Jepang buatku segala sumber inspirasi, aku pertama
sekali tahu tentang Jepang mulai dari kecil saat sebelum masuk Taman Kanak-kanak
malah, aku sering menonton serial kartun yang ditayangkan di stasiun dari
Malaysia, karena di Sabang dulunya lebih mudah mendapat channel TV dari luar,
pastinya dengan bahasa Melayu, ada Doraemon dan Kickers, setelah itu
bermunculan Channel TV Nasional, yang jadi favorit adalah Doraemon, Sailormoon,
Inuyasha, Ranma ½, Candy-candy dan masih banyak lagi. Pokoknya ada kebahagiaan
tersendiri setelah melihat kartun Jepang, saat itu aku belum paham dengan
Anime. Saat itu juga aku mengenal komik, komik yang pertama sekali kumiliki dan
tertarik sekali adalah Atom Boy (Astro Boy) karya Osamu Tezuka dan ternyata
dalam proses pembuatan anime ini tersimpan imajinasi, semangat dan kerja keras
team yang solid. Semangat mewujudkan imajinasi ini yang membuatku terinspirasi
membuat tokoh bernama Piyoh, Agam, Inong, Kakang dan teman-temannya.
|
Piyoh dan teman-temannya |
Selain itu, aku mengenal sisi kepahlawanan dari produk
Jepang lewat Tokusatsu, ada Google V, Masked Rider, Megaloman, dan Ultraman.
Semangat membela bumi dari para monster ini yang memberiku semangat untuk
berbuat sesuatu untuk daerahku, aku percaya kekuatan team dan semangat
anak-anak muda akan bisa mengubah apapun termasuk mengalahkan musuh yang kuat
sekalipun, bahkan tidak peduli darimana pun asal dan bentuk kita, kita masih
bisa tetap berbuat baik seperti Ultraman, Megaloman dan Masked Rider. Belajar
dari semangat ini juga yang membuatku dan teman-temanku membuat organisasi
ala-ala Tokutsatsu, The Leader.
|
The Leader, www.The-Leader.org |
Aku sungguh kagum bagaimana Jepang mengemas kebudayaan
dan identitas negaranya lalu memperkenalkannya pada dunia, cerdas, kreatif, dan
mengesankan! Mereka membuat kita mengenal Jepang dengan cara yang menyenangkan.
Lewat serial dorama Jepang juga aku belajar Semangat!
Iya, dorama-dorama tersebut menampilkan semangat orang-orang Jepang dalam
kesehariannya. Dan, semangat itu berhasil menular padaku. Setiap kali aku
menonton serial dorama Jepang, setiap kali itu juga aku bermimpi agar dapat
suatu hari bisa mengunjungi tempat-tempat yang dilihat di serial dorama, Tokyo,
Ginza, Odaiba, Yokohama, Harajuku. Bermimpi bisa menyapa orang-orang yang ada
di sana, mendengarkan mereka berbicara dalam bahasanya, menyelami budayanya,
menikmati kesibukan kotanya, dan tentu saja mencicipi makanan tradisional yang
menggoda selera, seperti Dorayaki,
Onigiri, Tempura, Ramen, Sushi, Okonomiyaki, Takoyaki dan masih banyak lagi
masakan lezatnya.
Jepang merupakan negara maju yang tetap mempertahankan
kebudayaannya, dua diantaranya adalah Chado,
budaya minum teh lengkap dengan serangkaian tatacaranya, karena teh tidak hanya
dituang dan diminum dengan air panas saja, tetapi juga seni dan mencerminkan
kepribadian dan pengetahuan tuan rumah. Ikebana,
seni merangkai bunga. Jika aku berhasil ke Jepang, tentu saja aku ingin
sekali mencobanya keduanya.
Aku juga melihat Shiki
Oriori, program televisi dari WakuWaku Japan, edisi 15 Desember 2014,
tentang Hachinohe Sannja Festival. Hachinohe Sannja Festival adalah
festival terbesar dengan sejarah lebih dari 290 tahun dan terdaftar sebagai
aset budaya nasional Jepang. Festival ini diadakan selama 5 hari, setiap
tanggal 31 Juli hingga 4 Agustus, ada berbagai macam Dashi, semacam mobil hias dengan berbagai macam tema mitologi,
seperti Momotaro, Urashima Taro, Yoshisune dan masih banyak lagi, ditampilkan
secara megah, penuh warna dan interaktif. Para penonton bersorak-sorak
menyemangati setiap Dashi yang lewat,
mulai dari anak-anak hingga nenek-nenek. Kita juga bisa melihat Dashi yang dihiasi lampu pada malam 31
juli dan malam terakhir 4 Agustus. Acara ini juga menjadi perlombaan antar
Dashi, Dashi yang paling megah dan menarik akan mendapatkan penghargaan dari
pemerintah. Liputan ini berhasil membuatku tambah penasaran dan rasanya ingin
melihat langsung kemeriahan Hachinohe
Sannja Festival.
Orang Jepang terkenal dengan imajinasi yang tinggi
dan kekreatifannya, termasuk dalam hal cara berpakaian, salah satu contohnya
adalah Cosplay, riasan yang
menggambarkan karakter anime dari Jepang.
Bagaimana orang-orang Jepang mewujudkan karakter kartun dalam versi nyata,
menurutku itu luar biasa. Teknik riasan yang dipakai pun tentunya tidak
seadanya, benar-benar total dan butuh keahlian serta perlengkapan make up yang lumayan.
Belum lagi Harajuku Street, nama ini terkenal dengan Fashion street yang nyentrik. Selain mencuci mata melihat tampilan-tampilan
trendy dan nyentrik dari pemuda-pemudi yang ada di sana, aku bisa gila bahagia dibuatnya.
Sepertinya mimpiku untuk berangkat ke Jepang semakin
besar dan berharap banyak bisa terwujudkan segera dalam program Shiki Oriori
dari WakuWaku Japan, hihi amiin....
Ganbatte!
Yoroshiku onegaishimasu