Tampilkan postingan dengan label Kakang Malang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kakang Malang. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 Juli 2022

Mencoba Lezatnya Ice Cream Jamur Shiitake di Jepang

Prefektur Oita Jepang memiliki banyak komoditas pertanian unggulan, salah satunya adalah Jamur Shiitake yang berada di Semenanjung Kunisaki. Jamur di sini termasuk jamur Shiitake yang memiliki kualitas yang terbaik di Jepang dan sudah diekspor ke berbagai macam negara. Hal ini disebabkan dari cara mereka memilih lokasi dan menjaga ekosistem tempat jamur ini tumbuh. Tidak hanya memperhatikan tempat produksi jamurnya saja, tetapi mereka menjaga semua kesatuan alam dari sistem yang sudah berlangsung ratusan tahun agar tetap terjaga dan berkelanjutan, hal ini dikenal dengan Globally Important Agriculture Heritage Systems (GIAHS). 

Perkebunan Jamur Shiitake di Kunisaki Oita, Jepang

Jamur Shiitake dikenal memiliki aroma yang kuat, biasanya digunakan sebagai sayur atau pun obat herbal karena memiliki khasiat yang bagus untuk kesehatan, terutama untuk menjaga tubuh agar tidak obesitas, menjaga ksehetana kulit, mengelola kadar gula darah, menjaga sistem imun tubuh, kesehatan otak, kesehatan tulang, mencegah tumbuhnya tumor hingga kanker, luar biasa ya.

Walaupun banyak khasiatnya, jujur saja, saya kurang suka dengan aroma yang dimiliki jamur satu ini, sering kali dijadikan teh atau pun dimasak menjadi sup di sayur, bagi saya masih terasa aroma yang terlalu kuat menusuk di hidung.

Tapi siapa yang sangka, ada salah satu toko yang bernama Yamayoshi,  berlokasi di dekat Stasiun Kereta Kota Beppu, mengolah jamur ini menjadi sesuatu yang menyenangkan. Awalnya saya juga masih tidak suka dengan jamur ini, seperti biasa, orang jepang terkenal dengan spesialitynya, jadi kalau sudah jual satu produk, akan menjual itu saja sampai orang akan mengingatnya, kalau mau beli produk tersebut ya datang ke toko itu.

Nah toko Yamayoshi ini dikenal menjual Jamur Shiitake dan berbagai macam olahannya, bahkan untuk memperkuat brandingnya, mereka juga membuat maskotnya yang berupa jamur berjalan, lucu sekali. Saya selalu penasaran jika lewat stasiun, melihat maskot tersebut, tapi karena saya tidak suka jamur shiitake, jadi hanya sekilas saja.

Sampai suatu ketika, teman saya mengajak saya dan istri untuk mampir ke sana, karena katanya ada Ice Cream enak yang bisa dicobain di sana. Ice Cream?? saya penasaran, karena di sana hanya jual jamur, kok bisa ada ice cream, apa dibuat dari jamur? 

Ice Cream Jamur Shiitake di Yamayoshi Beppu

Saya dan istri mencoba ice creamnya, masih ada terasa dari jamur Shiitake-nya tapi tidak terlalu kuat, rasanya cenderung manis dan unik. Penasaran dengan rasanya, menurut saya ini jadi salah satu yang wajib dicoba kalau ke Beppu, apalagi kalau di musim panas, selain sehat juga bikin segerrrrr....

Kamis, 07 Januari 2021

Selamat Tahun Baru 2021

 Selamat tahun baru 2021!


Tahun 2020 jadi tahun yang paling banyak tantangannya, mulai dari menebarnya Covid 19, menyerang kesehatan, perekonomian, hubungan sosial dan juga berdampak ke beberapa aktivitas penting lainnya. Semoga di tahun 2021 ini semuanya bisa kembali ke kondisi yang aman dan terjauhkan dari segala jenis penyakit, aamiin!

Saya juga berharap bisa berkumpul dengan anak lagi, semoga bisa kembali ke Jepang dan bermain bersama lagi.

