Laman

Jumat, 03 Januari 2014

Trip to Beijing

"Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina"
Begitulah dulu aku sering mendengar salah satu hadist Rasul, ya walaupun banyak yang mengatakan hadist itu lemah, kalimat itu sering menjadi motivasi bagiku untuk mengunjungi negeri panda itu. Alhamdulillah aku berkesempatan traveling ke Beijing. Kota Beijing ini merupakan kota terbesar kedua di Cina setelah Shanghai. Penghubung transportasi utamanya adalah dengan menggunakan jalur kereta api, jalan raya dan jalan tol di segala penjuru kota. Beijing juga merupakan titik utama untuk penerbangan internasional ke Cina. Beijing merupakan pusat politik, pendidikan, dan kebudayaan di Cina.
Keluar Imigrasi udah langsung ketemu salah satu ikon Beijing yang juga terkenal di China bahkan di dunia, Great Wall
keluar dari Bandara kami menuju penginapan Kings Joy Hotel, salah satu hotel yang banyak direkomendasikan oleh para backpacker, selain murah dan nyaman, lokasinya dekat dengan Tian an Men Kota Terlarang.
Dalam perjalanan menuju hotel kiri dan kanan udah terlihat bangunan-bangunan ala China, sepertinya bakal menarik ni besok. 
Penampakan Kings Joy Hotel dari depan
International Floor, banyak coret-coretan dari wisatawan yang datang, seru juga ya
Piyoh jadi ikutan melukiskan kata-kata mutiara disana :D
Kamarnya cukup nyaman buat istirahat, ada TV, AC dan Kamar mandi dilengkapi air hangat dan dingin
Ga sabaran paginya langsung berkeliaran di sekitaran hotel, ternyata ga sampe 5 menit jalan udah ketemu pusat perdagangannya, Qianmen Street, beuh....suasananya bener-bener kayak di China tempo dulu! mulai dari orangnya, arsitektur bangunannya sampe tulisan-tulisan di tokonya tulisan China semua! Baru lihat udah mata udah keriting. Untungnya trip kali ini aku ditemani oleh guide yang baik hati, walaupun asalnya dari Aceh, bahasa Mandarin beliau ga usah diragukan lagi, udah ngalir kayak teh dituang dari poci.
Oh ya, kalau mau jalan-jalan ke Beijing, kudu tau sedikit bahasa Mandarin, karena disana kebanyakan ga ada yang bisa bahasa Inggris, apalagi bahasa Indonesia, bisa sama-sama ngomong pake bahasa tarzan, hahaha.
Pas disana, lagi musim apa ya, dibilang panas tapi dingin, dibilang dingin ga terlalu dingin, yang sedang-sedang ajalah, bingung. Tapi yang pasti, matahari tak ada, langit berwarna kelabu, daan... enaknya pagi di Beijing cukup lama, mulai dari jam 4 pagi sampe 8 malam masih terang. Cuma saat itu banyak kapas yang bertebaran di seluruh kota, entah siapa yang jemur kasur, Eh?
Fusion dulu bareng Bang Muslim Amiren, Guide Gaul yang selalu semangat berbagi informasi apa aja tentang China
Bunga disusun sedemikian indah
Ga jauh dari Qianmen Street ada Tiananmen Square. Lapangan seluas 440 ribu meter persegi ini, di tengahnya terdapat Monumen Pahlawan Nasional. Monumen ini dibangun tahun 1952 dan katanya termasuk monumen terbesar dalam sejarah Cina. 
Monumen Pahlawan Nasional Di salah satu sisi monumen ini tertulis kata-kata: “Pahlawan Rakyat adalah Abadi.” Kata-kata ini ditulis sendiri oleh Mao Zedong, Presiden Republik Rakyat Cina yang pertama.
Ada layar TV besar sebesar gaban, dengan berbagai informasi potensi pariwisata di China
di bagian kiri kanan lapangan ditanami bunga warna warni yang dibentuk indah
Tiananmen
Tapi siapa sangka di lapangan ini juga terjadi peristiwa penting dalam sejarah modern Cina, yaitu pergerakan prodemokrasi berdarah di tahun 1989.
Wajib piyoh kesini kalau ke Beijing, di bagian depan ada terpampang foto Mao Zedong, Presiden Republik Rakyat Cina yang pertama
Rumah Makan Muslim
Capek berjalan kaki ria di sekitaran Tiananmen, saatnya menganjal perut. Walaupun di China banyak makanan enak dapat dipastikan hampir semua makanan disana haram untuk dimakan untuk umat muslim. Alhasil harus ngubek-ngubek kota untuk menemukan makanan Halal dan akhirnya kami menemukan satu rumah makan yang dinyatakan halal, ya tidak jauh juga dari penginapan. Ada satu hal yang memudahkan kita untuk menemukan rumah makan berlabel halal, coba carilah rumah makan dengan plang nama atau poster dengan nuansa hijau, tapi tidak semua juga yang bernuansa hijau halal lho. Ternyata di rumah makan yang kami kunjungi ada salah satu menu yang dicari-cari, roasting duck khas Beijing, beuh....lezatnya luar biasa, bumbunya merasuk ke tulang. Belum lagi sup telurnya yang super lezat, memang tidak diragukan lagi masakan-masakan di China. Ga sadar semua makanan masuk ke perut dalam sekejap mata, alhasil, abis dari rumah makan, kami kembali ke penginapan dan BOCI (Bobo Ciang), jauh-jauh ke Beijing, ritual BOCI di Sabang tetep ada ya....hahaha.

bersambung....

2 komentar:

  1. Yeee ... Ujung-ujung ceritanya tetap ada Sabang-nya, yaa? Hehee ...

    BalasHapus