Tampilkan postingan dengan label Kakang Mbakyu Malang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kakang Mbakyu Malang. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Agustus 2022

Mottainai (勿体無い), Cara Orang Jepang Menghormati Barang

Kata mottainai (勿体無い) ini berasal dari gabungan kata mottai yang berarti “sesuatu yang penting” dan nai yang berarti “kekurangan”. Namun jika digabungkan, mottainai berarti sebuah kata yang digunakan untuk mengutarakan kerendahan diri dan juga rasa syukur karena menerima sesuatu yang menurut mereka tidak pantas menerimanya.

Kata ini menunjukkan perasaan syukur yang dikombinasikan dengan rasa malu karena menerima sesuatu atau bantuan dari atasan yang jauh lebih besar dari yang seharusnya.

Sejarah mottainai

Sejarah mottainai muncul di dalam kehidupan rakyat Jepang sejak Zaman Edo, pada Tahun 1603 – 1868. Di zaman tersebut Edo adalah kota yang ramai seperti Tokyo sekarang. Saat itu masyarakat Edo, adalah masyarakat yang ramah lingkungan seperti konsumsi yang mencolok dan konservasi sumber daya di mana barang-barang digunakan, digunakan kembali, dan digunakan kembali dengan rasa terima kasih.

Jika ada seseorang yang mempunyai kimono (pakaian khas jepang), ia akan menggunakannya hingga 10 atau 20 tahun. Bila kimono itu sobek, ia akan menambalnya terus. Saat sudah tidak dapat digunakan, kimono tersebut dijadikan kain lap. Jika sudah tidak bisa dijadikan kain lap, maka akan dibuat bahan bakar untuk memasak. Abu yang tersisa dari kimono tersebut tidak dibuang, melainkan untuk membersihkan peralatan makan. Jadi semuanya bisa dimanfaatkan dengan maksimal.

Masyarakat Jepang juga percaya bahwa setiap benda memiliki roh. Dari kepercayaan itulah muncul istilah dan kisah yōkai (hantu) dan Tsukumogami (hantu peralatan rumah tangga). Pada saat satu benda menginjak umur seratus tahun, benda itu akan berubah menjadi Tsukumogami.

Oleh karena itu, rakyat Jepang pada Zaman Edo memegang teguh prinsip 4R.

  • Reduce (mengurangi),
  • Reuse (memakai ulang),
  • Recycle (mendaur ulang),
  • Respect (menghormati).

Masyarakat Jepang yang tinggal di Prefektur Iwate membuat teknik Nanbu sakiori, yaitu menjahit kain yang tidak terpakai menjadi pakaian baru atau menjadi kerajinan.

Sakiori adalah kain tenunan yang dibuat dengan menggunakan kembali Furununo (kain lama) yang telah dipotong menjadi potongan tali kecil yang kemudian ditenun.

Pada zaman Edo, di Perfektur Aomori, jepang bagian utara, tidak dapat memproduksi kapas karena cuaca yang dingin. Kapas sangat berharga, jadi, kimono tua didaur ulang lagi dan lagi dan akhirnya disobek menjadi tali dan ditenun dan direproduksi sebagai kain baru yang tebal dan hangat. Hasil dari tenunan ini dijadikan kain tradisional Aomori.

Sakiori, kain tenunan yang dibuat dengan menggunakan Furununo (kain lama)

Seorang komikus Jepang, Shinju Mariko menciptakan cerita untuk mencoba dan mengajari putranya sendiri tentang arti dari mottainai dan pentingnya menjaga sesuatu. Konsepnya menarik perhatian sebuah perusahaan penerbitan, dan akhirnya diterbitkan sebagai buku bergambar pada tahun 2004.

Karakter Mottainai Baasan (Nenek Mottainai), diceritakan sangat membenci sesuatu yang mubazir, sosok nenek ditampilkan sekilas tampak menakutkan tetapi sebenarnya baik dan penuh cinta. membuat dia menjadi populer di kalangan anak-anak.

Orang jepang meyakini ungkapan "sebutir nasi sejuta keringat". Biasanya digunakan orang tua untuk mendidik anak - anak agar menghabiskan makanan. Bukan dengan memaksa dan menakut-nakuti, tetapi orang tua di Jepang mengajarkan agar anak-anak menyadari betul nasi yang ada di atas piring makan mereka merupakan usaha keras dari banyak orang.

Mariko Shinju menjabarkan konsep itu dalam seri Nenek Mottainai, melalui buku bergambar dan melalui karakter seorang nenek yang bijak.


Konsep Mottainai mengajarkan kita untuk berhati-hati dan bertanggung jawab terhadap semua sumber daya dan menggunakan sumber daya yang terbatas seefektif mungkin.

 “The wasted opportunity of objects that have yet to reach their full potential.”

  • Membuang sepasang sandal geta yang sangat bagus karena talinya putus? Mottainai!
  • Membuang kimono karena anak Anda sudah besar? Mottainai!
  • Menyembunyikan cangkir teh favorit Anda karena ada beberapa retakan? Mottainai!

Melalui rasa menghormati ini, anak-anak diajak untuk menghargai peran dari sebuah barang dan berpikir ulang untuk membuang atau menyia-nyiakan fungsinya. Sebagai contoh, di Jepang, kita akan menemukan Senbei (kudapan yang terbuat dari beras) yang dibungkus menggunakan kertas tradisional yang disebut washi. Washi ini dapat digunakan kembali sebagai bungkus hadiah, sampul buku dan masih banyak produk kreatif lainnya, jadi barang tersebut bisa digunakan secara efektif.


Orang Jepang selalu mengatakan 'otsukaresama-deshita!' kepada setiap barang – barang yang mereka gunakan sebagai menunjukkan 'terima kasih atas kerja kerasnya'.

Indah ya?

Selasa, 14 Februari 2017

Change The Perspective

Jika ingin karya kita diketahui sebanyak-banyaknya orang, apa yang akan kita lakukan? Mungkin dari sebagian kita menyimpan ide/karya kita agar tidak ada saingan yang akan tahu, tapi sebenarnya kita menutup kesempatan orang lain yang potensial menjadi konsumen atau bahkan fans kita? Hehe.

Dulu saya membuat Peta Pariwisata Kota Malang untuk membantu tamu-tamu yang akan datang ke Malang. Awalnya sempat takut juga kalau desain yang saya buat akan tersebar dan akan ditiru orang lain, tapi saya berpikiran apa gunanya apa yang kita kerjakan kalau tidak berguna dan bermanfaat untuk orang lain, karena saya juga sebagai pendatang ke Malang sangat mengalami kesusahan untuk berkeliling di Malang. Akhirnya saya memutuskan desain Peta Pariwisata saya bagikan di internet di blog saya yang dulu dan Friendster, hehe jadi ketahuan generasi tua :D.

Tapi saya senang, ternyata banyak respon positif yang saya dapat, banyak juga dapat masukan dari penggunanya, dan yang pasti dapat apresiasi dari Disparinkom Kota Malang yang akhirnya digunakan sebagai bahan promosi pariwisata.

Ya walaupun pada akhirnya banyak juga yang membuat peta Kota Malang dengan bahan yang telah saya desain, bahkan lebih bagus! tapi saya senang, setidaknya saya bisa mengajak orang lain untuk bergerak membantu orang lain yang membutuhkan, masalah rezeki mah sudah diatur Allah, kalau satu pintu tertutup, masih banyak pintu yang lain terbuka.


Rabu, 01 Februari 2017

Pasport pertama

Tugas Kakang Mbakyu ke Singapura dan Kuala Lumpur
Pertama sekali buat pasport karena niatnya ingin sekali ke luar negeri di masa-masa kuliah, sendirian. Di dalam keluargaku untuk pergi ke luar negeri adalah sesuatu hal yang jarang dilakukan, karena Sabang masih terlalu nyaman buat ditinggalkan. 

Apalagi buat bapak saya yang notabenenya lahir dan besar di Sabang, kecintaan beliau terhadap kota kelahirannya, tidak usah diragukan lagi, walaupun pernah ditawarkan untuk kerja di luar daerah, beliau masih tetap keukeuh untuk tinggal dan menetap di Sabang, pokoknya kalau sudah tugas ke luar daerah ke mana pun, beliau pasti buru-buru balik ke Sabang.

Kembali lagi ke niat saya untuk membuat pasport, ada semangat yang naik dan turun di sana. Ada semangat karena bisa punya buku yang katanya bisa digunakan untuk masuk ke negara lain, tapi di lain sisi, saya masih takut untuk pergi ke luar negeri, ya walaupun sebenarnya Malaysia atau Singapura jauh lebih dekat dari pada Jawa Timur, iya to?
Tapi saat itu Aceh juga belum ada penerbangan internasional, jadi saya berpikir sepertinya lebih mudah ke luar negeri ketika berada di Jawa Timur. 

