Tampilkan postingan dengan label Sail Morotai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sail Morotai. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 Maret 2017

Logo Sail Sabang 2017

Sail Indonesia kembali digelar, alhamdulillah kali ini Kota Kelahiran saya jadi tuan rumah, yey!! Seperti yang pernah saya ikut sebelumnya, Sail Morotai dan Sail Raja Ampat, kegiatan ini bakal jadi agenda berlayar yang paling seru di Indonesia, tentunya banyak yang harus dipersiapkan ni agar tamu yang datang ke Sabang bisa menceritakan potensi wisata ke mana aja, terutama untuk potensi wisata bahari Kota Sabang. Untuk informasi selanjutnya akan saya update lagi ya.

kali ini saya akan bantu posting untuk Logo Sail Sabang 2017, harapannya nanti teman-teman bisa membantu mempromosikan dan memakai logo ini di bagian dari hidup kalian, #Eaaa #Apasih
Logo Sail Sabang, Landscape

Logo Sail Sabang Square
Oh iya, ini bukan desain saya, tapi resmi dari Kementrian Pariwisata ya.
Mohon bantuannya ya :)
 
Saleum.

Jumat, 24 Oktober 2014

Sherly Lantung, Pemudi Pelopor Pelindung Warisan Tradisi Bengkulu


Sherly Lantung adalah salah satu temanku yang sama-sama mengikuti Program Kapal Pemuda Nusantara dan Sail Morotai 2012. Penampilannya sederhana dan bersahaja. Tapi siapa yang sangka di balik penampilannya itu tersimpan potensi yang luar biasa. 2 bulan yang lalu aku berkesempatan main langsung ke tempat workshopnya, itu juga karena rasa penasaranku dengan Lantung. Ternyata nama Lantung di belakang Sherly bukan nama aslinya, sampai sekarang aku juga belum tahu siapa nama aslinya, maaf ya Yuk Sherly #Dipentung. Lantung itu muncul karena produk-produk kerajinan yang dikembangkan oleh Sherly berbahan Lantung dan karena inilah dia juga dianugerahkan gelar sebagai pemuda pelopor dari Kementrian Pemuda dan Olahraga. 
Sherly Lantung dan produk-produknya
Apakah Lantung itu?
Lantung sendiri berasal dari Pohon lantung yang bernama latin Artocarpus altilis adalah salah satu pohon endemik yang ada di hutan-hutan kawasan selatan Pulau Sumatera dan sejak dulu kala. Kulit lantung dikenal masyarakat Bengkulu sejak masa penjajahan Jepang tepatnya pada 1943 atau satu tahun Jepang menanamkan kekuasaannya di Indonesia. Faktor kerasnya hidup, kerasnya tekanan penjajah menjadikan keadaan perekonomian menjadi berat sehingga menyulitkan masyarakat dalam mencari atau membeli pakaian atau katun. Oleh karena itu timbul ide untuk mencari pengganti kain sebagai pelindung tubuh, maka muncul ide pembuatan kain lantung sebagai alternatif. Artinya, kulit Lantung yang dijadikan pakaian pada masa penjajahan itu merupakan bagian dari perjalanan kelam sejarah bangsa Indonesia.

Masyarakat Bengkulu dalam membuat Kain Lantung menggunakan jenis pohon dengan kulit bergetah karena kulit kayu yang bergetah tidak mudah rusak. Umumnya kulit kayu yang digunakan untuk menghasilkan Lantung itu adalah Pohon Karet hutan, Pohon Ibuh dan Terap.

Pembuatan Lantung dimulai dari memotong Pohon Karet Hutan, Ibuh dan Terap untuk diambil kulitnya sesuai dengan ukuran yang diinginkan, selanjutnya kulit kayu tersebut dipukul-pukul dengan alat pemukul kayu. Pada saat dipukul-pukul kulit kayu yang telah terpisah dari kayu sambil dilipat hingga menjadi lembaran tipis. Lembaran tipis inilah yang dinamakan Lantung. Semakin tua usia pohon kayu yang diambil lantungnya maka akan semakin bagus kualitas lantung. Lantung yang berkualitas baik biasanya berwarna cokelat.

Ada bermacam-macam produk dihasilkan dari kulit Pohon Lantung, mulai dari hiasan dinding, pajangan, aksesori hingga tempat bisa dijadikan pakaian, menarik ya. 

Sherly mendirikan usaha kerajinan Kulit Lantung sudah cukup lama, lokasi galerynya tepat di sebelah rumahnya. Dari ide kreatif digabung dengan jiwa usaha maka jadilah kulit lantung sebagai bahan dasar bagi cenderamata andalan masyarakat Kota Bengkulu. Harga yang dijual cewek berkerudung ini beragam, tergantung jenis produknya, ukuran cenderamata yang dibuat mulai dari harga Rp 1.000 untuk gantungan kunci hingga ratusan ribu rupiah untuk barang jadi seperti pajangan dinding, miniatur Tabot, tas, dompet, jam dinding dan masih banyak lagi lainnya.

Kulit lantung yang ada di galeri Sherly pun terus bertambah dengan berbagai bentuk baru, yang penting terus berkarya dan berkreasi, selain itu Sherly juga mengajarkan anak-anak muda khususnya di Bengkulu untuk terus mencintai warisan nenek moyang mereka dengan mengolah Lantung menjadi produk yang bernilai ekonomi dan bisa terus jadi kebanggaan Masyarakat Bengkulu dan Indonesia. Sherly sendiri mengaku optimistis dengan usaha kerajinan Lantung-nya, dan terus mengembangkannya ke berbagai kreasi. Selain dijual di galerynya, produk-produk Sherly juga dijual di beberapa toko cenderamata yang ada di Kota Bengkulu. Berbagai produknya bisa dilihat di sini.

Sukses terus ya Sherly, tetap semangat jadi Inspirasi anak muda Indonesia.

Salam Kreatif!

Selasa, 31 Desember 2013

Papua Barat, Raja Ampat dan Doa yang Tidak dibuat-buat


Heboh Raja Ampat beberapa tahun ini membuatku penasaran untuk pergi ke sana, tapi sebagai anak pulau yang berada di paling barat Indonesia, pergi dari ujung ke ujung itu butuh finansial lebih. Pernah suatu hari istri temenku yang mendapat tugas ke Sorong, ngurusin tiketnya pulang-pergi Aceh-Sorong kurang lebih 20 juta, busyed dah, kalo beli martabak telur, bisa berapa bungkus tu? Kenapa jadi ngomongin martabak ya? #KemudianLaper

 

Aku berdoa kepada Allah, jika memang diizinkan, suatu saat bisa menginjakan kaki ke daerah Indonesia bagian timur yang terkenal eksotik itu, dan kalau bisa tanpa bayar mahal, hehe.  Doa sama Allah boleh lah minta macam-macam.

Sampai suatu hari ada pengumuman di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Sabang, layaknya pengumuman sayembara di kerajaan, barangsiapa yang bisa melewati tes-tes berikut ini, bisa diikutsertakan dalam Program Sail Morotai yang rutenya melewati Raja Ampat. Wow, Raja Ampat?? Ya walaupun saat itu aku ga begitu tau dimana itu Morotai, aku harus ikutan ini. Apapun tantangannya akan kuhadapi. Tapi ternyata tantangan yang diberikan cukup membuatku putar kepala, karena test tertulis dan interviewnya bukanlah di bidang yang kukuasai, Perikanan dan Kelautan, beuh... ini artinya aku harus berlomba dengan teman-teman yang memang di bidangnya,berlomba dengan persiapan yang lebih keras dari mereka pastinya. 

Alhamdulillah setelah melewati beberapa tantangan, diriku lolos jadi salah satu perwakilan Aceh ke Sail Morotai, dan itu artinya bisa ke Raja Ampat! Yey!! 

Jadi program Sail Morotai itu adalah salah satu program dari Kementrian Pemuda dan Olahraga untuk anak-anak muda di Indonesia yang menyukai dan berkiprah di dunia kebaharian, berkeliling Indonesia untuk belajar bersama selama kurang lebih 1 bulan di atas Kapal Perang. Buatku ini merupakan tantangan yang cukup berat, selain meninggalkan zona yang sudah nyaman, juga harus menyesuaikan dengan standarnya angkatan Laut, wow!

Dari semua rute yang dilewati program Sail Morotai, yang paling kutunggu adalah Sorong, Papua Barat dan yang pasti ke Raja Ampat.

Berhenti satu hari di Sorong Papua Barat
Sorong, Papua Barat, dari pelabuhannya aja udah cakep gini ya...
Bareng temen-temen Sail Morotai di puncak bukit di Sorong
Kerajinan Orang Sorong
Ada banyak kenangan yang kudapat di Sorong, Papua Barat, mulai dari keindahan alamnya, keunikan kerajinan tangannya, beraneka ragam corak batiknya, kesenian yang atraktif, bahkan keramahan masyarakatnya, luar biasa!  Pantas Papua disebut-sebut sebagai Surga yang jatuh ke bumi.
Setelah selesai agenda, beramah-tamah, dan berbelanja (lho?), Perjalanan kami lanjutkan ke Raja Ampat.

Sekilas Tentang Raja Ampat 

Raja Ampat merupakan rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di bagian Kepala Burung (Vogelkoop) Pulau Papua. Secara administrasi, gugusan ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kepulauan ini sekarang menjadi tujuan para penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Empat gugusan pulau yang menjadi anggotanya dinamakan menurut empat pulau terbesarnya, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta. (Sumber : Wikipedia)
 
Maksud hati ingin sekali ke Kepulauan Wayag yang terkenal itu, tapi apa daya kenyataan berkata lain, perjalanan kami yang mulanya akan ke Kepulauan Wayag, dibatalkan, karena kapal yang kami gunakan terlalu besar untuk berlabuh di sana, bahkan untuk lego jangkar saja tidak bisa, ditakutkan akan merusak terumbu karang yang ada di sana. Ternyata kawasan Kepulauan Wayag itu sudah menjadi kawasan perlindungan internasional, wow! bangga juga, itu artinya tempat itu tidak hanya kita saja yang miliki dan jaga, tetapi dunia.

Oh iya, walaupun ga singgah di Wayag, tapi ada moment yang berkesan buatku dan teman-teman seperjalanan. Pengukuhan sebagai penghuni Samudra dan Lautan dilaksanakan di sana, Mandi Khatulistiwa! Awalnya ritual bertemu Dewa Neptunus dan Ratu Pantai Selatan ini dilakukan setelah subuh dengan kondisi yang gelap gulita, tapi setelah semua sungkem dan melaksanakan prosesi Mandinya, langit yang gelap perlahan berubah terang, tampaklah gugusan pulau seperti bukit-bukit yang berbaris-baris di tengah lautan seolah-olah sedang menjaga istana ikan yang ada di tengahnya, epik!
Jangan ditanyain ya mandinya seperti apa, karena kalian ga akan bisa bayangkan apa yang terjadi sebenarnya, trust me.
Sah??... Sah!! :D
Tapi berhubung kapal yang kami naiki terlalu besar,tidak memungkinkan untuk mendarat apalagi lego jangkar, akhirnya Kapten memutuskan untuk memutari Kepulauan Wayag 3x! yey!
Kepulauan Wayag, Raja Ampat


Walaupun kami tidak singgah di Kepulauan Wayag, kami didaratkan di sebuah pulau yang tak kalah indah, Saunex. Terumbu karang di sini juga indah,ada banyak bintang laut,kerang dan rumput laut.
 
Pulau Saonek Monde adalah salah satu pulau yang ada di Raja Ampat,terletak di depan Waisai,ibukota Kabupaten Raja Ampat.Pulau kecil ini hanya memiliki luas kurang lebih satu hektar, tapi potensi yang ada di sini sangat unik dan dapat mewakili karakter dari ribuan pulau yang ada di Raja Ampat. Potensi yang dimiliki antara lain pantai dengan pasir putih yang menghampar, ikan berwarna-warni dan terumbu karang yang masih terjaga. Perairan Saonek masih sangat bersih dan nyaman untuk habitat aneka penghuni laut.

Saonek dulunya adalah pusat pemerintahan Raja ampat. Itu mengapa, fasilitas Saonek tidak berbeda jauh dengan Waisai yang kini menjadi ibukota Kabupaten Raja Ampat. Di tempat ini, ada sekolah, kantor polisi, perumahan, komunikasi relatif lebih mudah dilakukan karena sudah dibangun provider telepon selular. Selain itu sudah dibangun sebuah pembangkit listrik tenaga diesel dan pembangkit listrik tenaga surya. Jalanan di desa ini masih sangat bersih, tertata rapi, dan yang pasti ada mesjid di sini, jadi cukup nyaman untuk shalat.
Bareng temen dari Kepri dan Sumbar
Banyak Soft Coral di sini

Banyak Padang Lamun di sini
Aih... di sini aja pemandangan bawah airnya udah cakep, jadi penasaran dengan yang ada di Wayag. Ya memang terkadang doa yang kita buat, diwujudkan Allah pada saat yang tepat dan dengan cara yang indah, Aku jadi bisa jalan ke Papua Barat, Raja Ampat, dan beberapa tempat lain di timur secara gratis, aku bisa belajar banyak hal tentang potensi bahari Indonesia, dan bisa promosi Piyoh buat anak-anak muda terpilih di program Sail Morotai, haha, teteup... alhamdulillah...Mau berdoa kemana lagi ya. 

Oh iya, informasi tambahan, tahun ini Sail Indonesianya juga akan ke Raja Ampat dan 40 hari, jadi tunggu informasi selanjutnya di sini ya.