Laman

Minggu, 03 Juni 2018

#YSEALI Mengunjungi KBRI di Washington DC


Alhamdulillah ketika di Washington DC kami YSEALI Indonesia dapat kesempatan berkunjung ke Gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), dari dulu penasaran seperti apa isinya kedutaan besar Indonesia di luar, hehe, norak ya.

Gedung KBRI Washington DC berlokasi di kawasan Dupont Circle, tepatnya di 2020 Massachusetts Avenue. Berjarak hanya 1,5 km dari Gedung Putih, area di sekitar Dupont Circle merupakan salah satu lingkungan tersibuk di ibu kota, dikelilingi oleh bar, restoran, toko, dan perkantoran. Daerah di sekitar KBRI dikenal sebagai Embassy Row karena di situ terdapat banyak bangunan kedutaan besar.

Ternyata gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC tidak terlalu jauh dari hotel tempat kami menginap, hanya beberapa blok. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki ke sana. Walaupun Cuma beberapa blok, sempat bingung, untungnya kami punya peta berjalan, ada Teh Annisa Potter, tinggal bilang aja alamatnya, kalian akan sampai dengan selamat Terimakasih Student Traveler. *PesanSponsor

KBRI di Washington DC
Sampai di depan sebuah gedung besar dan setinggi 5 lantai, lengkap dengan bendera Indonesia di tiangnya, siapapun akan terpesona dangan arsitekturnya yang antik dan megah.

Sekilas Tentang Bangunan KBRI Washington DC
Gedung megah yang terletak di 2020 Massachusetts Ave NW menjadi salah satu rumah paling mahal di masanya. Biaya konstruksinya saja mencapai   853.000 ribu dollar.  Pemerintah Indonesia melalui Ali Sastromidjojo, duta besar Indonesia membelinya pada 19 Desember  1951 seharga  335. 000 ribu dollar, kurang dari setengah biaya Thomas Walsh untuk membangunnya pada tahun 1907.

Interior di dalam gedung
Sebelum menjadi kantor KBRI, gedung tersebut merupakan kediaman pribadi milik Evalyn Walsh McLean. Evalyn adalah putri Thomas F. Walsh, seorang imigran dari Irlandia yang merantau ke AS pada tahun 1869 dan menjadi kaya raya setelah menemukan tambang emas di Colorado tahun 1896. Setelah menjual tambangnya, Thomas Walsh membangun rumah di DC pada awal 1900-an.

Pada masanya, gedung tersebut merupakan rumah pribadi paling mahal di Washington DC yang bahkan Presiden Amerika Serikat pun tak mampu memilikinya. Dengan 5 lantai dan 60 kamar, keluarga Walsh mempekerjakan 23 pegawai untuk mengurus rumah mereka. Istri Thomas Walsh sampai harus berkeliling ke berbagai negara untuk membeli perabotan dari Persia, Prancis, Belgia, Swiss.

Bersama team Yseali Indonesia Fall 2017 dan orang KBRI
Sampai di Gedung, kami disambut hangat oleh orang kedutaan dan diajak keliling melihat ruangan dan koleksi-koleksi yang ada di sana, sebagian besar masih terasa peninggalan Keluarga Walsh, walaupun sebagian juga sudah ditambahi dengan koleksi dari Indonesia. Dan kebetulan saat itu lagi persiapan acara kebudayaan Indonesia, jadi ada banyak mahasiswa dan orang Indonesia yang ada di Washington DC, dan ada masakan Indonesia, hehe. Kalau lagi di luar, ini yang jadi kangen, hehe.
Makan ala Indonesia, hehe
Sang Dewi dan krucil-krucilnya
Di bagian depan Gedung ada sebuah patung Dewi Saraswati putih yang dibangun setinggi lebih dari lima meter dan ada tiga orang anak di depannya. Patung ini adalah karya lima pematung Bali, Nyoman Sudarwa, dibuat dari bahan-bahan yang sebagian besar diperoleh di Amerika. Sosok Dewi Saraswati dipilih karena melambangkan kebijaksanaan, keindahan pengetahuan dan seni budaya serta kebersamaan dalam menempuh pengetahuan melintasi bangsa dan ras merupakan dipandang sebagai diplomasi yang tepat antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar