Laman

Sabtu, 28 Juli 2018

Plushindo Mengajarkan Konservasi dan Inklusi di Riau

Mengenalkan hewan langka Indonesia dan menyebarkan semangat inklusi kepada anak-anak dilakukan oleh Team Plushindo dengan cara kreatif melalui boneka yang dibuat oleh tangan-tangan ulet teman-teman Tuli/tuna rungu.
Plushindo goes to Riau
Plushindo adalah sebuah program bermain dan belajar untuk anak-anak Indonesia mengenal satwa-satwa langka Indonesia melalui boneka. Diinisiasi oleh Dissa Syakina Ahdanisa, owner Deaf Cafe Fingertalk selaku Project Manager dan Hijrah Saputra, owner Piyoh Design sebagai Creative Director.
Teman-teman tuli/tuna rungu yang membuat boneka tergabung dalam sebuah bisnis sosial Fingertalk yang bergerak di bidang pemberdayaan kaum disabilitas tuli/tuna rungu.
Saat ini ada 6 boneka satwa langka Indonesia yang sudah diproduksi. Setiap satwa mewakili pulau-pulau yang ada di Indonesia, seperti Gatra (Gajah dari Pulau Sumatera), Baja (Badak dari Pulau Jawa), Othan (Orang Utan dari Pulau Kalimantan), Peny (Penyu Hijau dari Pulau Bali), Modi (Komodo dari NTT) dan Ano (Anoa dari Pulau Sulawesi).
Boneka satwa langka Plushindo akan diberikan kepada anak-anak sekolah yang berada di daerah yang menjadi habitat hewan tersebut.
Pada tanggal 18 hingga 20 Juli, Tim Plushindo berangkat ke Riau untuk melakukan "Plushindo on Location" untuk pertama kali. Dengan membawa misi pelestarian gajah Sumatera, tim Plushindo membawa boneka Gatra untuk dibagikan di Riau.
Perhentian pertama Tim Plushindo adalah Taman Nasional Tesso Nilo yang berada di dekat Kabupaten Pelalawan, yang merupakan salah satu Taman Nasional dengan hutan hujan tropis terkaya di Asia. Taman Nasional Tesso Nilo menjadi salah satu contoh keberhasilan penanganan konflik antara gajah dan manusia. Tujuan mengunjungi tempat konservasi gajah Sumatera ini adalah agar teman-teman Tuli belajar dengan melihat langsung kondisi gajah Sumatera yang ada di Tesso Nilo, harapannya teman-teman Tuli akan bercerita kepada teman-teman Tuli yang lain dan menyebarkan semangat cinta lingkungan.
Sekembalinya dari Tesso Nilo, Tim Plushindo menuju ke Pekanbaru untuk melakukan program edukasi. Untuk "Plushindo on Location" yang pertama ini, program edukasi dilakukan di Sekolah Dasar Darma Yudha, Pekanbaru, Provinsi Riau. Dalam program ini, anak-anak belajar mengenal Gatra si Gajah Sumatera yang merupakan salah satu hewan langka yang dilindungi di Pulau Sumatera. Materi mengenai Gajah Sumatera disampaikan oleh Team Flying Squad dari Taman Nasional Tesso Nilo. Tim Plushindo juga mengenalkan gajah dengan dibarengi pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO).
Acara berlangsung di ruang perpustakaan SD Darma Yudha, ada 52 siswa terpilih yang ikut dalam program edukasinya. Mereka belajar tentang gajah Sumatera, bahasa isyarat dan konservasi Taman Nasional Tesso Nilo. Selain edukasi, para siswa dan siswi juga mengumpulkan donasi untuk membantu konservasi gajah di Taman Nasional Tesso Nilo. Dalam waktu singkat, mereka berhasil mengumpulkan dana sebesar 14.212.400 rupiah.
Anak-anak Sekolah Dasar Darma Yudha belajar BISINDO
Anak-anak Sekolah Dasar Darma Yudha belajar BISINDO
Selain anak-anak dari Sekolah Dasar Darma Yudha, acara ini turut mengundang Bujang Dara Duta Wisata Pekanbaru, Komunitas Tuli Riau dan Inasli (Indonesia Sign Language Interpreter).
"Kami percaya bahwa semangat inklusi dimulai sejak dini, dan anak-anak adalah duta bangsa di masa depan untuk memperlambat laju kepunahan para satwa ini," kata Dissa Syakina Ahdanisa selaku Project Manager Plushindo.
dokpri
dokpri
Agenda acara selanjutnya akan dilaksanakan di Poso, Sulawesi Tengah, Ujung Kulon, Banten, Balikpapan, Kalimantan Timur, Denpasar, Bali dan Kupang, NTT.
Inisiatif Plushindo ini didukung oleh Kedutaan Besar Selandia Baru sebagai sebuah proyek pemberdayaan kaum disabilitas dan peningkatan kepedulian terhadap satwa langka Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar