Alhamdulillah ada seorang Kompasianer bernama Pak Syukriansyah yang menulis sedikit tentang Piyoh dan Papa Piyoh, penasaran? ini dia tulisannya.
Dari Hobi Desain Grafis Lahirlah Bisnis Kaos
Outlet Mr Piyoh di Ulee Kareng, Banda Aceh (Foto: Hijrah Saputra)
Siapa yang tidak kenal anak Sabang-Aceh sekaligus kompasianer bernama Hijrah Saputra
(29), pemuda kreatif yang lebih memilih dunia entrepreneur daripada
melamar jadi pegawai negeri. Pilihan ini bermula dari hobinya
mengutak-atik program Corel Draw yang menghasilkan banyak poster.
Tampilan poster hasil karya Hijrah, ternyata menarik perhatian dosennya
di Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Atas dasar itu, Hijrah
kemudian sering diminta dosennya untuk membantu menyiapkan desain poster
jika ada presentasi.
Hobi mengutak-atik Corel Draw pada akhirnya benar-benar mengubah jalan
hidup sarjana planologi dari Unibraw lulusan 2007 itu. Orang tuanya
mengharapkan Hijrah bekerja sebagai pegawai negeri, sebaliknya anak
muda kreatif ini lebih memilih menjadi desainer kaos. Tentu saja, usaha
desain dan produk kaos yang sudah dirintis itu belum mendapat dukungan
penuh dari orang tuanya. “Dukungan mereka belum penuh, masih
setengah-setengah,” ungkap Hijrah Saputra di Sabang, Kamis (26/9/2013),
ketika diwawancarai via ponsel.
Namanya anak muda, tentu sangat menyukai tantangan. Lelaki yang pernah
menjadi duta wisata Kota Sabang itu tetap melanjutkan hobinya
memproduksi kaos dan merchandise dengan desain khas Aceh. Ditengah sikap
pesimis sejumlah pegiat dunia wisata terhadap tekad anak muda peraih
juara II wirausaha muda mandiri 2012 se-Wilayah I (Aceh, Sumut, Kepri
dan Riau) itu, dia malah mendirikan Mr Piyoh yang menaungi bisnisnya
pada tahun 2008.
Pangsa pasar kaos dan merchandise produk Mr Piyoh tidak muluk-muluk,
hanya untuk wisatawan yang berkunjung ke Sabang. Motivasinya juga sangat
sederhana: Hijrah ingin mempromosikan Sabang sebagai obyek wisata
dengan motto “Berbagi Aceh Dimana Aja.” Dia meyakini, desain kaos maupun
merchandise yang bertuliskan tentang Aceh menjadi media promosi
pariwisata yang sangat efektif. Salah satu desain kaos yang sifatnya
mengajak, diantaranya berbunyi: Ke Aceh Wajib Ngopi.
Dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan. Hijrah telah membuktikannya.
Produk Mr Piyoh mulai dilirik warga, dan dicari para wisatawan yang
berkunjung ke Provinsi Aceh. Tiada pilihan lain, Hijrah kemudian
memberanikan diri melebarkan sayap dengan membuka beberapa outlet di
Banda Aceh yaitu di Ulee Kareng dan Peunayong. Omsetnya juga tidak
main-main, mencapai puluhan juta rupiah per bulan. Melihat kegigihan
Hijrah dalam mengembangkan usaha souvenir itu, akhirnya kedua orang tua
dan keluarga memberikan dukungan penuh. “Kini Mr Piyoh sudah menjadi
usaha keluarga yang mempekerjakan 14 orang karyawan. Karena itu saya
mulai berani terima order dari Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan
Malaysia,” ungkap Hijrah.
|
Ruang pajang Mr. Piyoh di Peunayong (Foto : Hijrah Saputra) |
Kenapa Hijrah memberi nama Mr Piyoh sebagai merek usahanya? Menurut
peraih juara III nasional Entrepreneur Writing Contest yang
diselenggarakan Es Teler 77 itu, Piyoh dalam bahasa Aceh berarti mampir.
Filosofi usaha itu sesungguhnya ingin mengajak wisatawan dari seluruh
dunia mampir ke Aceh. Setibanya di Aceh, Mr Piyoh mempersilahkan mereka
mampir ke outletnya sekedar beristirahat sambil melihat-lihat souvenir
yang dipajang disana. Hanya itu.
Hijrah mengungkapkan bahwa kaos produk Mr Piyoh bekualitas baik karena
berbahan combat, kainnya lembut. Dia berusaha menyediakan kaos kualitas
terbaik tetapi dengan harga terjangkau. Selain kaos, outlet Mr Piyoh
juga menyediakan produk seperti gantungan kunci, pin, stiker, mug dan
kartu pos. “Harga kaos berkisar antara Rp. 75 ribu sampai Rp. 95 ribu
per potong, kalau gantungan kunci antara Rp. 5 ribu sampai Rp. 10 ribu
per buah,” tambahnya.
Apapun kata orang, betapapun dia dipandang sebelah mata, yang jelas
ketenaran Hijrah Saputra tak terhentikan. Dengan usaha kaos dan
merchandise di bawah payung Mr. Piyoh makin melambungkan namanya. Hijrah
malah berhasil menjadikan Piyoh sebagai ikon brand bagi Kota Sabang.
Tidak mengherankan jika desain dan karyanya banyak ditiru oleh orang
lain, tetapi Hijrah melihatnya sebagai sebuah kebangkitan pasar
souvenir. “Cita-cita saya ingin mengangkat pariwisata melalui desain,
sudah pasti akan muncul Piyoh-piyoh lain di setiap daerah,” pungkas
Hijrah.
Tulisan lengkapnya bisa dilihat di sini!
Seru ya, hehe... terimakasih Pak Syukri atas penghargaan atas semua mimpi Hijrah, mohon bantuan dan bimbingannya untuk ke depan :)