Liburan kuliah saya memantapkan diri, pokoknya harus punya pasport, terserah nanti digunakan atau ngga, minimal sudah selangkah lebih maju sedikit untuk bisa melalang ke luar Indonesia.

Sekembalinya dari liburan, saya sibuk dengan tugas-tugas kuliah, sampai mendekati masa akhir kuliah, dan saya belum juga ke luar negeri. Itu artinya nanti saya akan balik ke kota halaman dan melanjutkan kehidupan seperti dulu, yang bakalan susah mewujudkan mimpi ke luar negeri.

Walaupun begitu setidaknya saya sudah berdoa dan berusaha, minimal sudah punya pasport, hehe, setidaknya kekerenan meningkat satu level, halah! 😚

Tapi Tuhan berkata lain, pasport yang saya buat ternyata membawa berkah, saya akhirnya menggunakannya untuk perjalanan tugas dan hadiah @kangyumalang ke Singapura dan Malaysia, semuanya gratis! Dan yang paling berkesan bisa jalan ditemani mbakyu cantik, alhamdulillah.

Rabu, 26 Oktober 2016

Malang Kembali, Ulang Tahun 2 kali dan Reuni Mimpi

Ini sebenarnya cerita satu bulan yang lalu, tapi masih membekas di dalam kenanganku. Setelah hampir 10 tahun meninggalkan kota yang menjadi Kota Halaman keduaku, akhirnya aku kembali ke sana, ya Kota Malang. 

Bagi banyak orang mengenal Kota Malang sebagai kota tujuan wisata unggulan di Indonesia, tapi kota ini menyimpan banyak cerita dan kenangan buatku, karena perjuangan dan pengalamanku memulai karirku hingga sekarang semua bermula di sini.

Ada ragu bergelayut dalam pikiranku, ketika berencana balik ke Malang, apakah orang-orang disana akan menyambutku dengan ramah seperti dulu, atau hanya perasaanku saja yang menganggap Malang sebagai Kota Halamanku, sedangkan mereka menganggapku sebagai pendatang.

Aku mencari berbagai alasan untuk kembali kesana, mulai dari perayaan ulang tahunku, mengumpulkan memoriku yang hilang sejak sarafku bermasalah, hingga alasan reunian 1 dekade Kakang Mbakyu 2006, aku mencari yang paling masuk akal, sehingga nantinya kalau kejadian terburuk pun, aku masih bisa ngeles dengan alasan, padahal alasan terbesar hanya rindu keras yang kurasa, hehe, MrembesMili.

Sebenarnya ada alasan kenapa aku tidak pernah kembali kota sejuk ini, ada janji yang sempat terucap ke salah seorang juri Kakang Mbakyu Malang, Beliau sempat menawarkanku untuk bergabung di teamnya di Yayasan Inggil yang membuat Festival Malang Kembali. Beliau termasuk salah satu juri yang kutakuti dan sekaligus kukagumi karena kinerjanya. Selama penjurian Kakang Mbakyu Malang 2006, beliau termasuk orang yang paling bersikeras menentangku dengan memberi pertanyaan yang memang menjadi kelemahanku saat itu, beliau memintaku untuk mempromosikan potensi Kota Malang dengan Bahasa Jawa Kromo Inggil, gila! Bahasa Jawa saja saat itu masih terbata-bata, apalagi diminta yang Kromo Inggil, diam seribu bahasa, aku sadar, aku mungkin bukan yang beliau cari. Tapi selepas itu, dan aku terpilih sebagai juara 1 Kakang Malang 2006, beliau malah mendukungku dan team Pakandayu agar terus berkembang dan mengembangkan pariwisata Kota Malang, hingga masa jabatanku selesai. Beliau menawarkan kesempatan itu, tapi aku berjanji tidak akan kembali ke Malang sebelum aku bisa menunjukkan kalau aku bisa membuat sesuatu di Kota Halamanku yang pertama, Kota Sabang. 

Dengan keyakinan sudah membuat progres positif di Sabang dan sekitarnya, membuatku sedikit menambah keberanian untuk bertemu dengan beliau dan teman-teman lainnya di Malang, aku memutuskan balik ke Malang.

