiri. Setiap aku melakukan perjalanan kemana pun di Indonesia selalu berusaha untuk mencari kain yang khas di daerah tersebut. Sebut saja Batik di Jawa, kain Kerawang Gayo di Aceh Tengah, Tenun di Kupang, Suji Cair di Koto Gadang, Kain Basurek di Bengkulu, Tapis di Lampung dan masih banyak lagi lainnya.

Aku tertarik dengan kain tradisional Indonesia pada mulanya karena warna dan detail gambarnya. Sebagai seorang yang bekerja di dunia desain grafis, kain-kain tersebut menjadi inspirasi buatku untuk membuat desain-desain. Selain itu ada perasaan senang jika mengenakan kain tradisional Indonesia, terutama seperti batik ataupun tenun, aku merasa seperti sedang memakai lukisan di badan, hehe.

Tapi ternyata tidak hanya itu, di dalam proses pembuatan kain tersebut juga mengandung cerita dari perjalanan masyarakat Indonesia itu sendiri. Hal itu yang membuatku semakin tertarik untuk mengoleksi kain-kain tradisional yang ada di seluruh Indonesia dan itu membuatku mendapatkan perjalanan yang tak terlupakan.

Sempat suatu hari ketika selesai program Sail Raja Ampat, aku memutuskan untuk menyusuri pantai barat pulau sumatera. Selain tujuan bersilaturrahmi dengan teman-teman seangkatan ketika Program Sail Morotai, aku juga mencuri kesempatan untuk mencari tahu kain tradisional yang ada di daerah mereka, dan yang pasti untuk koleksi, hehe.

Perjalanan Pertama kumulai dari Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
Aku suka dengan Kota Bandar Lampung karena hampir di setiap sudut kotanya ada motif-motif khas Lampung, ada Siger, Gajah, Kapal dan masih banyak lagi motif lainnya, ini yang membuatku semakin penasaran ingin melihat langsung proses pembuatan Kain Tapis dan Batik Lampung.
Tembok yang menarik seperti ini, ada banyak di Bandar Lampung!
Ternyata menurut sejarah, Lampung sudah mengenal seni tekstil sejak abad ke-18. Ragam seni tekstil Lampung ada banyak, antara lain Kain Tapis (kain tenun ikat), Bidak, Sebage, Teppal, Selekap, Cindai, Peleppai (kain bermotif kapal), dan Nampan. Namun kebanyakan orang mengenal Lampung dari kain tapisnya. Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungan maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Kain tapis digunakan sebagai pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam. Kain ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung. Aku dan beberapa teman, Sujarwo, Qyoko dan Melyana berkesempatan melihat langsung ke tempat produksi Kain Tenun dan Batik Lampung di Ruwai Juwai, di daerah Bambu Kuning. Sekilas terlihat seperti rumah biasa, tapi ternyata aktivitas di dalamnya, luar biasa, ada banyak karya kreatif di sana!
Proses Pemisahan Benang dengan Mesin
Proses pemisahan benang secara konvensional
Proses tenun dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin)
Motif-motif Batik Lampung yang berkembang saat ini merupakan sebagian diambil dari motif-motif pada kain tradisional Lampung yang telah berkembang sebelumnya. Banyak motif batik Lampung dimodifikasi yang bermunculan. Seperti motif Gamolan, Siger, Kupu-kupu, dan Gajah. Ini menunjukkan perkembangan budaya yang diaplikasikan ke dalam motif batik yang diangkat dari akar budaya daerah masing-masing.
Perjalanan kedua, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu
Di Bengkulu aku kesulitan untuk mencari para pengrajin kain tradisionalnya, Kain Besurek, kain yang didalamnya terdapat surat, lucu ya. Ada lagi yang khas dari Bengkulu yaitu baju dari bahan Lantung.
Lantung sendiri berasal dari Pohon lantung yang bernama latin Artocarpus altilis adalah salah satu pohon endemik yang ada di hutan-hutan kawasan selatan Pulau Sumatera dan sejak dulu kala. Kulit lantung dikenal masyarakat Bengkulu sejak masa penjajahan Jepang tepatnya pada 1943 atau satu tahun Jepang menanamkan kekuasaannya di Indonesia. Faktor kerasnya hidup, kerasnya tekanan penjajah menjadikan keadaan perekonomian menjadi berat sehingga menyulitkan masyarakat dalam mencari atau membeli pakaian atau katun. Oleh karena itu timbul ide untuk mencari pengganti kain sebagai pelindung tubuh, maka muncul ide pembuatan kain lantung sebagai alternatif. Artinya, kulit Lantung merupakan bagian dari perjalanan kelam sejarah bangsa Indonesia.
 
