Selasa, 01 Maret 2016

Bang Muslim, SHI, MM, Anak Nelayan yang Menuju Senayan

Perkenalan

Bang Muslim SHI, MM, Tokoh Pendidikan Aceh
MUSLIM SHI, MM, begitu nama lengkapnya, aku biasa memanggil beliau dengan sebutan Bang Muslim. Pertama sekali bertemu dengan beliau ketika aku mengikuti program Kapal Pemuda Nusantara dan Sail Morotai pada Tahun 2012. Ketika selesai acara penutupan di Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) di Tanjung Priok, aku dikenalkan oleh temanku, kata temanku, Amin yang juga peserta Kapal Pemuda Nusantara, ada seorang tokoh Aceh yang menjabat sebagai anggota DPR RI yang hadir di sana menemati pak Menteri Pemuda Olah Raga, yang saat itu dijabat oleh Pak Andi Malaranggeng. Karena penasaran, selesai tampil tarian dengan teman-teman  dari Jawa Tengah, aku bertemu dengan beliau, ternyata pertemuan itu membuatku mengenal dunia lain dan mengubah pandanganku tentang dunia politik.


Bareng Bang Muslim
Setelah pertemuan itu, aku diberikan nomor kontak beliau dan menerima pesan untuk menghubungi beliau apabila ada masalah yang berhubungan dengan bidang beliau, saat itu beliau berada di Komisi X, yang menangani bidang pendidikan, pariwisata, ekonomi kreatif, kepemudaan dan olah raga.


Awalnya aku memang tidak terlalu tertarik dengan dunia politik dan yang berhubungan dengannya, selain dikarenakan trauma dengan masa lalu, juga banyaknya contoh tokoh politik yang sering melakukan tindakan yang seringkali membuat kita krisis kepercayaan terhadap mereka.


Tetapi lain halnya dengan Bang Muslim, beliau selalu intens menanyakan kegiatan-kegiatan yang sedang aku dan teman-teman The Leader lakukan, apalagi yang terkait dengan daerah pilihan (dapil) beliau, beliau bisa kepo tingkat tinggi, hehe. Dapil beliau dari Kabupaten Bireuen hingga Aceh Tamiang.


Semakin kesininya beliau sering menanyakan bagaimana dengan kondisi Aceh saat ini dan bagaimana progres program-program yang sedang kami jalani selama di Aceh. Beliau juga tidak segan-segan untuk memberikan jaringan yang beliau miliki untuk mendukung program kami dan selalu mendorong kami untuk lebih berkembang, karena prinsipnya beliau ingin anak-anak muda di Aceh bisa berkembang lebih baik lagi terutama di bidang pendidikan. Pernah suatu hari dikenalkan dengan menteri pemuda dan olah raga, Pak Roy Suryo, alhasil aku berkesempatan dengan beliau walaupun hanya sebentar, dan yang paling-paling berkesan, aku bisa berkesempatan langsung bertemu dan berbincang langsung dengan salah satu tokoh yang aku kagumi, Bapak Anies Baswedan! Dengan alibi, “ini adek saya tokoh pemuda kreatif yang aktif mengembangkan pendidikan dan ekonomi kreatif di Aceh, tolong dibantu,” aaaah, terimakasih Bang Muslim!

Tapi ternyata tidak hanya aku saja, Bang Muslim memperlakukan semua orang sama, semangat beliau membantu orang-orang yang ada di sekitar beliau perlu diakui dan diacungi jempol. Bahkan untuk orang yang baru dikenal dengan beliau sekalipun, ya selama itu kegiatan positif, akan dibantu. Tapi beliau lebih banyak membantu dengan jaringan atau link yang beliau miliki, beliau jarang memberi uang, dengan alasan,”lebih baik memberi kail daripada memberi ikan langsung, karena akan membuat mereka manja dan akan terus berulang lagi dan lagi di masa depan”.

Kalau melihat Bang Muslim sekarang bisa dikatakan sukses, tetapi ternyata ada banyak cerita perjuangan yang panjang dilalui oleh beliau.


Anak Nelayan menuju Senayan

Bang Muslim kelahiran 1 Maret 1971, ini merupakan pemuda asli Gampong Alue Kumba, Aceh Timur. Beliau  anak dari seorang nelayan desa setempat bernama (almarhum) Teungku Muhammad Saleh.