Happy Mooyear


Kamis, 19 Maret 2020

Hijrah Saputra Terima Penghargaan dari Kampus di Jepang


BANDA ACEH - Desainer grafis asal Sabang, Aceh, yang juga pemilik Piyoh Design, Hijrah Saputra, mendapat penghargaan dari Kampus Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), Jepang, Rabu, 8 Januari 2020. Ia mendapat penghargaan sebagai salah satu mahasiswa yang berkontribusi di kegiatan sosial. 
Penghargaan ini diadakan kampus dan diberikan kepada mahasiswa dan organisasi yang berkontribusi positif terhadap sosial, lingkungan, kebudayaan, olahraga, kesenian, pariwisata dan pendidikan.
Anak ke-3 dari pasangan Suradji Junus dan Erwani Meutia ini mendapatkan penghargaan karena kontribusinya mendesain produk di program Plushindo yang dilakukan kolaborasi bersama Tim Fingertalk, wirausaha sosial yang melakukan pemberdayaan teman-teman Tuli untuk menghasilkan produk kreatif yang juga membantu konservasi hewan-hewan langka di Indonesia.
Penghargaan ini menjadi kebanggaan bagi Hijrah. Dia tidak pernah menyangka, hasil karyanya mendapat perhatian dari pihak kampus. Harapannya ke depan bisa terus berkarya dan bisa membantu lebih banyak orang dengan desain-desain yang dibuatnya dan dana yang diberikan oleh pihak kampus.
Selain itu, Tim Fingertalk juga mendapat penghargaan khusus, Ritsumeikan Trust Award for Excellence in Extracurricular Activities. Penghargaan ini diberikan karena Tim Fingertalk yang digerakkan Dissa Syakina Ahdanisa, Hijrah Saputra dan Muhammad Rizqi Ariffi, terus aktif mengampanyekan semangat inklusi di Jepang dalam berbagai kegiatan.
Bersamaan dengan mereka ada mahasiswa lain yang juga mendapat penghargaan, Paykar Attaulah dari Afghanistan, Vincent dari Vietnam, Yasuda Kana dari Jepang dan Peter Ryan dari Indonesia.[](rilis)
Editor: portalsatu.com

Minggu, 05 Maret 2017

Hijrah Saputra, Introducing an Empowering Hospitality



Hijrah Saputra and Mister Piyoh

Born and raised in sabang, the city at the western end of indonesia, Hijrah Saputra (32) was intrigued by the untapped tourism potentials in his hometown. the combination of the things he is interested in; graphic designing, marketing, and his academic background in urban planning, encourage him to promote positive change among local youth. Hijrah, or Heiji to his friends, began his mission in 2008 by building piyoh design, his graphic design start-up focusing on creating merchandises to promote tourism in sabang.

Among his products are mugs, key chains, stickers, flannel figurines wearing aceh traditional dresses, and t-shirts. The name “Piyoh” is inspired by a word in Acehnese that means ‘stopping by’, representing the local tradition to honor guests called peumulia jamee. not only a fitting choice of word for tourists coming over, piyoh has also become a
household name. chances are, if one has a t-shirt that says “i love aceh” or “i love sabang”, it might be made by Piyoh Design. for the alumnus of Urban and Regional Planning Department in Brawijaya University, Malang, East Java, the numerous issues in his hometown were his drive to make the most of what he is made of.

“I see that people, with their own abilities, can change their surroundings for better or worse. I call it the power of supercitizen. As the power is combined, we can complete each other and collaborate as a driving force for a better Indonesia,” says Heiji, who believes that every single person has their own purpose in the world, and for him, it is to foster the improvements in his hometown.

as his initial drive to make changes started from tourism, the son of Suradji Junus and Erwani Meutia stays true to the cause. since last october, he is serving at Laskar Nusantara as the coordinator for indonesia tourism ambassadors for western part of the country, which comprises the region from aceh to west java. he also has been contributing and illustrating for travelwan magazine since 2009, and previously designed the promotional tools for visit banda aceh campaign in 2011 by the city of Banda Aceh’s department of tourism and culture.

Furthermore, along with his fellow youth in aceh, in 2012 Heiji co-founded a youth organization called The Leader, to encourage positive changes in local youth. its activities include Dreammaker, to inspire them to make their dreams come true; Kelas Kreatif and Rumah Kreatif to promote creative thinking and actions; Ngobrol Inspiratif to serve as a hub for local youth and inspirational people; Sobat Buku to recommend must-read books for youth; and Aceh Luar Biasa to introduce inspirational young people who had made a difference.

On the other hand, he admits, the fact that plenty of young people in Aceh choose to complain about their surrounding without actually make any moves, made his ideas did not gain that much of support from even his friends. However, he is glad that, one of these days, some of his peers, who used to consider his thoughts to be pretty obscure, now wonder why they are not invited to contribute.

