Senin, 10 Maret 2014

Sejarah Nama Sabang dan Legenda Pulau Weh


Tak kenal maka tak sayang, tak sayang makanya tak Sabang, haha maksa, jadi sebelum kita melangkah lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui sejarah Kota Sabang itu sendiri.
Kalau kita berbicara mengenai sejarah Kota Sabang, nama Sabang itu sendiri berasal dari bahasa arab, dari kata Shabag yang artinya gunung meletus. Mengapa diberi nama gunung meletus? mungkin dahulu kala masih banyak gunung berapi yang masih aktif di Sabang, hal ini masih bisa dilihat di gunung berapi di Jaboi, Gunung berapi di dalam Laut Pria Laot dan beberapa karang yang ada di beberapa pantai yang berwarna hitam, merupakan batu-batuan muntahan dari gunung berapi. 
Sekitar tahun 301 sebelum Masehi, seorang Ahli Bumi Yunani, Ptolomacus, berlayar ke arah timur dan berlabuh di sebuah pulau tak terkenal di mulut selat Malaka, pulah Weh! Kemudian dia menyebut dan memperkenalkan pulau tersebut sebagai Pulau Emas di peta para pelaut.

Pada abad ke 12, Sinbad mengadakan pelayaran dari Sohar, Oman, jauh mengarungi melalui rute Maldives, Pulau Kalkit (India), Sri Langka, Andaman, Nias, Weh, Penang, dan Canton (China). Sinbad berlabuh di sebuah pulau dan menamainya Pulau Emas, pulau itu yang dikenal orang sekarang dengan nama Pulau Weh.Sedangkan Pulau Weh berasal dari kata dalam bahasa aceh, ”weh” yang artinya dalam bahasa aceh ”pindah”, menurut sejarah yang beredar Pulau Weh pada awal mulanya Pulau Weh merupakan satu kesatuan dengan Pulau Sumatra, karena sesuatu hal akhirnya Pulau Weh, me-weh-kan diri atau memindahkan diri ke posisinya yang sekarang. Makanya pulau ini diberi nama Pulau Weh.

Menurut teman-teman yang berasal dari luar nanggroe, Pulau Weh terkenal dengan Pulau We tanpa huruf H. Ada juga yang berpikiran kalau Pulau Weh diberi nama Pulau We karena bentuknya seperti huruf W. Kamu juga berpikir seperti itu?ngga salah juga memang.
 
Yang paling penting bagi sejarah Pulau Weh adalah sejak adanya pelabuhan di Kota Sabang. Sekitar tahun 1895, Sabang adalah sebuah desa nelayan dengan pelabuhan dan iklim yang baik. Sejak didirikannya Sabang Maatschappij pada tahun 1895 Pelabuhan Sabang mempunyai arti penting pada zaman Belanda, karena dari pelabuhan itulah kapal-kapal besar Belanda mengangkut rempah-rempah dari Bumi Nusantara untuk dijual ke Eropa. Kemudian belanda membangun depot batubara di sana, pelabuhan diperdalam, mendayagunakan dataran, sehingga tempat yang bisa menampung 25.000 ton batubara telah terbangun. Kapal Uap, kapal laut yang digerakkan oleh batubara, dari banyak negara, singgah untuk mengambil batubara, air segar dan fasilitas-fasilitas yang ada lainnya, hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya bangunan-bangunan peninggalan Bangsa paling pelupa di Dunia, yaitu Bangsa Belanda, karena sering meninggalkan bangunan dimana-mana. 

Sebelum Perang Dunia II, pelabuhan Sabang sangat penting dibanding Temasek atau sekarang terkenal dengan nama Singapura. Namun, di saat Kapal laut bertenaga diesel mulai digunakan, maka Singapura menjadi lebih dibutuhkan, dan Sabang pun mulai dilupakan.

Pada tahun 1970, pemerintahan Republik Indonesia merencanakan untuk mengembangkan Sabang di berbagai aspek, termasuk perikanan, industri, perdagangan dan lainnya. Pelabuhan Sabang sendiri akhirnya menjadi pelabuhan bebas dan menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Indonesia. Tetapi akhirnya ditutup pada tahun 1986 dengan alasan menjadi daerah yang rawan untuk penyelundupan barang.  

Legenda Pulau Weh
Layaknya daerah-daerah di Indonesia, selalu saja ada legenda yang menceritakan asal muasal terjadinya sesuatu daerah, begitu pula ada legenda yang melatar belakangi terjadinya terbentuknya Pulau Weh, dan segala isinya. Konon kisahnya pada jaman dahulu kala, Nenekku pernah bercerita asal mula tentang Pulau Weh.

Dahulu kala, Pulau Weh pada mulanya bersatu dengan Pulau Sumatera. Namun Tuhan berkata lain, dalam sebuah gempa bumi yang dahsyat, keduanya terpisah seperti kondisi sekarang yang berjarak 18 mil, hebat banget ya, dan Akibat gempa itu pula, Pulau Weh keadaannya menjadi tandus dan gersang.

Lalu ada seorang putri jelita di Pulau Weh yang meminta pada Tuhan agar Pulau Weh tidak gersang seperti itu lagi. Lalu putri tersebut membuang seluruh perhiasannya ke laut sebagai sesembahannya. Tidak lama kemudian hujan pun turun, disusul gempa bumi yang juga lumayan dahsyat. Akhirnya terbentuklah sebuah danau yang kemudian diberi nama Aneuk Laot di tengah-tengah pulau itu. Putri cantik itu pun kemudian terjun ke laut yang kemudian menjadi sebuah pulau yang terkenal dengan sebutan Pulau Rubiah, dan lokasi yang menjadi tempat pembuangan semua perhiasannya menjadi taman laut yang memiliki terumbu karang yang indah berwarna-warni. Boleh percaya boleh tidak, namanya saja legenda dan cerita dongeng sebelum tidur. (Sumber : Berbagai Sumber)

13 komentar:

  1. lokasi danau aneuk laot sama pulau rubiah jauh kan Hijrah? Rubiah adanya di Iboih ya?

    BalasHapus
  2. Menurut orang sabang, pulah rubiah dan iboih awal nya berdempetan. Karena adanya perkelahian antara teungku iboih dan ibu rubiah. Makanya pulau itu menjadi berpisah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya? kalau itu bukan legenda kan ya, cerita lain dari 44 keramat :)

      Hapus
  3. Sinbad? Suka sama ceritanya, petualangan Sinbad ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, di Sabang dia lawan Ular kepala seribu :D

      Hapus
  4. itu sebab nya jra pelabuhan diBanda Aceh diberinama Ulee Lheu(h). Awalnya bernama ulee lheuh yang berarti kepala lepas. mana kepalanya? kepalanya itu lah pulau weh. kepala yang lepas itu pulau weh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh gitu, iya bang,, bisa jadi... terimakasih infonya ya :D

      Hapus
    2. Ulee lheh memang artinya kepala lepas. Menurut saya sebagai sejarawan di lokasi ini pada masa kerjaan aceh adalah tempat pemancungan kepala penjahat kelas kakap yang dianggap membahayakan agama,negara dan masyarakat.

      Hapus
  5. waaaah baru tau kalau sejarahnya gitu,,
    padahal udh lama tiggal di sabang tapi kepo..
    makasih info nya,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, kadang untuk mengenal orang lain, harus kenal diri sendiri dulu, haha

      Hapus
  6. Cerita terpisahnya pulau weh dengan ujung sumatra juga pernah ku dengar waktu ku kecil walau sedikit berbeda versi.

    BalasHapus