Tetapi sekarang Masyarakat Bengkulu membuat kain untuk pakaian hanya digunakan untuk acara-acara kesenian tertentu dan lebih banyak dijual untuk masyarakat di Papua Barat dan Papua, lucu ya.

Kabar gembiranya, salah satu temanku, Sherly di Bengkulu, adalah pengrajin Lantung, jadi aku bergegas ke tempatnya untuk melihat proses pembuatannya. Tapi sayang, Tuhan berkata lain, ketika aku sampai di rumahnya, Sherly baru saja kecelakaan beberapa hari sebelumnya, jadinya semua aktivitas produksi Lantung diberhentikan sementara, daaan..... seperti info sebelumnya, semua bahan yang digunakan untuk bahan pakaian, dijual ke Papua, hehe. Tapi tak mengapa, setidaknya aku jadi tahu Lantung.
Sherly dan produk-produknya terbuat dari Lantung
Baju dari Lantung, Raja Ampat Expo
Bisa jadi baju adat Papua yang terbuat dari kulit kayu ini berasal dari masyarakat di Bengkulu, bisa jadi, hehe.

Perjalananku selanjutnya ke Padang Panjang, Sumatera Barat
Menikmati keindahan alam Koto Gadang menjadi satu paket sendiri jika kita mengunjungi Padang Panjang dan Bukit Tinggi, karena letaknya tidak terlalu berjauhan. Koto Gadang adalah salah satu bagian dari Kabupaten Agam. Selain terkenal dengan pengrajin peraknya dan juga dikenal dengan Suji Cair-nya.

Suji cair atau yang sering disebut juga Suji Caia adalah jenis sulaman selendang khas Sumatera Barat. Sulaman ini menggunakan warna benang berbeda atau menggunakan gradasi warna benang. Selendang Suji Cair ini biasanya menggunakan bahan sutra atau satin berukuran lebar 55 sentimeter sampai 60 sentimeter dan panjang 1,8 meter hingga 2 meter.
Selendang Suji Cair
Proses pembuatan Suji Cair yang ini hampir 1 tahun
Sulaman selendang ini bisa menjadi koleksi kerajinan yang layak dimiliki para kolektor Wastucitra, karena Suji Cair memiliki desain dengan motif halus. Motif bunga dan daun suji dibuat dengan benang sutra atau satin, dengan lima sampai enam tingkatan warna. Benang disulamkan bergantian, hingga terjadi percampuran warna benang yang membentuk bayangan tiga dimensi. Perpaduan warna satu benang yang mencair di atas warna benang lain ini yang membuatnya disebut suji cair. Suji Cair juga mengandung falsafah kehidupan alam takambang jadi guru, alam dan lingkungan menjadi sumber adat istiadat yang harus dilestarikan. Satu lagi keunggulan sulam Koto Gadang ini banyak dipengaruhi oleh sulaman Cina.

Saat ini motif sulaman yang tengah dikembangkan adalah motif Bunga Dahlia. Bunga cantik yang memiliki banyak warna ini sering dijumpai di Bukit Tinggi. Pada mulanya bunga ini berasal dari Meksiko yang kemudian dibawa ke Eropa oleh bangsa Portugis dan masuk ke Indonesia dibawa oleh Belanda. Sekarang dijadikan bunga khas Bukit Tinggi dan menjadi inspirasi untuk sulaman Suji Cair.
Motif Bunga Dahlia
Rumah Amai Setia
Pengerjaannya Suji Cair juga harus rapi dan halus untuk mendapatkan sulaman indah, jadi tidak heran jika, waktu pengerjaannya mencapai tiga bulan hingga lebih untuk satu buah selendang. Harga untuk sebuah selendang cantik Suji Cair mulai dari Rp.500.000 hingga Rp.5.000.000, tergantung dari tingkat kehalusan dan detail sulaman.





