Tampilkan postingan dengan label Yogyakarta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yogyakarta. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 Februari 2016

Cokelat Ndalem, Tanda Hati dari Jogja

Kali ini saya berkunjung ke salah satu usaha teman saya, oke, salah satu senior saya di dunia Duta Wisata, Mbak Meika Hazim, beliau salah satu Diajeng Jogja, duta wisata Jogja yang sangat menginspirasi, selain cantik, pintar, aktif di kegiatan sosial, dan mahir berbisnis.

Bersama dengan suaminya, Mas Wednes Aria Yudha, dia membuka usaha Cokelat ndalem, hmmm, pilihan menarik untuk buka usaha, apalagi untuk target pasar pencinta cokelat seperti saya, hehe.
Bareng Diajeng Meika
nDalem dalam Bahasa Jawa memiliki makna yang baik yang berarti rumah sebagai tempat dimana kita bisa merasa paling nyaman atau tempat hati kembali. Usaha ini dilakukan di rumah orang tua Meika, dan ini sesuai dengan filosofi yang ingin ia angkat bahwa cokelat ini di buat sepenuh hati, sebagai sebuah tanda hati untuk orang-orang yang dekat di hati.
Diajeng Meika ingin mengangkat cokelat Indonesia karena sebenarnya biji kakao adalah salah satu produk Indonesia yang mendunia (bahkan negara Indonesia menjadi negara pengekspor biji kakao kering nomor 3 terbanyak di dunia) namun olahan cokelat dengan cita rasa khas Indonesia ternyata belum banyak. Oleh karena itu cokelat yang diproduksi dibuat dengan cita rasa khas Indonesia, supaya banyak orang tau tentang indahnya budaya Indonesia dan budaya jawa.
Dari pertama kali ketemu saja sudah disambut dengan hangat, selalu terlihat semangat positif darinya. Dan langsung promosi produk-produk yang ada di Cokelat ndalem, nah ini enaknya kalau bertemu langsung dengan pemiliknya, hehe.
Diajeng Meika menjelaskan varian produk terbarunya, Dark Cokelat dari Pak Edy, petani Kakao dari Gunung Kidul
Bersama Diajeng Meika, dan Teman-teman Korps Alumni Kapal Pemuda Nusantara, Athod dan Duta
Ceritanya, dulu ada berbagai macam jenis varian yang diproduksi oleh Cokelat ndalem, awalnya mengeluarkan 9 rasa yang terbagi menjadi 3 lini rasa. Sekarang sudah ada 18 rasa dalam 5 lini rasa yaitu lini rasa klasik, lini rasa pedas, lini rasa rempah nesia, lini rasa wedangan, dan lini rasa kopinesia. Untuk cokelat yang paling banyak diminati adalah lini rasa kopinesia, dan lini rasa klasik. Tidak hanya jenis varian yang unik hargapun sangat menarik. Dapat di peroleh mulai harga Rp12.000,- untuk ukuran 50 Gram dan mulai harga Rp 18.000,- untuk ukuran 85 Gram, hingga sekarang Cokelat ndalem terus berinovasi dengan berbagai rasa, mulai dari Greentea, Cokelat Arjuna dan Shinta, dan Dark Cokelat dari petani kakao di Gunung Kidul. Selain rasanya yang unik dan enak, Cokelat Ndalem didesain menarik, tidak hanya menarik perhatian tetapi juga informatif, mendukung promosi kebudayaan Indonesia, jempol! Karena konsep ini juga Diajeng Meika dan Cokelat ndalem menjadi Wirausaha Muda Mandiri 2014
Borong cokelat tanda hati
Menarik bukan? Jadi kalau maen ke Jogja, piyohlah ke sini, ada banyak tanda cinta buat kamu dan keluargamu di sini. 
Langsung ke Jalan Bhayangkara 23, Daerah Istimewa Yogyakarta 55261 atau main ke
http://cokelatndalem.com/

Mumpung mau Anniversary, selamat Ulang Tahun untuk Cokelat Ndalem, semoga makin lancar dan sukses terus usahanya, barakallah.

Mencicipi Gudeg Mbah Lindu, Penjual Gudeg Tertua di Jogja

Selain terkenal dengan kota pendidikan, Kota Jogja terkenal dengan kulinernya yang enak dan murah, salah satunya Gudeg. Makanan manis dan pedas ini cukup diminati banyak orang yang datang ke Jogja, salah satunya saya. :D

Setelah selesai program bersih-bersih Jalan Malioboro, teman saya, Duta menawarkan untuk mencoba kuliner ini, tidak hanya sekedar gudeg yang enak, tetapi gudeg yang dibuat oleh orang tertua di Jogja, hmmm, jadi penasaran.

Lokasinya tidak jauh dari Jalan Malioboro, hanya 5 menit perjalanan dengan berjalan kaki, lebih tepatnya di Jalan Sosrowijayan, Keluran Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta.

Sesampainya di lokasi, kelihatan beberapa orang berkerumun di hadapan seorang penjual gudeg. Orang-orang tersebut berdiri dengan sabar menunggu giliran dilayani oleh penjual gudeg. Tampak juga seorang nenek dan seorang ibu, yang diketahui sebagai anaknya, duduk di menghadap beberapa baskom berisikan gudeg, ayam, telur, sambel goreng krecek, dan satu tenggok nasi, yang katanya resepnya sudah bertahan hingga 70 tahun, wow!
Mbah Lindu dan pembelinya
Ya, saat ini, setiap hari Mbah Lindu berjualan dibantu oleh anak kelimanya, Ibu Ratiah yang membantu untuk penghitungan uang. Mbah Lindu sendiri tetap yang mengerjakan penyajian makanan di atas piring atau bungkusan. 

Gudeg Mbah Lindu
Greget juga ketika sampai di sana, melihat banyak orang, sedangkan stok makanannya tinggal sedikit. Kata Duta, Mbah Lindu memang tidak menjual banyak gudegnya, setiap harinya hanya berjualan dari jam 05.00 - 10.00 saja, waduh bikin tambah panik, ya selain perut keroncongan, rasa penasaran dengan rasanya makin tambah besar. 

Duduk di sebelah si mbah dan memperhatikan beliau melayani pembeli juga cukup kesan tersendiri, walaupun sudah berusia lanjut, pendengaran, dan ucapan beliau masih jelas, dan sempat-sempatnya dalam menyajikan makanan, beliau bercanda, bikin tambah gemes kan? hehe.

Setelah menunggu agak lama, akhirnya kebagian juga jatah gudeg dari Mbah Lindu, tanpa basa-basi lagi, sendok pun masuk ke mulut. Beuh, rasanyaa........ 


Penasaran kan?
Mencicipi Gudeg Mbah Lindu, Penjual Gudeg Jogja Berumur 97 Tahun
Mainlah ke sini, Gudeg Mbah Lindu buka dari mulai pukul 05.00-10.00 WIB setiap hari. Saat ini,  beliau menjual menu gudegnya dengan harga Rp 15.000-Rp 20.000, saja.