Laman

Selasa, 27 Agustus 2019

Plushindo Juarai Kompetisi Wirausaha Sosial di Jepang

Liputan6.com, Jakarta Anak-anak muda asal Indonesia berhasil menjuarai kompetisi wirausaha sosial yang digelar di Jepang. Presentasi tentang upaya pemberdayaan komunitas tuli di Indonesia membuat tiga anak muda asal Indonesia menjuarai Daigaku SDGs Action Award 2019 pada 20 Februari 2019 di Tokyo.

Dissa Syakina Ahdanisa, Hijrah Saputra, dan Muhammad Rizqi Ariffi dari Tim Fingertalk mempresentasikan program Plushindo. Ini adalah program pemberdayaan komunitas tuli atau tuna rungu Indonesia untuk membuat produk boneka yang membantu konservasi hewan langka Indonesia.


Dissa, Hijrah, Rizqi mempresentasikan program tersebut di hadapan juri setelah berhasil melewati tahap seleksi berkas dan wawancara via telepon. Siapa sangka, program Plushindo yang mereka presentasikan di depan 10 juri yang berasal dari The Asahi Shimbun, JAL, Sumitomo Metal Mining dan JICA bisa menang.

Program yang digagas tiga anak muda yang sedang kuliah di Negeri Sakura ini berhasil mengalahkan tim-tim lain dari universitas-universitas ternama Jepang. Termasuk mengalahkan tim yang berasal dari Tokyo University, Kindai University dan Kyushu University.

"Kami tidak menyangka bisa memenangkan lomba ini, kami hanya berharap bisa menyuarakan teman-teman Tuli terutama di Indonesia bisa setara dan mendapat kesempatan yang sama dengan teman-teman yang lain," tutur Hijrah dalam pesan teks dengan Liputan6.com ditulis Rabu (27/7/2019).

Hadiah 500 ribu yen


Berhasil menjadi juara 1, Tim Fingertalk diganjar dengan hadiah sebesar 500.000 yen atau setara dengan Rp631.900.000 (kurs Rp126,38/JPY per Selasa 26 Februari 2019).

Uang ini digunakan untuk pengembangan produk boneka satwa langka Indonesia. 

Daigaku SDGs Action Award adalah program yang diadakan oleh perusahaan media cetak terbesar di Jepang, Asahi Shimbun, untuk mahasiswa yang kuliah di Jepang dengan ide untuk mendukung program-program Sustainable Development Goals (SDGs).

Sebelum ada lomba ini, tiga anak muda ini sudah memiliki langkah nyata membantu memberdayakan orang tuli di Indonesia.

Bersama dengan tim Fingertalk lainnya, telah membuka empat buah cafe yang semua pekerjanya adalah teman-teman tuli dan penyandang disabilitas lainnya.

Tidak hanya berpusat di Tangerang Selatan, Fingertalk juga membantu teman-teman yang lain untuk menjalankan kafe di Poso, Sulawesi Tengah dan Kebumen, Jawa Tengah.

Sumber : Liputan 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar