Tampilkan postingan dengan label Traveling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Traveling. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 Desember 2014

Ajaibnya Kubah Mesjid Tsunami Peukan Bada


Akhirnya kesampaian juga pergi ke salah satu bangunan yang fenomenal peninggalan Tsunami Aceh, Kubah Mesjid Tsunami. Bangunan ini berupa kubah mesjid berdiri tegak persis di tengah-tengah sawah Desa Gurah, Peukan Bada, Aceh Besar. Tak ada bangunan masjid di bawahnya. Warna kubah mulai pudar dan beberapa bagian catnya sudah terkelupas. Tak jauh dari kubah, terdapat sebuah balai yang digunakan sebagai musallah dan juga pusat informasi wisata.
Kubah Mesjid Tsunami Peukan Bada
Ceritanya Kubah Mesjid Tsunami ini dulunya berada di puncak Mesjid Jamik Gampong Lam Teungoh yang jaraknya hanya 3 km dari pantai. Saat gempa 9,2 skala richter mengguncang Aceh yang disusul tsunami, Minggu 26 Desember 2004, masjid ini hancur disapu gelombang. Bagian kubah dan semen pertapakannya terseret arus hingga 2,5 kilometer ke kaki Gunung Gurah, terdampar di tengah hamparan sawah dan berdiri tegak, subhanallah. Hingga kini kubah belum pernah direnovasi. Masyarakat Desa Gurah masih mempertahankan keaslian kubah. Mereka hanya mengecat beberapa bagian agar terlihat lebih indah.

Pemandangan di sini memang indah, hamparan padi yang hijau dengan gunung yang tinggi menjulang ditambah lagi kicauan burung, cocok untuk yang mencari ketenangan.

Kalau ke Banda Aceh, jangan lupa main ke sini ya.

Selasa, 14 Oktober 2014

Melihat Benteng Terkuat Inggris di Bengkulu

Benteng Marlborough (Fort Marlborough)
Salah satu obyek wisata sejarah yang wajib dikunjungi di Kota Bengkulu adalah Benteng Marlborough (Fort Marlborough. Benteng bukan hanya merupakan benteng pertahanan daerah kekuasaan Inggris di kawasan pantai barat Sumatera tapi juga tempat untuk mempertahankan Bengkulu sebagai daerah monopoli lada dan perdagangan. Benteng ini dibangun oleh East India Company (EIC) tahun 1713-1719 pada masa kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. Benteng ini dianggap sebagai benteng terkuat kedua milik Inggris di wilayah timur setelah benteng St. George di Madras, India. Nama Marlborough sendiri diberikan oleh pemerintah Inggris kepada John Churchil yang bergelar Duke of Marlborough I sebagai tanda penghormatan.
Team penjelajah Bengkulu di Bagian depan Benteng Marlborough (Allan, Nita, Oki, Hijrah, Ulie dan Lesti)
 

Salah satu Meriam yang digunakan ketika jadi benteng pertahanan
Pada awalnya benteng digunakan sebagai pertahanan namun kemudian beralih fungsi sebagai tempat perdagangan komoditi lada sekaligus pusat pengawasan jalur Selat Malaka. Dilihat dari arsitektur bangunannya benteng ini lebih mirip seperti hunian di tengah kota daripada benteng atau pusat perdagangan. Menurut catatan British Library yang ada di benteng ini menjelaskan tentang proses pembaptisan, perkawinan, dan kematian dari para penghuninya. Terdapat sekitar 90 pegawai sipil dan militer yang tinggal di dalam benteng ini.

Informasi tentang Benteng Marlborough dan tempat-tempat bersejarah lainnya di Bengkulu
Saat ini, benteng masih berdiri kokoh di tanah seluas 44.100 m² dengan panjang 240,5 m dan lebar 170,5 m, menghadap ke arah selatan dan membelakangi Samudra Hindia. Bentuk arsitektur bangunan ini mirip kura-kura, terdapat jembatan yang menghubungkan bagian kepala dan badan, sebuah jembatan di atas parit yang membentuk ekor dan jembatan yang menghubungkan jalan masuk dengan bagian luar. Dahulu ketiga jembatan ini bisa diangkat dan diturunkan. Sampai saat ini batas dinding terluar masih nampak yaitu berupa parit-parit.