24 September sempat tidak tidur...... deg deg an

Tanggal 25 September pagi, masih di Jakarta, enaknya punya bos yang perhatian seperti Bang Muslim dan Istrinya, membuatku jadi berkah tersendiri, selain aku bisa mengatur jadwal kerja bersama, bisa juga membuat jadwal untuk pribadi, sempat dibikinkan kejutan di sela-sela Car Free Day, aaaaah, peluk satu-satu.

Surprise dapat ucapan Ulang Tahun dari Bang Muslim, Kak Jamila dan adek-adek dari Banten yang dipaksa, haha
Siangnya pukul 12.15 aku diantar ke bandara, masih dengan perasaan bimbang, untung saja di pesawat yang duduk sebelahku seorang anak muda mahasiswa Unibraw dari Jakarta yang asyik untuk diajak diskusi lumayan membuat perasaanku tenang, ya setidaknya membuatku ada teman yang senasib, perjalanan kurang lebih 45 menit itu pun seperti hanya 5 menit.

Perasaan takut itu datang lagi ketika aku turun di Bandara Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang. Perasaan terasing itu datang lagi melihat banyak perubahan di bandara, berbeda sekali ketika aku bertugas menyambut piala Adipura untuk Kota Malang tahun 2007. Ditambah lagi pertemuanku dengan suami Mbakyu Vita, Mbakyu pasanganku 2006, yang seperti ketakutan bertemu denganku yang dengan ekspresi senang bertemu dengan tidak sengaja dengannya di bandara, mungkin dikiranya aku seorang sales yang ingin menawarkan produk dengan modus mengenal istrinya, hehe. Tapi perasaan itu hilang ketika aku bertemu dengan supir taksi, Pak Wibowo yang ternyata pernah bekerja cukup lama di Sabang, kebetulan yang tidak kebetulan. Selama perjalanan, kami bertukar cerita, beliau menceritakan perkembangan Malang, gantian aku mengupdate cerita tentang Sabang, mungkin ini yang dinamakan jodoh, #Halah.

Singkat cerita, setelahnya aku sampai di penginapan, yang aku baru tahu ternyata tempat yang kubooking selama di Malang karena rekomendasi teman kuliahku ternyata menjadi tempat karantina Kakang Mbakyu Kota Malang 2016 nantinya. Baru merebahkan badan, tiba-tiba saja masuk inbox di instagram, pesan dari seseorang yang berjasa besar membantuku banyak ketika persiapan mengikuti Kakang Mbakyu 2006, ya Mas Heri, atau biasa akrab dipanggil Cak Diek, aku sempat bingung dengan semua kebetulan ini, tapi memang di dunia ini tidak ada yang kebetulan, semua rahasia Allah. Alhasil malamnya aku bereunian dengan Cak Diek, bercerita banyak hal, mulai dari hal yang kecil, aku merasakan dejavu seperti 10 tahun yang lalu. 
Bersama Cak Diek (Mas Heri) bercerita mengembalikan ingatan masa lalu sambil nyobain Mie Tarik
Pertemuanku dengan Cak Diek ini terjadi, cukup unik, saat itu aku diminta bantuan untuk membantu kegiatan Unitantri, Universitas Brawijaya. Padahal tidak ada dalam sejarahnya aku aktif di UKM yang ada di Universitas Brawijaya, karena aku termasuk orang yang introvert dan hanya fokus di kuliah saja. Tapi ternyata bantuan yang kuberikan saat itu membuat hubungan baik dengan Cak Diek yang akhirnya membantu persiapanku mengikuti Kakang Mbakyu Malang. Beliau membantuku mengajar Tari Topeng yang ternyata susahnya minta ampun, akhirnya dengan berbagai pertimbangan aku belajar nembang. Tapi bantuan dari Cak Diek ini tidak dengan mudah diberikan, beliau termasuk orang yang idealis dengan apa yang dia kerjakan, apalagi terkait budaya dan seni yang ada di Jawa Timur, beliau memastikan dulu apa tujuanku mengikuti Kakang Mbakyu, apa alasannya, banyak pertanyaan yang harus bisa masuk akal beliau, karena ternyata ada juga beberapa kandidat yang meminta bantuan beliau, ditolak, hmmm...

Terkadang kita sering menyepelekan hal baik yang kita kerjakan, padahal bisa jadi hal kecil itu bisa membantu kita di masa depan.

