Tampilkan postingan dengan label Pariwisata Banda Aceh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pariwisata Banda Aceh. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Maret 2015

Profil Piyoh di Kompasiana

Alhamdulillah ada seorang Kompasianer bernama Pak Syukriansyah yang menulis sedikit tentang Piyoh dan Papa Piyoh, penasaran? ini dia tulisannya.


Dari Hobi Desain Grafis Lahirlah Bisnis Kaos
13802093021755493501
Outlet Mr Piyoh di Ulee Kareng, Banda Aceh (Foto: Hijrah Saputra)

Siapa yang tidak kenal anak Sabang-Aceh sekaligus kompasianer bernama Hijrah Saputra (29), pemuda kreatif yang lebih memilih dunia entrepreneur daripada melamar jadi pegawai negeri. Pilihan ini bermula dari hobinya mengutak-atik program Corel Draw yang menghasilkan banyak poster. Tampilan poster hasil karya Hijrah, ternyata menarik perhatian dosennya di Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Atas dasar itu, Hijrah kemudian sering diminta dosennya untuk membantu menyiapkan desain poster jika ada presentasi.

Hobi mengutak-atik Corel Draw pada akhirnya benar-benar mengubah jalan hidup sarjana planologi dari Unibraw lulusan 2007 itu. Orang tuanya mengharapkan Hijrah bekerja sebagai pegawai negeri, sebaliknya anak muda kreatif ini lebih memilih menjadi desainer kaos. Tentu saja, usaha desain dan produk kaos yang sudah dirintis itu belum mendapat dukungan penuh dari orang tuanya. “Dukungan mereka belum penuh, masih setengah-setengah,” ungkap Hijrah Saputra di Sabang, Kamis (26/9/2013), ketika diwawancarai via ponsel.

Namanya anak muda, tentu sangat menyukai tantangan. Lelaki yang pernah menjadi duta wisata Kota Sabang itu tetap melanjutkan hobinya memproduksi kaos dan merchandise dengan desain khas Aceh. Ditengah sikap pesimis sejumlah pegiat dunia wisata terhadap tekad anak muda peraih juara II wirausaha muda mandiri 2012 se-Wilayah I (Aceh, Sumut, Kepri dan Riau) itu, dia malah mendirikan Mr Piyoh yang menaungi bisnisnya pada tahun 2008.

Pangsa pasar kaos dan merchandise produk Mr Piyoh tidak muluk-muluk, hanya untuk wisatawan yang berkunjung ke Sabang. Motivasinya juga sangat sederhana: Hijrah ingin mempromosikan Sabang sebagai obyek wisata dengan motto “Berbagi Aceh Dimana Aja.” Dia meyakini, desain kaos maupun merchandise yang bertuliskan tentang Aceh menjadi media promosi pariwisata yang sangat efektif. Salah satu desain kaos yang sifatnya mengajak, diantaranya berbunyi: Ke Aceh Wajib Ngopi.

Dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan. Hijrah telah membuktikannya. Produk Mr Piyoh mulai dilirik warga, dan dicari para wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Aceh. Tiada pilihan lain, Hijrah kemudian memberanikan diri melebarkan sayap dengan membuka beberapa outlet di Banda Aceh yaitu di Ulee Kareng dan Peunayong. Omsetnya juga tidak main-main, mencapai puluhan juta rupiah per bulan. Melihat kegigihan Hijrah dalam mengembangkan usaha souvenir itu, akhirnya kedua orang tua dan keluarga memberikan dukungan penuh. “Kini Mr Piyoh sudah menjadi usaha keluarga yang mempekerjakan 14 orang karyawan. Karena itu saya mulai berani terima order dari Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Malaysia,” ungkap Hijrah.

13802093971008543445
Ruang pajang Mr. Piyoh di Peunayong (Foto : Hijrah Saputra)
Kenapa Hijrah memberi nama Mr Piyoh sebagai merek usahanya? Menurut peraih juara III nasional Entrepreneur Writing Contest yang diselenggarakan Es Teler 77 itu, Piyoh dalam bahasa Aceh berarti mampir. Filosofi usaha itu sesungguhnya ingin mengajak wisatawan dari seluruh dunia mampir ke Aceh. Setibanya di Aceh, Mr Piyoh mempersilahkan mereka mampir ke outletnya sekedar beristirahat sambil melihat-lihat souvenir yang dipajang disana. Hanya itu.

Hijrah mengungkapkan bahwa kaos produk Mr Piyoh bekualitas baik karena berbahan combat, kainnya lembut. Dia berusaha menyediakan kaos kualitas terbaik tetapi dengan harga terjangkau. Selain kaos, outlet Mr Piyoh juga menyediakan produk seperti gantungan kunci, pin, stiker, mug dan kartu pos. “Harga kaos berkisar antara Rp. 75 ribu sampai Rp. 95 ribu per potong, kalau gantungan kunci antara Rp. 5 ribu sampai Rp. 10 ribu per buah,” tambahnya.

Apapun kata orang, betapapun dia dipandang sebelah mata, yang jelas ketenaran Hijrah Saputra tak terhentikan. Dengan usaha kaos dan merchandise di bawah payung Mr. Piyoh makin melambungkan namanya. Hijrah malah berhasil menjadikan Piyoh sebagai ikon brand bagi Kota Sabang. Tidak mengherankan jika desain dan karyanya banyak ditiru oleh orang lain, tetapi Hijrah melihatnya sebagai sebuah kebangkitan pasar souvenir. “Cita-cita saya ingin mengangkat pariwisata melalui desain, sudah pasti akan muncul Piyoh-piyoh lain di setiap daerah,” pungkas Hijrah.

Tulisan lengkapnya bisa dilihat di sini!