“I consider this as a positive change of mindset, because if they ask that, it shows that they care and are willing to make change. Many of them are also inspired to do social projects and offer their own version of solution for problems in the society,” explains Heiji, who earlier 2015 won the first prize for the Creative Economy sector of Marketeers of the Year by Markplus.

Over the years, Heiji has been leaving his mark as a changemaker in his hometown, and he intends to keep on doing so and not to stop learning new things. In ten years’ time, he hopes to be an entrepreneur who is not only successful in building his business empire, but also to be a man of value to inspire young people across the sea to be their own version of change-makers.

Finally, he highlights, that “It is not the time to make a change on our own, but to do so together.”

Rabu, 26 Oktober 2016

Malang Kembali, Ulang Tahun 2 kali dan Reuni Mimpi

Ini sebenarnya cerita satu bulan yang lalu, tapi masih membekas di dalam kenanganku. Setelah hampir 10 tahun meninggalkan kota yang menjadi Kota Halaman keduaku, akhirnya aku kembali ke sana, ya Kota Malang. 

Bagi banyak orang mengenal Kota Malang sebagai kota tujuan wisata unggulan di Indonesia, tapi kota ini menyimpan banyak cerita dan kenangan buatku, karena perjuangan dan pengalamanku memulai karirku hingga sekarang semua bermula di sini.

Ada ragu bergelayut dalam pikiranku, ketika berencana balik ke Malang, apakah orang-orang disana akan menyambutku dengan ramah seperti dulu, atau hanya perasaanku saja yang menganggap Malang sebagai Kota Halamanku, sedangkan mereka menganggapku sebagai pendatang.

Aku mencari berbagai alasan untuk kembali kesana, mulai dari perayaan ulang tahunku, mengumpulkan memoriku yang hilang sejak sarafku bermasalah, hingga alasan reunian 1 dekade Kakang Mbakyu 2006, aku mencari yang paling masuk akal, sehingga nantinya kalau kejadian terburuk pun, aku masih bisa ngeles dengan alasan, padahal alasan terbesar hanya rindu keras yang kurasa, hehe, MrembesMili.

Sebenarnya ada alasan kenapa aku tidak pernah kembali kota sejuk ini, ada janji yang sempat terucap ke salah seorang juri Kakang Mbakyu Malang, Beliau sempat menawarkanku untuk bergabung di teamnya di Yayasan Inggil yang membuat Festival Malang Kembali. Beliau termasuk salah satu juri yang kutakuti dan sekaligus kukagumi karena kinerjanya. Selama penjurian Kakang Mbakyu Malang 2006, beliau termasuk orang yang paling bersikeras menentangku dengan memberi pertanyaan yang memang menjadi kelemahanku saat itu, beliau memintaku untuk mempromosikan potensi Kota Malang dengan Bahasa Jawa Kromo Inggil, gila! Bahasa Jawa saja saat itu masih terbata-bata, apalagi diminta yang Kromo Inggil, diam seribu bahasa, aku sadar, aku mungkin bukan yang beliau cari. Tapi selepas itu, dan aku terpilih sebagai juara 1 Kakang Malang 2006, beliau malah mendukungku dan team Pakandayu agar terus berkembang dan mengembangkan pariwisata Kota Malang, hingga masa jabatanku selesai. Beliau menawarkan kesempatan itu, tapi aku berjanji tidak akan kembali ke Malang sebelum aku bisa menunjukkan kalau aku bisa membuat sesuatu di Kota Halamanku yang pertama, Kota Sabang. 

Dengan keyakinan sudah membuat progres positif di Sabang dan sekitarnya, membuatku sedikit menambah keberanian untuk bertemu dengan beliau dan teman-teman lainnya di Malang, aku memutuskan balik ke Malang.

24 September sempat tidak tidur...... deg deg an

Tanggal 25 September pagi, masih di Jakarta, enaknya punya bos yang perhatian seperti Bang Muslim dan Istrinya, membuatku jadi berkah tersendiri, selain aku bisa mengatur jadwal kerja bersama, bisa juga membuat jadwal untuk pribadi, sempat dibikinkan kejutan di sela-sela Car Free Day, aaaaah, peluk satu-satu.

Surprise dapat ucapan Ulang Tahun dari Bang Muslim, Kak Jamila dan adek-adek dari Banten yang dipaksa, haha
Siangnya pukul 12.15 aku diantar ke bandara, masih dengan perasaan bimbang, untung saja di pesawat yang duduk sebelahku seorang anak muda mahasiswa Unibraw dari Jakarta yang asyik untuk diajak diskusi lumayan membuat perasaanku tenang, ya setidaknya membuatku ada teman yang senasib, perjalanan kurang lebih 45 menit itu pun seperti hanya 5 menit.

Perasaan takut itu datang lagi ketika aku turun di Bandara Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang. Perasaan terasing itu datang lagi melihat banyak perubahan di bandara, berbeda sekali ketika aku bertugas menyambut piala Adipura untuk Kota Malang tahun 2007. Ditambah lagi pertemuanku dengan suami Mbakyu Vita, Mbakyu pasanganku 2006, yang seperti ketakutan bertemu denganku yang dengan ekspresi senang bertemu dengan tidak sengaja dengannya di bandara, mungkin dikiranya aku seorang sales yang ingin menawarkan produk dengan modus mengenal istrinya, hehe. Tapi perasaan itu hilang ketika aku bertemu dengan supir taksi, Pak Wibowo yang ternyata pernah bekerja cukup lama di Sabang, kebetulan yang tidak kebetulan. Selama perjalanan, kami bertukar cerita, beliau menceritakan perkembangan Malang, gantian aku mengupdate cerita tentang Sabang, mungkin ini yang dinamakan jodoh, #Halah.

Singkat cerita, setelahnya aku sampai di penginapan, yang aku baru tahu ternyata tempat yang kubooking selama di Malang karena rekomendasi teman kuliahku ternyata menjadi tempat karantina Kakang Mbakyu Kota Malang 2016 nantinya. Baru merebahkan badan, tiba-tiba saja masuk inbox di instagram, pesan dari seseorang yang berjasa besar membantuku banyak ketika persiapan mengikuti Kakang Mbakyu 2006, ya Mas Heri, atau biasa akrab dipanggil Cak Diek, aku sempat bingung dengan semua kebetulan ini, tapi memang di dunia ini tidak ada yang kebetulan, semua rahasia Allah. Alhasil malamnya aku bereunian dengan Cak Diek, bercerita banyak hal, mulai dari hal yang kecil, aku merasakan dejavu seperti 10 tahun yang lalu. 
Bersama Cak Diek (Mas Heri) bercerita mengembalikan ingatan masa lalu sambil nyobain Mie Tarik
Pertemuanku dengan Cak Diek ini terjadi, cukup unik, saat itu aku diminta bantuan untuk membantu kegiatan Unitantri, Universitas Brawijaya. Padahal tidak ada dalam sejarahnya aku aktif di UKM yang ada di Universitas Brawijaya, karena aku termasuk orang yang introvert dan hanya fokus di kuliah saja. Tapi ternyata bantuan yang kuberikan saat itu membuat hubungan baik dengan Cak Diek yang akhirnya membantu persiapanku mengikuti Kakang Mbakyu Malang. Beliau membantuku mengajar Tari Topeng yang ternyata susahnya minta ampun, akhirnya dengan berbagai pertimbangan aku belajar nembang. Tapi bantuan dari Cak Diek ini tidak dengan mudah diberikan, beliau termasuk orang yang idealis dengan apa yang dia kerjakan, apalagi terkait budaya dan seni yang ada di Jawa Timur, beliau memastikan dulu apa tujuanku mengikuti Kakang Mbakyu, apa alasannya, banyak pertanyaan yang harus bisa masuk akal beliau, karena ternyata ada juga beberapa kandidat yang meminta bantuan beliau, ditolak, hmmm...

Terkadang kita sering menyepelekan hal baik yang kita kerjakan, padahal bisa jadi hal kecil itu bisa membantu kita di masa depan.