Beliau juga yang menguatkanku ketika aku terpilih sebagai 40 besar semifinalis, ketika itu sudah mau menyerah, karena tidak percaya diri harus bersaing dengan para model dan artis-artis Malang yang harus tampil saat itu juga di Mall paling hits di Malang saat itu, Malang Town Square (MATOS). Aku saat itu tidak pede dengan apa yang aku punya, karena harus berjalan di catwalk dan harus menampilkan talenta yang kita punya. Hampir menyerah, tetapi beliau yang mengingatkanku untuk tetap fokus pada tujuan yang ingin aku capai dan ini hanyalah salah tahapan yang harus dilewati. Setelah aku pikir-pikir, sudah banyak waktu dan pikiran yang sudah beliau berikan, tidak ada salahnya mencoba, walaupun hasilnya ketika aku berjalan disorakin seperti Tukul Arwana, ea....ea...ea....ea...., ditambah lagi nembangku jadi tertawaan semua pengunjung MATOS, ingin rasanya punya jurus menghilang ala Naruto, tapi aku tidak terlalu peduli, nasi sudah menjadi bubur, ada banyak yang harus kukerjakan setelah ini walaupun tidak lolos ke 20 besar, setidaknya aku masih punya muka bila bertemu Cak Diek.

Ternyata Tuhan berkata lain, ngga, ngga, aku ngga mati. 

Alhamdulillah aku terpilih masuk 20 finalis, dan lancar hingga karantina dan Grand Final, memang doa orang-orang yang teraniaya itu benar adanya, hehe.

Waktu cepat sekali berlalu, belum habis bercerita bersama Cak Diek dan teman-temannya, teman-temannya?? iya, ini uniknya Malang, terkadang kita bisa tiba-tiba saja berada di tengah orang-orang yang tidak kita kenal tapi bisa akrab satu sama lain dalam waktu yang singkat, dan ini juga yang dulunya membuatku merancang Konsep Branding Pariwisata Kota Malang, Malang Welcoming City, yang membawaku menang sebagai Kakang Malang 2006. Karena Malang selalu welcome untuk siapa saja yang datang ke sana, smiley, friendly and memory.
Cak Diek dan beberapa teman yang aku baru kenal ':D
Belum habis dengan kejutan itu, besok harinya teman kuliahku yang sekarang jadi dosen di kampusku, memintaku untuk mengisi kuliah tamu di jurusanku. Beuh, sempat gugup juga, karena aku masih status lulusan S1 dan tidak kerja di duniaku yang seharusnya, diminta mengajar adek-adek kelas yang notabenenya ga jauh beda. Belum lagi ada info beberapa dosen mau ikutan kelas tersebut, tambah deg-degan. Tapi ya mau gimana lagi, rezeki tidak boleh ditolak, nanti Allah marah, kenapa aku bilang rezeki, karena dengan adanya permintaan ngisi kuliah tamu, setidaknya ada alasan buatku mengunjungi kampus lagi, horee!!
Curcol berbalut Modus
Deg-degan itu, ketika harus berhadapan dengan dosen-dosen yang dulunya....., hehe, strateginya adalah ambil posisi di tengah biar aman, walaupun ternyata banyak dosen-dosen yang duduk di barisan belakang, hehe
Bareng dosen-dosen terbaik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya
Nyess Momen
Ngisi kuliah umum di jurusan sendiri itu butuh keberanian extra, karena bisa mengungkit masa lalu, apalagi dihadiri banyak dosen yang penasaran dengan apa yang kita kerjakan sehingga tidak berada di jalur yang mereka ajarkan, hehe. Tapi ada kejadian yang bikin nyes saat itu, ketika ada salah satu peserta yang masih kecil, ngomong, "Om, mulai saat ini, Om orang yang pertama jadi favorit saya!", dia mengucapkan dengan wajah yang berbinar. Ah..... mudah-mudahan kamu tidak menyesal ya nak di masa depan, kalaupun kamu menyesal, om punya buktinya, dan kamu ngga bisa ngeles lagi, hahaha #KetawaSetan