Bang Muslim memiliki kisah yang unik, hidupnya selalu penuh semangat. Semenjak kecil, beliau sudah belajar bertanggung jawab dan membantu orang tuanya. Setiap pagi usai menunaikan ibadah subuh, beliau mengantarkan pulot (ketan bakar) dari kedai ke kedai yang lain. Selain itu, beliau juga menjualnya kepada nelayan yang ingin berangkat melaut.


Bang Muslim kecil sekolah di SD Alue Kumba Aceh Timur, sebuah sekolah yang saat itu berada di desa tertinggal.Untuk menuju kesekolah ia hanya berjalan kaki ayam tanpa sepatu. Ketika musim hujan maka kakinya dipenuhi lumpur becek, sedangkan pada musim kemarau kaki tersengat panas matahari. Namun itu tak membuatnya malas kesekolah. Kondisi itulah yang membuat beliau semakin yakin untuk sekolah agar kelak menjadi pintar dan bisa membantu kampungnya, tapi ternyata Bang Muslim kecil bercita cita menjadi seorang guru.


Sepulang sekolah beliau melanjutkan kegiatannya dengan membantu sebuah dapur  batu bata, di dapur itu beliau mendapat upah  Rp 10 untuk setiap bata. Biasanya beliau mampu menyelesaikan 50 bata dan menghasilkan uang Rp 500.  Ketika air pasang di laut beliau bersama temannya pergi memancing kepiting dan hasil tangkapannya akan dijual ke pasar, ada kesenangan tersendiri ketika memancing kepiting, apalagi ketika beliau mendapatkan kepiting yang besar.


Ketika matahari mulai tenggelam beliau pulang dan membersihkan badannya. Kemudian beliau pergi ke sebuah Balai Pengajian. Balai pengajian itu milik Alm. Razali Arfa. Di Balai Pengajian itu biasanya beliau bersama teman-temannya shalat berjamaah dan mengaji. Namun pengajiannya sempat terhenti karna guru mengajinya ditangkap oleh tentara. Guru pengajiannya difitnah terlibat dalam organisasi pemberontakan.


Ketika tamat dari sekolah dasar beliau melanjutkan sekolahnya di SMP Bayeun Ranto. Bang Muslim remaja menjadi sosok yang cerdas. Beliau menjadi kebanggaan teman-teman dan sekolahnya. Sederet prestasi pernah ditoreh beliau, mulai dari juara mengaji, pidato dan baca puisi. Namun beliau hanya berada di sekolah itu selama 2 tahun. beliau pindah sekolah ke Kota Langsa. Muslim dijadikan anak angkat oleh pamannya. Selama kurang lebih tiga tahun beliau pindah ke Jakarta mengikuti pamannya.


Di Jakarta Bang Muslim melanjutkan sekolah di SMA negeri 29 Jakarta Selatan, di sekolah itu banyak tantangan yang beliau hadapi, sebagai seorang anak dari sebuah daerah paling ujung indonesia tentunya, beliau belum terlalu lancar berbahasa indonesia, ini karena kesehariannya selalu menggunakan Bahasa Aceh, karenanya beliau sering ditertawakan teman-temanya, karna dialek bahasa indonesianya masih kental nuansa acehnya. Apalagi saat itu beliau termasuk siswa yang bertubuh kecil. Namun itu tertawaan itu bukannya membuatnya patah semangat, itu merupakan pemantik semangatnya untuk berkembang. Hingga pada suatu hari sekolahnya lagi ada kegiatan mengaji. Teman-temannya tertegun mendengar alunannya yang merdu. Mereka pun meminta Bang Muslim untuk menjadi seorang guru ngaji. Bang Muslim pun bergabung menjadi anggota Rohis dan mengajari ngaji murid-murid kelas satu dan kelas dua di sekolah tersebut.


Tantangan mulai lagi, selesai SMA kehidupan pahit mendatanginya lagi, beliau tidak ada biaya untuk melanjutkan kuliah. Akhirnya beliau hanya mengikuti kursus komputer selama satu tahun.  Usai mengikuti kursus beliau bekerja serabutan, beliau pernah menjadi sales alat alat rumah tangga dan juga marketing di Asuransi Bumi Putra.


Karena keuletannya, pada tahun 1993 Bang Muslim diajak saudaranya  kerja di Pemuda Pancasila,  waktu itu masih dipimpin oleh pak Yoris dan Pak Yapto, beliau diberi tugas menjadi operator. Sejak saat itu ia sangat aktif di organisasi Pemuda Pancasila, kemudian dipercayakan menjadi sekretaris jendral SATMA Pemuda Pancasila. Tugasnya adalah membentuk satuan Mahasiswa Pemuda Pancasila di kampus-kampus di seluruh Indonesia.