Perjalanan selanjutnya kembali ke Aceh
Di Aceh sendiri ada beberapa jenis kain tradisional, yang paling terkenal adalah Kain Songket dan Kerawang Gayo di Aceh Tengah dan sekitarnya. Aku selalu penasaran dengan kain ini yang biasanya digunakan oleh Orang Aceh yang bersuku Gayo ini. 

Kain ini sering jadi inceran para kolektor wastra. Kerawang Gayo sendiri adalah ragam hias kain bordiran yang menjadi ciri khas Masyarakat Gayo, terutama di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah dan merupakan kerajinan turun temurun. Untuk menuju Aceh Tengah, kurang lebih 8 Jam perjalanan dari Kota Banda Aceh.
Kerawang Gayo
Biasanya kain yang diberi sulaman Kerawang Gayo digunakan pada pakaian adat perkawinan, upacara adat dan kesenian.

Ciri khas Kerawang Gayo terletak pada bahan, warna dan motif. Motif dan warna yang dipakai sesuai kaidah-kaidah yang berlaku.


Untuk bahan dasar Kerawang Gayo, seperti pakaian masyarakat yang tinggal di pedalaman umumnya dipakai kain yang berwarna hitam atau yang berwarna gelap, karena warna gelap dianggap bisa memberikan kehangatan dan tidak tampak cepat kotor.


Untuk warna yang digunakan memiliki filosofi tersendiri, seperti Warna Kuning : diartikan dengan kebesaran dan keagungan yang dipakai oleh raja, Warna Merah : diartikan dengan keberanian, Warna Hijau : diartikan dengan kesuburan dan Warna Putih : diartikan dengan kesucian.
Motif Kerawang Gayo biasanya terinspirasi dari alam sekitar serta pengaruh alam yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, seperti Sara Kopat (orang yang dituakan) : berarti Raja, Imam, Petuah, dan Rakyat, apabila keempatnya berjalan dengan baik maka tercapailah kesempurnaan hidup, Peger (Pagar) : berarti sesuatu telah dijaga, apabila diluar pagar bukan kepunyaannya lagi, Emun Berangkat (Awan Beriring) : berarti seiya sekata, Duduk sama rendah tegak sama tinggi, Pucuk Rebung (Pucuk Bambu Muda) : anak muda yang akan menggantikan orang tuanya kelak maka harus diberikan pembinaan, Puter Tali (putar tali) : sebuah ikatan kekeluargaan dan kebersamaan dalam menyelesaikan masalah bersama-sama, Mata Pune (Mata Burung Punai) : waspada terhadap sesuatu keadaan yang membahayakan, Subang Kertan (Anting-anting dari Bahan Tanaman) : keindahan yang harus dimiliki, meskipun tidak ada anting-anting yang sebenarnya namun dapat dimanfaatkan tumbuhan di sekitarnya, Tapak Seleman (daun tumbuhan tapak seleman) : hidup bergantung pada alam tumbuhan sekitarnya, Jejepas (Tepas) : gabungan dari motif pucuk rebung, sara kopat, puter tali yang berarti antara muda-mudi dan orang tua terjalin satu ikatan yang kuat seperti jalinan tepas, Rumet Muriti (Rapat Berbaris) : gabungan motif sara kopat dan peger diiringi oleh motif mata pune, yang berarti sama-sama berbaris rapat bergabung untuk menjaga keamanan antara Raja dan orang yang bertugas menjaga keamanan. 
Peci dan sabuk motif Kerawang Gayo

Untuk harga Kain Kerawang Gayo ini mulai Rp. 700.000, selain kain sekarang Motif Kerawang Gayo bisa didapat dalam bentuk Tas, Peci, Sajadah, gelang tangan dan masih banyak lagi, harga mulai Rp. 10.000 hingga Rp.300.000.

Bagaimana, menarik bukan? ini baru sebagian kain tradisional yang ada di sebagian Pulau Sumatera, ada masih banyak lagi kain-kain tradisional menarik yang ada tersebar di seluruh Indonesia, dan itu bisa jadi perjalanan menarik!

‘Postingan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #KainDanPerjalanan yang diselenggarakan Wego’

Jadi, bagaimana kisah teman-teman?