Ada banyak kejutan yang tidak terduga selama di Malang, aku bisa bertemu dengan orang-orang yang kukenal selama di Malang. Berkumpul, bercerita, mengumpulkan memory yang sempat hilang.
Reunian tipis bareng temen-temen satu angkatan PWK UB 2002
Ketemu Mas Robby Aditya, Manajer Wilayah EF Malang, salah satu Juri Raka Raki Jawa Timur
Tapi memang yang paling ngangenin dari semuanya ada di Pakandayu (Paguyuban Kakang dan Mbakyu Kota Malang), hehe.
Sharing tipis dengan Finalis Kakang Mbakyu Malang 2016
Suatu kebanggaan bisa bergabung lagi dalam keluarga ini, baju 10 tahun masih muat ya, yey!! hehe
Kunjungan ke Batik Sundari Kota Malang sekalian belajar Mbatik
Kunjungan ke Jatim Park 1, Kota Batu
Malam Keakraban Kakang Mbakyu 2016, Pakandayu semoga jadi keluarga seterusnya
Penjurian Kakang Mbakyu Malang 2016, bersama Mbakyu Wida (Wakil 1 2006) , Babe Tjatur dan Mbakyu Tyscha (Mbakyu Malang 2013)
Juri Malam Grandfinal Kakang Mbakyu 2016
Reuni mimpi Kakang Mbakyu 2006, walaupun belum lengkap, inilah keluarga yang membackup semua kegiatan Kakang Mbakyu 2006, kangen kalian semua!
Kakang Mbakyu Malang 2006 (Kakang Hijrah dan Mbakyu Vita) dan Kakang Mbakyu Malang 2014 (Mbakyu Sarirra dan Kakang Anggun)
Keluarga besar Pakandayu Malang
Perhelatan Kakang Mbakyu Malang 2016 sudah selesai, Kakang Mbakyu utama juga sudah terpilih, tapi ini bukan akhir dari semua kegiatan, selamat bergabung di Keluarga PAKANDAYU Malang adik-adik, saatnya memulai berkontribusi ke masyarakat dan pariwisata di Indonesia, tunjukan sebagai anak muda, kita punya karya dan bermanfaat untuk orang lain.
Teruslah menjadi keluarga, teruslah berkarya, teruslah menginspirasi, walaupun dalam senang dan susah
Tak terasa udah seminggu aja di Malang, masih belum puas rasanya, baru ngeh juga kalau tahun ini, aku berulang tahun baik dalam kalender masehi maupun kalender Hijriyah dalam waktu yang berdekatan, tapi ini jadi hadiah ulang tahun paling berkesan dalam sejarah hidup, ya walaupun tujuan ketemu Mas Dwi Cahyono ngga kesampaian, hehe. Terimakasih buat semua yang menyambut dengan hangat selama di Malang. Semoga Malang selalu menjadi tempat yang welcome untuk semua yang datang, amin!


Rabu, 29 Juni 2016

10 Tahun

Tidak terasa 10 tahun sudah terlewati, aku memulai kehidupan yang luar biasa. Hal ini bermula ketika mengikuti pemilihan Kakang Mbakyu Malang 2006, bisa dibilang, itu adalah titik balik hidupku. Setelah itu ketagihan terus untuk mengembangkan diri di berbagai macam kegiatan. Bukannya maruk, bukan, tapi di situ aku belajar banyak hal tentang hal-hal yang aku senangi dan bisa terjun langsung ke lapangan. Tapi bohong adanya, kalau dibilang semua kegiatan menyenangkan, masalah pasti ada, hambatan juga tetap ada, tetapi di situlah aku belajar bagaimana menghadapinya, bagaimana mensyukuri nikmat Allah, bagaimana cara untuk selalu berpikiran positif dan selalu tersenyum menghadapi semua cobaan.
Hijrah Saputra 2006 - 2016
Pesan atuk-ku di Malaysia, teruslah berbuat baik dan yang terbaik, karena nantinya kamu akan bisa bercerita bersama anak cucu kamu dengan senang hati. Pesan atuk ini selalu menjadi motivasiku, tidak hanya memotivasi, atuk juga selalu memberi contoh atas semua yang diucap.

Begitu juga dengan mamak dan bapak, selalu mendoakan yang terbaik buatku, pesannya setiap tahun selalu sama, semoga sehat terus, selalu menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa, agama dan negara. Hehe, terlalu umum ya, tapi itu menjadi semangat bagiku untuk terus bergerak.

Penghargaan bukanlah tujuan akhir, tapi dengan adanya penghargaan, itu artinya yang kita kerjakan mengalami progres. #Piyohnote

Penghargaan memang bukan tujuan akhir, tapi menjadi kebahagiaan tersendiri jika semua apa yang telah kita kerjakan dihargai oleh orang lain, baik itu dalam bentuk ucapan, maupun dalam bentuk sertifikat ataupun plakat, semua memang harus disyukuri. Karena aku yakin jika kita mensyukuri nikmat sekecil apa pun, Allah akan memberikan kita lebih banyak lagi dari yang kita butuhkan.

Jadi, jangan pernah bermimpi dan terus berkarya ya

Salam Kreatif selalu

Hijrah Saputra, ST


Selasa, 14 Juni 2016

Be Extraordinary!

Risk The Usual
Pernah kebayang ga sih, kalau hidup kita bakal seperti itu-itu aja? sampai akhirnya muncul kata, "membosankan". Pernah? tenang, artinya kita pernah mengalami hal yang sama. 

Dulu saya selalu berpikiran lulus kuliah dengan nilai bagus, bisa masuk di kantor yang berAC, punya rumah bagus, yang nantinya bakal kerja di kantor, pulang ke rumah, begitu setiap hari. Hingga suatu ketika saya berpikir, kok rasanya hidup seperti itu bakal membosankan sekali buat saya. Akhirnya saya mengambil keputusan untuk mengambil resiko yang tidak biasanya, dan tidak banyak orang mau untuk mengambilnya, bahkan orang tua saya pun ikut keberatan dengan keputusan saya, tapi kalau saya tetap meneruskan apa yang saya pikirkan, selamanya saya akan terjebak dalam kebiasaan yang menjemukan. Bagi saya sekarang berada di dalam ruangan dalam waktu yang cukup lama bisa membuat gatal kaki.

Tapi mengambil keputusan yang di luar kebiasaan, bukannya tidak ada resiko, ada banyak sekali tantangan yang harus saya hadapi setelahnya, mulai dicurigai sebagai orang luar lah, diperlakukan tidak hormat lah bahkan tidak sedikit juga yang mencibir, cuma bagi saya itu resiko yang saya harus terima dan berusaha bagaimana caranya semua itu saya jadikan motivasi untuk berbuat lebih baik lagi, ya walaupun akan mengeluarkan energi yang cukup banyak menguras peluh dan tenaga. 

Saya yakin dan percaya tidak ada hal yang sia-sia selama kita melakukannya dengan tujuan yang positif dan seperti kata JKT48, "impian ada di tengah peluh, bunga yang mekar secara perlahan, usaha keras itu takkan mengkhianati."

Be Extraordinary!

Selasa, 15 September 2015

Hijrah di Gema Baiturrahman

Hobi Hijrah Membawa Berkah
Gema JUMAT, 21 Agustus 2015
Oleh : NA RIYA ISON
Tabloid Gema Baiturrahman Edisi "Ayo Kerja!"
Salut, mungkin kalimat ini yang terucap saat memulai menulis tentang Hijrah Saputra, ST. Terkadang saya merasa khawatir tidak mampu mendeskripsikan prestasi pemuda kelahiran Sabang, 25 September 1984 ini. Pria dengan segudang prestasi itu juga memiliki hobi membaca, traveling, desain grafis dan marketing.

Saat diminta dikirimkan Curriculum Vitae (CV), maka sarat prestasi yang telah diukirnya tidak saja pada level kota kelahirannya,  tetapi mencakup Provinsi Aceh. Bahkan Agam Propinsi NAD 2008 ini juga merambah ke tingkat ASEAN sebagai delegasi Indonesia ke Youth Engagement Summit 2009 di Kuala Lumpur.

Sepertinya bumi yang dipijak dan hobi Hijrah telah memberikan keberuntungan bagi penyandang slogan “Selalu bermanfaat untuk orang lain dimana pun” ini. Semasa menjadi mahasiswa di Universitas Brawijaya Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, putra ke-3 dari pasangan Drs. Suradji Junus dan Erwani Mutia ini dinobatkan menjadi Kakang Kota Malang pada 2006.

Namun sayang, ia hanya meraih Harapan 1 Raka Jawa Timur 2007. “Saya disulitkan dengan penguasaan bahasa, seni-budaya dan pengetahuan umum akan Kota Malang dan Provinsi Jawa Timur,” ujarnya melogis.
Pria yang akrab dipanggil Heiji memiliki pengalaman yang tak terlupakan. Saat pemuda lajang ini mengikuti Kapal Pemuda Nusantara 2014 Sail Morotai, Maluku Utara dan Raja Ampat Papua yang bertepatan dengan peringatan HUT RI.

“Upacara peringatan detik-detik proklamasi tahun lalu kami rayakan di atas kapal dalam area Laut Banda dan Raja Ampat,” kenangnya.

