Tak kenal maka tak sayang, tak sayang makanya tak Sabang, haha maksa, jadi sebelum kita melangkah lebih jauh, ada baiknya kita
mengetahui sejarah Kota Sabang itu sendiri.
Kalau kita berbicara mengenai sejarah Kota Sabang, nama Sabang itu sendiri
berasal dari bahasa arab, dari kata Shabag yang artinya gunung meletus. Mengapa
diberi nama gunung meletus? mungkin dahulu kala masih banyak gunung berapi yang
masih aktif di Sabang, hal ini masih bisa dilihat di gunung berapi di Jaboi,
Gunung berapi di dalam Laut Pria Laot dan beberapa karang yang ada di beberapa
pantai yang berwarna hitam, merupakan batu-batuan muntahan dari gunung berapi.
Sekitar tahun 301 sebelum Masehi, seorang Ahli Bumi Yunani,
Ptolomacus, berlayar ke arah timur dan berlabuh di sebuah pulau tak terkenal di
mulut selat Malaka, pulah Weh! Kemudian dia menyebut dan memperkenalkan pulau tersebut sebagai Pulau Emas
di peta para pelaut.
Pada abad ke 12, Sinbad mengadakan pelayaran dari
Sohar, Oman, jauh mengarungi melalui rute Maldives, Pulau Kalkit (India), Sri
Langka, Andaman, Nias, Weh, Penang, dan Canton (China). Sinbad berlabuh di
sebuah pulau dan menamainya Pulau Emas, pulau itu yang dikenal orang sekarang
dengan nama Pulau Weh.Sedangkan Pulau Weh berasal dari kata dalam bahasa
aceh, ”weh” yang artinya dalam bahasa aceh ”pindah”, menurut sejarah yang
beredar Pulau Weh pada awal mulanya Pulau Weh merupakan satu kesatuan dengan
Pulau Sumatra, karena sesuatu hal akhirnya Pulau Weh, me-weh-kan diri atau
memindahkan diri ke posisinya yang sekarang. Makanya pulau ini diberi nama
Pulau Weh.
Menurut teman-teman yang berasal dari luar
nanggroe, Pulau Weh terkenal dengan Pulau We tanpa huruf H. Ada juga yang berpikiran
kalau Pulau Weh diberi nama Pulau We karena bentuknya seperti huruf W. Kamu
juga berpikir seperti itu?ngga salah juga memang.
Yang paling penting bagi sejarah Pulau Weh
adalah sejak adanya pelabuhan di Kota Sabang. Sekitar tahun 1895, Sabang adalah
sebuah desa nelayan dengan pelabuhan dan iklim yang baik. Sejak didirikannya Sabang Maatschappij pada tahun 1895 Pelabuhan
Sabang mempunyai arti penting pada zaman Belanda, karena dari pelabuhan itulah
kapal-kapal besar Belanda mengangkut rempah-rempah dari Bumi Nusantara untuk
dijual ke Eropa. Kemudian
belanda membangun depot batubara di sana, pelabuhan diperdalam, mendayagunakan
dataran, sehingga tempat yang bisa menampung 25.000 ton batubara telah
terbangun. Kapal Uap, kapal laut yang digerakkan oleh batubara, dari banyak
negara, singgah untuk mengambil batubara, air segar dan fasilitas-fasilitas
yang ada lainnya, hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya
bangunan-bangunan peninggalan Bangsa paling pelupa di Dunia, yaitu Bangsa Belanda,
karena sering meninggalkan bangunan dimana-mana.
Sebelum Perang Dunia II, pelabuhan Sabang sangat penting dibanding Temasek
atau sekarang terkenal dengan nama Singapura. Namun, di saat Kapal laut
bertenaga diesel mulai digunakan, maka Singapura menjadi lebih dibutuhkan, dan
Sabang pun mulai dilupakan.