Beliau juga yang menguatkanku ketika aku terpilih sebagai 40 besar semifinalis, ketika itu sudah mau menyerah, karena tidak percaya diri harus bersaing dengan para model dan artis-artis Malang yang harus tampil saat itu juga di Mall paling hits di Malang saat itu, Malang Town Square (MATOS). Aku saat itu tidak pede dengan apa yang aku punya, karena harus berjalan di catwalk dan harus menampilkan talenta yang kita punya. Hampir menyerah, tetapi beliau yang mengingatkanku untuk tetap fokus pada tujuan yang ingin aku capai dan ini hanyalah salah tahapan yang harus dilewati. Setelah aku pikir-pikir, sudah banyak waktu dan pikiran yang sudah beliau berikan, tidak ada salahnya mencoba, walaupun hasilnya ketika aku berjalan disorakin seperti Tukul Arwana, ea....ea...ea....ea...., ditambah lagi nembangku jadi tertawaan semua pengunjung MATOS, ingin rasanya punya jurus menghilang ala Naruto, tapi aku tidak terlalu peduli, nasi sudah menjadi bubur, ada banyak yang harus kukerjakan setelah ini walaupun tidak lolos ke 20 besar, setidaknya aku masih punya muka bila bertemu Cak Diek.

Ternyata Tuhan berkata lain, ngga, ngga, aku ngga mati. 

Alhamdulillah aku terpilih masuk 20 finalis, dan lancar hingga karantina dan Grand Final, memang doa orang-orang yang teraniaya itu benar adanya, hehe.

Waktu cepat sekali berlalu, belum habis bercerita bersama Cak Diek dan teman-temannya, teman-temannya?? iya, ini uniknya Malang, terkadang kita bisa tiba-tiba saja berada di tengah orang-orang yang tidak kita kenal tapi bisa akrab satu sama lain dalam waktu yang singkat, dan ini juga yang dulunya membuatku merancang Konsep Branding Pariwisata Kota Malang, Malang Welcoming City, yang membawaku menang sebagai Kakang Malang 2006. Karena Malang selalu welcome untuk siapa saja yang datang ke sana, smiley, friendly and memory.
Cak Diek dan beberapa teman yang aku baru kenal ':D
Belum habis dengan kejutan itu, besok harinya teman kuliahku yang sekarang jadi dosen di kampusku, memintaku untuk mengisi kuliah tamu di jurusanku. Beuh, sempat gugup juga, karena aku masih status lulusan S1 dan tidak kerja di duniaku yang seharusnya, diminta mengajar adek-adek kelas yang notabenenya ga jauh beda. Belum lagi ada info beberapa dosen mau ikutan kelas tersebut, tambah deg-degan. Tapi ya mau gimana lagi, rezeki tidak boleh ditolak, nanti Allah marah, kenapa aku bilang rezeki, karena dengan adanya permintaan ngisi kuliah tamu, setidaknya ada alasan buatku mengunjungi kampus lagi, horee!!
Curcol berbalut Modus
Deg-degan itu, ketika harus berhadapan dengan dosen-dosen yang dulunya....., hehe, strateginya adalah ambil posisi di tengah biar aman, walaupun ternyata banyak dosen-dosen yang duduk di barisan belakang, hehe
Bareng dosen-dosen terbaik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya
Nyess Momen
Ngisi kuliah umum di jurusan sendiri itu butuh keberanian extra, karena bisa mengungkit masa lalu, apalagi dihadiri banyak dosen yang penasaran dengan apa yang kita kerjakan sehingga tidak berada di jalur yang mereka ajarkan, hehe. Tapi ada kejadian yang bikin nyes saat itu, ketika ada salah satu peserta yang masih kecil, ngomong, "Om, mulai saat ini, Om orang yang pertama jadi favorit saya!", dia mengucapkan dengan wajah yang berbinar. Ah..... mudah-mudahan kamu tidak menyesal ya nak di masa depan, kalaupun kamu menyesal, om punya buktinya, dan kamu ngga bisa ngeles lagi, hahaha #KetawaSetan








Ada banyak kejutan yang tidak terduga selama di Malang, aku bisa bertemu dengan orang-orang yang kukenal selama di Malang. Berkumpul, bercerita, mengumpulkan memory yang sempat hilang.
Reunian tipis bareng temen-temen satu angkatan PWK UB 2002
Ketemu Mas Robby Aditya, Manajer Wilayah EF Malang, salah satu Juri Raka Raki Jawa Timur
Tapi memang yang paling ngangenin dari semuanya ada di Pakandayu (Paguyuban Kakang dan Mbakyu Kota Malang), hehe.
Sharing tipis dengan Finalis Kakang Mbakyu Malang 2016
Suatu kebanggaan bisa bergabung lagi dalam keluarga ini, baju 10 tahun masih muat ya, yey!! hehe
Kunjungan ke Batik Sundari Kota Malang sekalian belajar Mbatik
Kunjungan ke Jatim Park 1, Kota Batu
Malam Keakraban Kakang Mbakyu 2016, Pakandayu semoga jadi keluarga seterusnya
Penjurian Kakang Mbakyu Malang 2016, bersama Mbakyu Wida (Wakil 1 2006) , Babe Tjatur dan Mbakyu Tyscha (Mbakyu Malang 2013)
Juri Malam Grandfinal Kakang Mbakyu 2016
Reuni mimpi Kakang Mbakyu 2006, walaupun belum lengkap, inilah keluarga yang membackup semua kegiatan Kakang Mbakyu 2006, kangen kalian semua!
Kakang Mbakyu Malang 2006 (Kakang Hijrah dan Mbakyu Vita) dan Kakang Mbakyu Malang 2014 (Mbakyu Sarirra dan Kakang Anggun)
Keluarga besar Pakandayu Malang
Perhelatan Kakang Mbakyu Malang 2016 sudah selesai, Kakang Mbakyu utama juga sudah terpilih, tapi ini bukan akhir dari semua kegiatan, selamat bergabung di Keluarga PAKANDAYU Malang adik-adik, saatnya memulai berkontribusi ke masyarakat dan pariwisata di Indonesia, tunjukan sebagai anak muda, kita punya karya dan bermanfaat untuk orang lain.
Teruslah menjadi keluarga, teruslah berkarya, teruslah menginspirasi, walaupun dalam senang dan susah
Tak terasa udah seminggu aja di Malang, masih belum puas rasanya, baru ngeh juga kalau tahun ini, aku berulang tahun baik dalam kalender masehi maupun kalender Hijriyah dalam waktu yang berdekatan, tapi ini jadi hadiah ulang tahun paling berkesan dalam sejarah hidup, ya walaupun tujuan ketemu Mas Dwi Cahyono ngga kesampaian, hehe. Terimakasih buat semua yang menyambut dengan hangat selama di Malang. Semoga Malang selalu menjadi tempat yang welcome untuk semua yang datang, amin!


Selasa, 15 September 2015

Hijrah di Gema Baiturrahman

Hobi Hijrah Membawa Berkah
Gema JUMAT, 21 Agustus 2015
Oleh : NA RIYA ISON
Tabloid Gema Baiturrahman Edisi "Ayo Kerja!"
Salut, mungkin kalimat ini yang terucap saat memulai menulis tentang Hijrah Saputra, ST. Terkadang saya merasa khawatir tidak mampu mendeskripsikan prestasi pemuda kelahiran Sabang, 25 September 1984 ini. Pria dengan segudang prestasi itu juga memiliki hobi membaca, traveling, desain grafis dan marketing.

Saat diminta dikirimkan Curriculum Vitae (CV), maka sarat prestasi yang telah diukirnya tidak saja pada level kota kelahirannya,  tetapi mencakup Provinsi Aceh. Bahkan Agam Propinsi NAD 2008 ini juga merambah ke tingkat ASEAN sebagai delegasi Indonesia ke Youth Engagement Summit 2009 di Kuala Lumpur.

Sepertinya bumi yang dipijak dan hobi Hijrah telah memberikan keberuntungan bagi penyandang slogan “Selalu bermanfaat untuk orang lain dimana pun” ini. Semasa menjadi mahasiswa di Universitas Brawijaya Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, putra ke-3 dari pasangan Drs. Suradji Junus dan Erwani Mutia ini dinobatkan menjadi Kakang Kota Malang pada 2006.

Namun sayang, ia hanya meraih Harapan 1 Raka Jawa Timur 2007. “Saya disulitkan dengan penguasaan bahasa, seni-budaya dan pengetahuan umum akan Kota Malang dan Provinsi Jawa Timur,” ujarnya melogis.
Pria yang akrab dipanggil Heiji memiliki pengalaman yang tak terlupakan. Saat pemuda lajang ini mengikuti Kapal Pemuda Nusantara 2014 Sail Morotai, Maluku Utara dan Raja Ampat Papua yang bertepatan dengan peringatan HUT RI.

“Upacara peringatan detik-detik proklamasi tahun lalu kami rayakan di atas kapal dalam area Laut Banda dan Raja Ampat,” kenangnya.

Banyaknya even tingkat nasional yang diikutinya membuka mata akan kebesaran Allah yang telah menciptakan nusantara dengan begitu multi etnik, suku-bangsa dan bahasa bagi nusantara tercinta, tambahnya.