Banyaknya even tingkat nasional yang diikutinya membuka mata akan kebesaran Allah yang telah menciptakan nusantara dengan begitu multi etnik, suku-bangsa dan bahasa bagi nusantara tercinta, tambahnya.

Sebagian besar warga Sabang begitu mengenalnya. Sabang yang merupakan salah satu tempat dicanangkannya program pemerintah “Ayo Kerja” begitu beruntung memiliki wirausaha muda mandiri 2013 ini.

Koordinator Duta Wisata Indonesia Laskar Nusantara bagian barat, Aceh dan Jawa Barat ini turut berjasa dalam memajukan pariwisata di kepulauan paling barat nusantara, Sabang khususnya juga bagi Tanah Rencong.

Melalui promosi yang gencar via media online, hasil karya yang telah menyebar serta dari mulut ke mulut membuat wisatawan mancanegara maupun nusantara (wisman/wisnu) akan mencari dan membeli oleh-oleh khas Sabang dan Aceh sebagai bukti telah menapakkan kakinya di Sabang. Sesuai dengan tagline rumah industri kreatif yang dipimpinnya, “Sekenang kedar-kedaran dari Sabang”. Serasa belum ke Sabang bila tidak membawa aneka produk Mister Piyoh, begitu kira-kira.

Piyoh Design atau Mr. Piyoh -dalam bahasa Aceh berarti mampir atau singgah,  menyediakan cinderamata berupa t-shirt, gantungan kunci, pin, stiker, mug, kartu pos, boneka agam-inong dan produk lainnya telah memperkaya tujuan wisata Pulau Sabang  yang dikenal dengan keberadaan Km. 0 dan keindahan surgawi bawah lautnya. Kata Piyoh juga identik dengan keramah-tamahan masyarakat Aceh terhadap siapa saja yang datang ke Aceh atau yang dikenal dengan istilah Peumulia Jamee (memuliakan tamu).

Hobi desain dan kreasi Marketeers Of The Year 2015 ini tidak saja memberikan rezeki baginya, tetapi mampu menyerap lapangan kerja sekaligus memajukan pariwisata setempat.

Senin, 14 September 2015

Traveling is Investing




Banyak yang bilang, air mengalir tidak akan keruh, batu bergelinding tidak akan berlumut, roda yang terus bergerak tidak akan berkarat. Apabila kita ingin terus jernih, tidak berlumut dan berkarat, kita musti banyak bergerak. Bergeraklah ke banyak tempat, agar pikiran segar dan kaya pengalaman.

Melakukan perjalanan seperti kita berinvestasi terhadap diri kita sendiri. Jalan-jalan memang mengeluarkan uang, tetapi biaya yang kita keluarkan bukan untuk hal yang sia-sia. Banyak dari ide yang saya miliki saat ini adalah bersumber dari hasil jalan-jalan. Saya percaya orang yang sering melakukan perjalanan tidak akan buntu ide, selalu ada saja yang bisa dikembangkan. 

Tidak perlu jauh, pergerakan yang kita lakukan bisa saja ke tempat yang berbeda dengan yang berhubungan dengan rutinitas kita, misalnya saja kita sering berada di tengah kota, kita bisa melakukan perjalanan ke pantai atau pun ke gunung, jadi kita bisa melihat perbedaan yang terjadi di tempat tujuan kita tersebut. Jika udara di gunung lebih sejuk dan bersih, mata air mengalir dengan indahnya. Sekembalinya kita ke kota dan bermimpi untuk memiliki hal yang sama kita temukan di gunung. Akhirnya muncul produk pengharum ruangan dengan nuansa udara pegunungan, kolam dengan mata air buatan, berusaha membuat hutan di kota dan masih banyak ide cemerlang lainnya.

Tapi saya juga memikirkan bagaimana caranya bisa jalan-jalan dengan gratis. Alhamdulillah, saya hampir mengunjungi kota-kota di Indonesia, dari Banda Aceh sampai Papua Barat dengan gratis, semua saya dapatkan dengan mengikuti beberapa program, yang semuanya berasal dari perjalanan yang saya sebut investasi sebelumnya, jadi selain untuk mencari ide, investasi kita dalam jalan-jalan bisa membuka kesempatan untuk jalan-jalan lainnya.

Dunia memang tidak selebar daun kelor, kita perlu melihat dunia luar untuk mendapatkan pemikiran yang luas dan ide-ide yang cemerlang, jadi rencanakan investasi kreatif kamu dengan bersenang-senang dan belajar.