Namun di saat karirnya mulai mengkilap ia tak lupa untuk melanjutkan sekolahnya yang sempat tertunda. Sekitar Tahun 1998 beliau pun mulai kuliah lagi, awalnya di Universitas Muhammadiyah D3 akademi keuangan, kemudian pindah ke Fakultas Hukum UKI ,namun itupun tak terlalu lama.Akhirnya beliau pindah lagi ke Fakultas Hukum Islam di Universitas STAIN Al Aqidah, disana beliau mendapatkan titel SHI. Usai sarjana beliau  melanjutkan lagi ke jenjang S2  di UNKRIS dan mendapatkan titel MM. Akhirnya lengkaplah sudah namanya menjadi Muslim SHI.MM


Tahun 2001 Bang Muslim SHI.MM melebarkan sayapnya di KNPI, dan pada tahun 2003 beliau dipercayakan menjadi sebagai wakil bendahara umum KNPI. Setelah itu beliau dipercayakan sebagai Ketua PP KNPI. Pada tahun 2005 Hadi Utomo mengajaknya untuk mengikuti kongres Partai Demokrat di Bali . Beliau diusulkan menjadi ketua departemen seni budaya di Pengurus Pusat Partai Demokrat. Dan ketika Rakornas Semarang 2007 Partai Demokrat, Beliau menjadi  Korwil Partai Demokrat Aceh.


Menjelang Pemilu 2009, beliau diusulkan Pak Hadi Utomo untuk maju kandidat Caleg DPR-RI.  Tawaran itu membuatnya bimbang, di satu sisi beliau merasa ini adalah kesempatan beliau untuk membangun daerah kelahirannya namun di satu sisi beliau tidak memiliki biaya kampanye. Namun karna pak hadi Utomo mengatakan jangan khawatir dengan biaya kampanye, beliau pun akhirnya memutuskan untuk menjadi Calon legislatif DPR RI dari wilayah Aceh. Dengan satu tekat memajukan kampung halamannya Aceh, karna beliau sadar perubahan hanya dapat dilakukan dari dalam sistem.


Bermodalkan ketulusan dan kebulatan tekad akhirnya beliau menjadi Anggota DPR RI periode 2009-2014, dan dilanjutkan lagi hingga periode kedua, 2014-2019. Siapa sangka ya, anak seorang nelayan, bisa menuju ke senayan. Bang Muslim adalah caleg DPR RI nomor urut 1 Dapil 2 yang meliputi wilayah Aceh Tamiang, Kota Langsa, Aceh Timur, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Bireun, Aceh Tengah dan Bener Meriah.


Tapi mimpi beliau untuk menjadi seorang guru tidak pernah hilang, ya walaupun tidak jadi guru secara profesi, beliau banyak membantu di bidang keguruan. Pada tahun pertama menjabat, banyak membuat program, salah satunya membuat program menggratiskan pembuatan sertifikat tanah untuk 30.000 orang. Kemudian tahun-tahun berikutnya adalah Bantuan Siswa Miskin (BSM) untuk 40.000 siswa di Aceh, ikut serta me-negeri-kan beberapa universitas atau perguruan tinggi, seperti Universitas Samudra Langsa, Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon, Universitas Teuku Umar Meulaboh dan beberapa Akademi Komunitas di beberapa kota/kabupaten di Aceh.


Bang Muslim berharap sekali, keberadaan kampus-kampus negeri ini bisa berdampak positif pada masyarakat khususnya adik-adik mahasiswa, sehingga mendapatkan pendidikan yang standar dengan daerah-daerah lain. Karena fokus di dunia pendidikan, beliau bisa disebut sebagai tokoh pendidikan Aceh masa kini.

Kunjungan ke The Nanny Children Center, Banda Aceh
Perjuangan Bang Muslim belum usai, masih banyak target lagi yang belum tercapai.Yang penasaran dengan apa saja yang dikerjakan Bang Muslim S.HI, M.M


Dan Follow Instagramnya : @BangMuslimmm


Mumpung beliau Ulang Tahun hari ini, sekalian aku mau mengucapkan selamat ulang Tahun Bang Muslim, barakallah umurnya, semoga bisa lebih banyak menjangkau orang dengan kebaikan, Amin!

4 komentar: