Pulau Kyushu yang berada
di bagian selatan Jepang terkenal sebagai tempat yang kaya akan aktivitas panas
bumi atau geothermal. Hal ini disebabkan karena letaknya dekat dengan Gunung
Aso, gunung aktif di Jepang. Geothermal banyak dimanfaatkan masyarakat untuk
membuat wisata pemandian air panas.
Salah satu kota yang
menjadi tujuan wisata paling terkenal adalah Kota Beppu. Kota ini berada di
antara teluk dan dua gunung api nonaktif. Kota Beppu menjadi kawasan sumber air
panas dengan debit air terbesar di Jepang. Debit air panas yang keluar di mata
air Beppu menempati peringkat kedua di dunia setelah Taman Nasional Yellowstone
di Amerika Serikat. Dari sebelas tipe kualitas mata air panas, Beppu memiliki
sepuluh tipe kualitas mata air panas yang tersebar di sumur-sumur air panas di
Beppu.
|
Kota Beppu |
Beppu disebut sebagai
kota dengan kolam air panas terbanyak di dunia, kota kecil ini memiliki lebih
dari 2.900 kolam air panas yang berisi 130 ribu ton air yang berasal dari tanah
setiap harinya. Uap yang muncul dari kolam air panas ini membuat kota ini
selalu terlihat mengeluarkan asap. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri untuk
Kota Beppu.
|
Welcome to Beppu |
Hampir delapan juta
lebih pengunjung datang ke Beppu setiap tahunnya untuk menikmati pemandian air
panas atau pun menikmati wisata lainnya. Kolam mata air panas termasuk yang
paling banyak didatangi wisatawan, mata air panas ini disebut jigoku yang
artinya neraka. Beppu memiliki delapan jigoku atau biasa disebut beppu hatto,
ia memiliki suhu 50 sampai 99,5 derajat celsius. Jigoku memang tidak digunakan
untuk berendam. Walau begitu, jigoku tetap banyak menarik perhatian wisatawan.
Beppu memiliki beberapa kolam air panas yang dimanfaatkan oleh penduduk
setempat untuk kebutuhan sehari-hari. Beberapa air panas dialirkan ke
rumah-rumah warga, restoran, pusat penelitian, pertanian, terapi, dan rekreasi.
|
Stempel Beppu Hatto, setiap wisatawan yang dating bias mengumpulkan cap stempel di setiap Jigoku |
Trip perjalanan
menikmati mata air panas di Beppu dikenal dengan “hell tours”, perjalanan ke neraka,
terdengar menyeramkan, ya? Tapi inilah uniknya Jepang, mereka dapat mengemasnya
dengan menarik. Kali ini saya dan keluarga berkesempatan mengunjungi dua dari
delapan neraka yang ada, yaitu umi jigoku atau neraka laut dan chinoike jigoku
atau neraka darah. Mereka berlokasi di kawasan Kannawa, Beppu.
|
Bus Hell Tours |
Turis yang datang ke
kota ini kerap disarankan untuk mengikuti tur menggunakan kamenoi bus, bus
khusus fasilitas “hell tours”. Bus-bus ini didesain unik, bagian badannya dicat
dengan warna biru kuning ala kulit macan dan bagian depan bus diberi wajah
menyeringai lengkap dengan tanduk ala setan, bukannya terlihat seram, malah
lucu.
Perjalanan dari stasiun
kereta Beppu menuju Kannawa hanya menghabiskan waktu kurang lebih dua puluh
menit. Selama perjalanan mata kita dimanjakan dengan pemandangan yang indah,
hampir setiap bangunan rumah yang saya lewati mengeluarkan asap putih,
jumlahnya tidak terhitung, pemandangan yang unik, belum lagi latar belakang
gunung yang hijau, seperti lukisan!
Sesampainya di lokasi,
kita akan disambut ramah oleh penjaga loket tiket, layaknya sambutan orang
Jepang, mereka membungkukkan badannya sembari memberi salam yang hangat. Untuk
masuk ke lokasi kita membayar tiket masuk sebesar 400 yen (Rp 45.000),
sedangkan untuk anak-anak hanya membayar 200 yen (Rp 25.000). Selain tiket kita
akan mendapat stiker dengan desain lucu yang bisa dijadikan suvenir.
Uap hawa hangat cukup
terasa ketika memasuki objek wisatanya, sepintas tidak terlihat seperti neraka
yang kita bayangkan, objek wisata dikelilingi hutan yang ditumbuhi pepohonan
tinggi menjulang berwarna hijau, banyak bunga berwarna-warni, bahkan ada bunga
berwarna merah muda yang indah bermunculan di dahan-dahan ranting pohonnya.
Awalnya kami mengira itu bunga sakura ternyata bunga ume, bunga sakura belum
mekar saat itu.
Berjalan beberapa
langkah terlihat ada beberapa kolam kawah yang didesain menarik di dalamnya,
kolam pertama berisi teratai dengan kelopak daun yang luar biasa besar, lebih
besar dari biasa, menurut ceritanya, daun teratai tersebut masih bisa menahan
berat tubuh anak bayi.
Kolam selanjutnya adalah
kolam mata air panas umi jigoku atau neraka laut, yang disebut demikian karena
memiliki warna biru seperti lautan. Meskipun terlihat sejuk, kolam ini memiliki
suhu lebih dari 98 derajat, ada pagar yang dibangun melingkar, berfungsi
menjaga wisatawan agar tidak melintas atau masuk ke dalam kolam.
|
Umi Jigoku |
Wisata kolam selanjutnya
adalah chinoike jigoku atau neraka darah, disebut demikian karena memiliki
warna yang merah seperti darah. Gelembung yang meletup-letup pada permukaan
kolam membuatnya terlihat seperti darah mendidih, hiih.
Kita bisa menemukan oni-san
atau setan yang berwarna-warni, ada biru, merah, merah muda, kuning dan masih
banyak lagi, setan-setan ini dijadikan maskot untuk obyek wisata dan bertugas
menyambut pengunjung dengan suka cita. Beruntungnya kami, ketika datang
bertepatan dengan munculnya kaisar neraka, rajanya para setan, dia muncul
lengkap dengan baju kekaisarannya dan menyapa para pengunjung dengan hangat.
|
Kaisar Neraka dan semua setan-setan penjaga Neraka |
Selain kolam mata air
panas objek wisata ini dilengkapi dengan kafe yang menjual telur rebus,
sayur-sayuran, dan buah-buahan. Juga ada purin yang menjadi sajian utama kafe.
Purin adalah puding yang direbus dengan menggunakan tenaga panas bumi.
|
Purin |
Tak lupa pula, ada
banyak souvenir yang ditawarkan di sana. Ada banyak produk lokal yang dikemas
unik, pastinya produk-produk yang mendukung nuansa neraka, seperti gantungan
kunci boneka setan merah dan biru ini misalnya, ada juga aneka sabun, dan
masker wajah.
Di ujung perjalanan
disediakan photo booth bertema setan lengkap dengan properti pendukungnya.
Menarik, ya?
Wisata neraka ala Beppu ini
bisa menjadi pengalaman unik yang harus dicoba kalau liburan ke Jepang.
***
Penulis: Hijrah Saputra,
Mahasiswa Tourism and Hospitality Ritsumeikan Asia Pacific University (APU),
Jepang.
Editor PPI Dunia: Nuansa
Garini, staf bidang Mass Media, Pusat Komunikasi, Pusat Media dan Komunikasi
PPI Dunia 2019/2020