Sebagian besar warga Sabang begitu mengenalnya. Sabang yang merupakan salah satu tempat dicanangkannya program pemerintah “Ayo Kerja” begitu beruntung memiliki wirausaha muda mandiri 2013 ini.

Koordinator Duta Wisata Indonesia Laskar Nusantara bagian barat, Aceh dan Jawa Barat ini turut berjasa dalam memajukan pariwisata di kepulauan paling barat nusantara, Sabang khususnya juga bagi Tanah Rencong.

Melalui promosi yang gencar via media online, hasil karya yang telah menyebar serta dari mulut ke mulut membuat wisatawan mancanegara maupun nusantara (wisman/wisnu) akan mencari dan membeli oleh-oleh khas Sabang dan Aceh sebagai bukti telah menapakkan kakinya di Sabang. Sesuai dengan tagline rumah industri kreatif yang dipimpinnya, “Sekenang kedar-kedaran dari Sabang”. Serasa belum ke Sabang bila tidak membawa aneka produk Mister Piyoh, begitu kira-kira.

Piyoh Design atau Mr. Piyoh -dalam bahasa Aceh berarti mampir atau singgah,  menyediakan cinderamata berupa t-shirt, gantungan kunci, pin, stiker, mug, kartu pos, boneka agam-inong dan produk lainnya telah memperkaya tujuan wisata Pulau Sabang  yang dikenal dengan keberadaan Km. 0 dan keindahan surgawi bawah lautnya. Kata Piyoh juga identik dengan keramah-tamahan masyarakat Aceh terhadap siapa saja yang datang ke Aceh atau yang dikenal dengan istilah Peumulia Jamee (memuliakan tamu).

Hobi desain dan kreasi Marketeers Of The Year 2015 ini tidak saja memberikan rezeki baginya, tetapi mampu menyerap lapangan kerja sekaligus memajukan pariwisata setempat.

Senin, 14 September 2015

Traveling is Investing




Banyak yang bilang, air mengalir tidak akan keruh, batu bergelinding tidak akan berlumut, roda yang terus bergerak tidak akan berkarat. Apabila kita ingin terus jernih, tidak berlumut dan berkarat, kita musti banyak bergerak. Bergeraklah ke banyak tempat, agar pikiran segar dan kaya pengalaman.

Melakukan perjalanan seperti kita berinvestasi terhadap diri kita sendiri. Jalan-jalan memang mengeluarkan uang, tetapi biaya yang kita keluarkan bukan untuk hal yang sia-sia. Banyak dari ide yang saya miliki saat ini adalah bersumber dari hasil jalan-jalan. Saya percaya orang yang sering melakukan perjalanan tidak akan buntu ide, selalu ada saja yang bisa dikembangkan. 

Tidak perlu jauh, pergerakan yang kita lakukan bisa saja ke tempat yang berbeda dengan yang berhubungan dengan rutinitas kita, misalnya saja kita sering berada di tengah kota, kita bisa melakukan perjalanan ke pantai atau pun ke gunung, jadi kita bisa melihat perbedaan yang terjadi di tempat tujuan kita tersebut. Jika udara di gunung lebih sejuk dan bersih, mata air mengalir dengan indahnya. Sekembalinya kita ke kota dan bermimpi untuk memiliki hal yang sama kita temukan di gunung. Akhirnya muncul produk pengharum ruangan dengan nuansa udara pegunungan, kolam dengan mata air buatan, berusaha membuat hutan di kota dan masih banyak ide cemerlang lainnya.

Tapi saya juga memikirkan bagaimana caranya bisa jalan-jalan dengan gratis. Alhamdulillah, saya hampir mengunjungi kota-kota di Indonesia, dari Banda Aceh sampai Papua Barat dengan gratis, semua saya dapatkan dengan mengikuti beberapa program, yang semuanya berasal dari perjalanan yang saya sebut investasi sebelumnya, jadi selain untuk mencari ide, investasi kita dalam jalan-jalan bisa membuka kesempatan untuk jalan-jalan lainnya.

Dunia memang tidak selebar daun kelor, kita perlu melihat dunia luar untuk mendapatkan pemikiran yang luas dan ide-ide yang cemerlang, jadi rencanakan investasi kreatif kamu dengan bersenang-senang dan belajar.