Pada tahun 1970, pemerintahan Republik Indonesia merencanakan untuk
mengembangkan Sabang di berbagai aspek, termasuk perikanan, industri,
perdagangan dan lainnya. Pelabuhan Sabang sendiri akhirnya menjadi pelabuhan
bebas dan menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Indonesia. Tetapi akhirnya ditutup
pada tahun 1986 dengan alasan menjadi daerah yang rawan untuk penyelundupan
barang.
Legenda Pulau Weh
Layaknya daerah-daerah di Indonesia, selalu saja
ada legenda yang menceritakan asal muasal terjadinya sesuatu daerah, begitu
pula ada legenda yang melatar belakangi terjadinya terbentuknya Pulau Weh, dan
segala isinya. Konon kisahnya pada jaman dahulu kala, Nenekku pernah bercerita
asal mula tentang Pulau Weh.
Dahulu kala, Pulau Weh pada mulanya bersatu dengan
Pulau Sumatera. Namun Tuhan berkata lain, dalam sebuah
gempa bumi yang dahsyat, keduanya terpisah seperti kondisi sekarang yang
berjarak 18 mil, hebat banget ya, dan Akibat gempa itu pula, Pulau Weh keadaannya
menjadi tandus dan gersang.
Lalu ada seorang putri jelita di Pulau Weh yang meminta pada Tuhan
agar Pulau Weh tidak gersang seperti itu lagi. Lalu putri tersebut membuang
seluruh perhiasannya ke laut sebagai sesembahannya. Tidak lama kemudian hujan
pun turun, disusul gempa bumi yang juga lumayan dahsyat. Akhirnya terbentuklah
sebuah danau yang kemudian diberi nama Aneuk Laot di tengah-tengah pulau itu.
Putri cantik itu pun kemudian terjun ke laut yang kemudian menjadi sebuah pulau
yang terkenal dengan sebutan Pulau Rubiah, dan lokasi yang menjadi tempat
pembuangan semua perhiasannya menjadi taman laut yang memiliki terumbu karang yang
indah berwarna-warni. Boleh percaya boleh tidak, namanya saja legenda dan
cerita dongeng sebelum tidur. (Sumber : Berbagai Sumber)
lokasi danau aneuk laot sama pulau rubiah jauh kan Hijrah? Rubiah adanya di Iboih ya?
BalasHapusIya Ihan, lumayan jauh
HapusMenurut orang sabang, pulah rubiah dan iboih awal nya berdempetan. Karena adanya perkelahian antara teungku iboih dan ibu rubiah. Makanya pulau itu menjadi berpisah.
BalasHapusOh ya? kalau itu bukan legenda kan ya, cerita lain dari 44 keramat :)
HapusSinbad? Suka sama ceritanya, petualangan Sinbad ...
BalasHapusIya, di Sabang dia lawan Ular kepala seribu :D
Hapusitu sebab nya jra pelabuhan diBanda Aceh diberinama Ulee Lheu(h). Awalnya bernama ulee lheuh yang berarti kepala lepas. mana kepalanya? kepalanya itu lah pulau weh. kepala yang lepas itu pulau weh.
BalasHapusOh gitu, iya bang,, bisa jadi... terimakasih infonya ya :D
HapusUlee lheh memang artinya kepala lepas. Menurut saya sebagai sejarawan di lokasi ini pada masa kerjaan aceh adalah tempat pemancungan kepala penjahat kelas kakap yang dianggap membahayakan agama,negara dan masyarakat.
Hapuswaaaah baru tau kalau sejarahnya gitu,,
BalasHapuspadahal udh lama tiggal di sabang tapi kepo..
makasih info nya,,
Ya, kadang untuk mengenal orang lain, harus kenal diri sendiri dulu, haha
Hapus(y)
BalasHapusCerita terpisahnya pulau weh dengan ujung sumatra juga pernah ku dengar waktu ku kecil walau sedikit berbeda versi.
BalasHapus