Seru ya, hehe... terimakasih Pak Syukri atas penghargaan atas semua mimpi Hijrah, mohon bantuan dan bimbingannya untuk ke depan :)

Selasa, 24 Desember 2013

Mengejar Sunset di Ulee Lheue

"Olele di Kota Radja, bole tak bole dibawa saja"

Itu sepenggal bait lagu yang sering dinyanyiin Atukku yang tinggal di Kuala Lumpur, kata beliau lagu itu sangat populer di Malaysia dan pada jamannya, ya dan saat itu aku belum lahir, hehe. Tapi itu membuktikan Ulee Lheue sebagai daerah yang cukup terkenal di sekitaran Aceh ketika Banda Aceh masih bernama KutaRadja.

Kali ini aku dan beberapa teman berkumpul untuk jalan bareng mengelilingi Ulee Lheue, judulnya Mengejar Sunset di Ulee Lheue, ga kebayang serunya bakal seperti apa, bisa jadi ini salah satu saingan program Indo Runner, haha #MulaiNgawur. 

Ulee Lheue sendiri adalah sebuah kawasan yang ada di Kota Banda Aceh, cukup dikenal karena Ulee Lheue memiliki pelabuhan yang digunakan untuk penyebrangan ke Kota Sabang. Ulee Lheue juga terkenal dengan keindahannya, coba aja search di google, kamu akan menemukan banyak foto yang indah di Ulee Lheue. Buatku Ulee Lheue adalah kampung halaman, karena keluarga besar mamakku semua tinggal di sana.

Sejarah

Pada awal tahun 1900-an , Pelabuhan Ulee Lheue (oleh Belanda ditulis Oleh-leh) menjadi salah satu kawasan strategis. Dijadikan lokasi pendaratan pasukan. Pelabuhan ini sekaligus juga tempat berlabuhnya kapal-kapal dari berbagai negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura selain juga kapal-kapal Belanda. Di sekitar pelabuhan, Belanda membangun kamp militer,  pertokoan para pedagang Cina juga ada sekitar Ulee Lheue. Tak heran jika pelabuhan Ulee Lheue dan sekitarnya menjadi salah satu kawasan yang cukup sibuk kala itu. (Sumber : http://acehtourismagency.blogspot.com)
Ide Mengejar Sunset di Ulee Lheue ini bermula dari Muhib Didi dan Bang Arie Yamani, dua Traveler kondang di jamannya. Peserta yang ikut kali ini termasuk banyak ada 13 orang, padahal targetnya cuma 5 orang, maaf ya Muhib, haha. Tapi ini membuktikan antusias masyarakat (ampoon bahasanya) Banda Aceh dan sekitarnya sudah tinggi akan wisata. Karena naik motor atau mobil terlalu mainstream, keliling kali ini kami menggunakan boat, hanya dengan membayar Rp.10.000, kita sudah bisa menikmati perjalanan selama kurang lebih 1 jam, yang membuat kita cukup mengenal daerah Ulee Lheue yang lain, cukup murah ya.
Muhib dan Bang Rizal yang menyewakan boatnya
Ga lama setelah ngobrol, boat pun siap berangkat, berhubung yang datang melebihi target, akhirnya perjalanan dibagi menjadi 2 Trip.

Trip pertama ada aku, Tommy Harvie, Zya, Wanti, Avri, Dayat, Ucin dan Antonio, ditemani 2 pengemudi boat yang handal di bidangnya.

Perjalanan dengan boat ini sangat menyenangkan selain terdengar suara mesin boat yang seksi, deburan air laut, hamparan Pohon Bakau yang rimbun dan pemandangan yang indah di sekitar laut, tak jarang juga melihat para pemancing yang keheranan melihat beberapa anak manusia unyu di dalam boat yang sibuk dengan kamera masing-masing.

Oh ya, selama di dalam boat dilarang mabuk-mabukan lho, catet!
Ada banyak hal yang simpel membuat kita bahagia
Kapal Merah ini cukup menarik perhatian, WEHxtraordinary
Baru tau, ada 2 Mercusuar di Ulee Lheue, tapi kenapa harus ada 2 ya?
Melewati Jembatan Ulee Lheue ini seperti melewati perjalanan masa lalu
Trip pertama selesai, eh diajak lagi trip ke 2, aku ya hayoook aja, hahaha. Kali ini ada Muhib Didi, Bang Arie Yamani, Eja SpellStayStrong, Paduka Suhendra, Riyal Hayat, Tommy Harvie, eh, Tommy kok ikutan lagi? 
Temen-temen di Trip ke 2
Sunsetnya
Mataharinya mungkin malu melihat anak-anak (yang ngakunya) muda
Misi mengejar sunset di Ulee Lheue kurang berhasil karena ada awan mendung yang menggantung di ufuk barat, tapi jadi pengalaman menyenangkan bisa berkumpul dan bercerita dengan temen-temen yang sudah lama tidak bertemu.

Trip ditutup dengan shalat magrib bersama di Mesjid Baiturrahim, salah satu mesjid yang selamat ketika Tsunami Tahun 2004. Selesai shalat magrib, ternyata aku bertemu dengan temen yang niatan mau ikutan trip tapi terlambat datang, aih.... ternyata...

 Maybe next trip kita buat lagi yang seperti ini, atau kalau ga sabaran, buat temen-temen yang mau ikutin trip ini, bisa menghubungi Muhib Didi ya.

Kamis, 19 Desember 2013

Peta Pariwisata Banda Aceh Ala Piyoh

Kalo kamu ke Sabang pasti lewat Banda Aceh, tapi sampe ke Banda Aceh tapi bingung mau ke mana aja? ini dia beberapa tempat yang wajib dikunjungi.

Peta Wisata Banda Aceh