Bagian dalam Benteng dan bentuknya yang seperti Kura-kura
Di dalam bangunan ini terdapat ruang tahanan, gudang persenjataan, kantor, beberapa meriam, ruang perlindungan, terowongan sepanjang 6 m dan lebar 2 m. Sedangkan di bagian depan terdapat tiga makam yaitu makam Thomas Parr, Charles Muray dan satu makam tak dikenal. Terdapat juga prasasti nisan yang bertuliskan nama, tanggal dan tahun kematian tentara Inggris.




Biaya dan cara Menuju Benteng

Untuk masuk ke benteng ini kita hanya perlu membayar Rp. 5.000 saja. Benteng ini berada di Jalan Ahmad Yani, di pusat Kota Bengkulu, dari Bandar Udara Fatmawati Bengkulu, kita dapat menggunakan taksi atau mobil sewaan hingga sampai di tujuan sekitar 1,5 jam. Bila menggunakan bus atau angkutan umum dari terminal jurusan alun-alun kota Bengkulu kita bisa turun tepat di depan Benteng Marlborough.

Jumat, 10 Oktober 2014

Mencoba Bermain Dol, Alat Musik Unik dari Bengkulu

Selama perjalanan menyusuri Pantai Panjang Kota Bengkulu, sayup-sayup terdengar suara musik yang ritmis yang menghentak. Karena penasaran, aku meminta temanku Handri untuk berhenti sebentar untuk mencari asal suara tersebut. Mampirlah kami di sebuah sanggar musik yang ternyata sedang bermain Dol. 
Sanggar yang sedang berlatih bermain Dol
Apakah Dol Itu?
Dol yang merupakan alat musik perkusi khas Bengkulu itu hanya boleh ditabuh saat upacara Tabot. Dol sering dikatakan sebagai perkusi khas dari Bengkulu. Ternyata alat musik pukul ini disebut sebagai satu-satunya perkusi di dunia yang tidak berlubang di bagian dasarnya. Karena itu juga Dol menghasilkan bunyi khas berbeda dari perkusi atau pun beduk. 

Sekilas Dol berbentuk seperti beduk, setengah bulat lonjong dan diberikan cat warna-warni. Dol terbuat dari kayu atau bonggol kelapa yang terkenal ringan namun kuat atau kadang juga terbuat dari kayu pohon nangka. Bonggol Pohon Kelapa dilubangi dan bagian atasnya lalu ditutup kulit sapi atau kulit kambing. Diameter Dol terbesar bisa mencapai 70-125 cm dengan tinggi 80 cm. Selain itu ada juga Dol berukuran kecil yang terbuat dari tempurung kelapa.

Dimainkan dengan cara dipukul, ada 3 teknik dasar memainkan dol, yaitu: disebut suwena, tamatam, dan suwari. Jenis pukulan suwena biasanya untuk suasana berduka cita dengan tempo pukulan lambat; tamatam untuk suasana riang, konstan dan ritmenya cepat; sementara suwari adalah pukulan untuk perjalanan panjang dengan tempo pukulan satu-satu. Dalam pementasan dol, ada intsrumen lain yang ikut mengiringi, seperti tassa (sejenis rebana yang dipukul dengan rotan), dol berukuran kecil, serunai, dan lainnya.

Dulunya Dol hanya dimainkan saat perayaan Tabot, setiap 1-10 Muharram dalam rangka mengenang wafatnya Imam Hasan dan Imam Husen (cucu Nabi Muhammad saw.) dalam sebuah peperangan di Padang Karbala. Ritual ini selalu dilaksanakan setiap tahun karena dipercaya dapat menghindarkan berbagai kesulitan dan wabah penyakit. 

Penabuh Dol pun bukan sembarang orang melainkan keturunan Tabot, yaitu warga Bengkulu keturunan India yang biasa disebut Sipai. Dol memang dikenalkan kali pertama oleh masyarakat Muslim India yang datang ke Indonesia dibawa Pemerintah kolonial Inggris yang saat itu membangun Benteng Malborough. Mereka kemudian menikah dengan orang lokal Bengkulu dan garis keturunannya dikenal sebagai keluarga Tabot. Hingga tahun 1970-an, Dol hanya boleh dimainkan orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan keluarga Tabot tersebut. Tapi sekarang Dol bisa dimainkan siapa saja yang tertarik dan dikembangkan di sanggar secara berkelompok. (www.IndonesiaTravel.com)

Diajarin bermain Tasa oleh Imron
Selain Dol ternyata ada lagi alat yang namanya Tasa, mirip seperti Rebana atau Rapai di Aceh, cuma bermainnya pun dipukul dengan menggunakan tongkat atau stik kayu.
Mencoba permainan Dol
Keasyikan main, akhirnya mencoba satu lagu
Karena penasaran, akhirnya aku mencoba bermain Dol, ya yang pastinya meminta izin bergabung untuk mencoba. Untungnya aku mempunyai teman, Imron, teman program Sail Morotai yang juga seorang pemain Dol dan Pelatih, jadi dapat kesempatan bermain dan belajar Dol langsung, hore! Ternyata bermain Dol ini mengasyikan dan seru sekali, jadi tambah penasaran, seperti apa serunya Festival Tabotnya yang katanya bakal ada banyak penampilan permainan Dol dari semua sanggar yang ada di Bengkulu, wow!
Buat yang penasaran dan tertarik mencoba Dol, ayo melincah (jalan-jalan) ke Bengkulu.

Kamis, 09 Oktober 2014

Piyoh Sebentar di Rumah Pengasingan Presiden Soekarno Bengkulu



Mejeng dulu di depan Rumah Kediaman Bung Karno
Rumah pengasingan Presiden Indonesia yang ini memang cukup terkenal di kalangan masyarakat. Selain tempatnya berada tepat di tengah Kota Bengkulu dan mudah ditemukan, rumah ini dekat dengan Rumah Ibu Fatmawati. Kita bisa datang langsung untuk berkunjung di Jl Soekarno Hatta, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu. Di rumah inilah, Bung Karno diasingkan selama 4 tahun, dari tahun 1938 hingga 1942. Saat itu Bung Karno diasingkan oleh pemerintah Belanda, karena perjuangannya yang dianggap berbahaya. Di rumah inilah ia memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dan bertemu dengan sang pujaan hati, Ibu Fatmawati.
Rumah Pengasingan Presiden Soekarno

Jika datang langsung, kita bisa melihat bangunan rumah utuh yang masih terawat. Pintu dan jendelanya pun rumah masih asli dengan aksen khas Tionghoa, karena sebelum Bung Karno, rumah ini ditempati oleh orang Tiongoa. Di dalam rumah, kita juga masih melihat beberapa koleksi buku Bung Karno yang masih tersimpan dengan baik, karena memang beliau suka sekali membaca.
Koleksinya lengkap termasuk sepeda ontel yang dipakai beliau

Ada satu koleksi yang unik dan menarik di rumah ini, yaitu surat-surat cintanya Presiden Soekarno kepada Ibu Fatmawati. Memang semenjak di Bengkulu, Bung Karno jatuh cinta kepada Fatmawati. Fatmawati pun jatuh cinta kepada Bung Karno yang penuh kewibawaan. Melalui rumah pengasingan inilah, Bung Karno mendapatkan istri yang cantik dan membantunya dalam mengusir penjajah.


Satu hal yang menjadi fenomena di rumah ini adalah air yang ada di sumur belakang rumah, yang katanya dipercaya membawa berkah. Katanya nggak jarang sejumlah petinggi lokal maupun pusat ke Bengkulu menyempatkan diri datang ke rumah ini untuk membasuh muka ataupun mencuci kaki dan tangan dari sumur itu. Bahkan, tidak sedikit yang membawa air dengan menggunakan botol. Ada yang mempercayai bahwa air sumur tersebut bisa membuka aura pemimpin, dan ada juga yang percaya jika air tersebut akan mempermudah segala sesuatu urusan, hehe ada-ada aja ya. Penasaran? ayo melincah (jalan-jalan) ke Bengkulu!

Rabu, 08 Oktober 2014

Piyoh Sebentar di Rumah Ibu Fatmawati Soekarno



Walaupun termasuk kota kecil, Kota Bengkulu  ternyata mempunyai banyak cerita sejarah dan peninggalannya. Salah satu bukti sejarah yang ada di Kota Bengkulu yaitu Rumah Ibu Fatmawati Soekarno. Aku diajak teman-teman di Bengkulu, Handri, Oki dan Allan, katanya ini salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi di Bengkulu.
Rumah Ibu Fatmawati Soekarno
Rumah mungil dan asri ini berada di Jalan Fatmawati No.10, di pusat Kota Bengkulu. Rumah ini dibangun pada tahun 1920 terdiri dari 2 kamar tidur dan 1 ruang tamu, kata Pak Marwan Amanudin, penjaga kediaman fatmawati. Rumah ini sudah direhab sehingga kesannya sekarang sedikit modern.
Lukisan Ibu Fatmawati dan salah satu pakaian yang digunakan semasa beliau masih hidup
Lukisan Pak Soekarno dan beberapa foto kegiatan beliau dan Ibu Fatmawati semasa hidup
Bareng Oki, Handri dan Allan, diapit dengan lukisan Pak Soekarno dan Ibu Fatmawati
Siapakah Ibu Fatmawati?
Ibu Fatmawati adalah istri dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Mereka menikah pada tahun 1943. Sebagai Ibu Negara Indonesia beliau juga dikenal karena jasanya menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih, Bendera yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Bantuin Ibu Fatmawati Menjahit Bendera Merah Putih
Ibu Fatmawati ini juga orang tua dari Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.

Sebagai bentuk penghargaan untuk mengenang Ibu Fatmawati dan apresiasi, jalan tempat lokasi rumah tersebut diberi nama Jalan Fatmawati dan pada 14 Nopember 2001, Bandar Udara Padang Kemiling, Bengkulu diubah menjadi Bandar Udara Fatmawati. 

Menarik ya? Ayo wisata ke Bengkulu.

Selasa, 30 September 2014

Berburu Bunga Langka Rafflesia Arnoldii di Hutan Bengkulu



 " Bunga Sudah Mekar "

Itu pesan singkat yang dikirimkan Pak Holidin ke hapeku. Walaupun singkat tapi pesan ini membuat perasaanku bahagia setengah mati. Gimana ngga, ke Bengkulu rasanya kurang lengkap kalau tidak melihat langsung bunga langka ini.

Perjalanan kali ini juga istimewa aku ditemani oleh teman-teman Duta Wisata Provinsi Bengkulu, ada Imron, Rifky, Riki, Bang Romel, Mei, Rinda dan Evi, tak ketinggalan teman-teman Kapal Pemuda Nusantara Sail Raja Ampat dan Sail Komodo ada Lesti dan Ulie, rame ya? haha. 

Akhirnya kami menghubungi Pak Holidin untuk mencari tempat mekarnya Bunga Rafflesia, di Hutan Lindung Bukit Daun Kepahiang, yang berjarak 85 Km dari Kota Bengkulu, atau kurang lebih 1,5 jam perjalanan. Pak Holidin sendiri adalah salah satu pencinta dan penjaga Bunga Rafflesia, beliau tergabung di Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL).

Bersama Pak Holidin
Sampai di lokasi dan bertemu dengan Pak Holidin, kami diajak masuk ke dalam hutan, dan karena masih termasuk Kawasan Hutan Lindung, masih banyak pohon-pohon tinggi dan banyak tanaman yang tumbuh dengan rapat, cukup membingungkan dan memusingkan, karena itulah untuk masuk ke wilayah ini kita butuh orang-orang seperti Pak Holidin.

Ternyata perjalanan cukup menguras energi, kami harus membelah hutan, melewati pepohonan dan juga diselingi sungai, cukup mendebarkan juga, karena bisa jadi ada binatang liar yang kita tidak akan tahu kapan munculnya, belum lagi ancaman pacet dan lintah, yeey!
Tapi semua itu terbayar, kurang lebih 15 menit, akhirnya kami menemukan si cantik ini, Rafflesia yang mekar kali ini cukup besar, mungkin sekitar 60 Cm.
Si Cantik Rafflesia Arnoldii
Sekilas Tentang Rafflesia Arnorldi
Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii) merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Penamaan bunga raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Bengkulu (Sumatera) di suatu tempat dekat Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga Bengkulu dikenal di dunia sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi Rafflesia. Seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama kali. Dr. Joseph Arnold sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles. Jadi penamaan bunga Rafflesia arnoldii didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Dr. Joseph Arnold sebagai penemu bunga. Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa tumbuh hanya satu jenis patma parasit, Rafflesia patma (Wikipedia)
Piyoh sebentar dengan Bunga Rafflesia Arnoldi
Mekarnya bunga merah bertotol-totol putih ini jadi momen istimewa buatku, aku langsung mengabadikannya, Orang Langka, Bunga Langka dan Momen Langka, Perfect Combination! haha. Sayangnya bunga ini tak boleh disentuh saat mekar karena katanya dapat mempercepat pembusukan bunga.

Ternyata di sekitar Bunga Rafflesia yang sedang mekar, ada beberapa bongkol, calon bunga yang akan mekar, dan kata Pak Holidin, itu bakal butuh waktu sekitar 4-5 bulan lagi, hmmm, cukup lama ya.
Rafflesia Morphosis
Cantik ya? pengen lihat Rafflesia Arnoldi langsung di Bengkulu? kalau ke Bengkulu jangan lupa hubungi Pak Holidin di 085273693969.